.

Rabu, 27 Februari 2013

Pray For Dhety





Assalammualaikum Wr.Wb.
Salam sayang untuk Blogger dan kawan kawan semua. Well saya menulis ini untuk memohon doanya dari kawan kawan semua bagi kesembuhan sahabat saya Deti Ratna Sari (atau yang lebih dipanggil dengan nama akrab Dhety).
Dhety adalah teman kuliah saya,doi juga adalah seorang blogger aktif. Dia adalah pemilik dari blog Corat Coret (http://dhetya.blogspot.com/)
Well intinya sudah hampir seminggu yang lalu doi dirawat di rumah sakit Pasar Rebo karena penyakitnya. Sebuah penyakit yang sebenarnya tak ia duga sebelumnya.
Dhety divonis menderita tumor otak. Dari apa yang saya baca di keterangan papan seh nama lebih tepatnya Hydrocephalus (dalam bahasa yunani berarti artinya kepala air). Yah doi juga ngomong ada semacam cairan dikepalanya.
Dan dokter menyarankan untuk segera melakukan operasi. Pada hari ini (saat ini saya masih belum mengetahui kabar tentang operasinya).
Aduh ngebayangin operasinya aja udah nyeremin. Yah secara geto kepalanya yang dioperasi. Walau saya ga tahu pasti seperti apa operasinya (lagian ga mau paham juga.Pasti mengerikan).
Doi mengetahui apa yang dideritanya tanpa disengaja. Jadi saat itu dia datang ke rumah sakit karena keperluan buat cek mata. Tapi oleh dokternya ia malah disarankan untuk melakukan CT Scan (dan saya juga baru tahu,bahwa dokter pernah menyarankan hal ini kepada dhety sebelumnya).
Yah pada akhirnya ditemukanlah penyakit tersebut.
Dan sejak kamis minggu lalu doi sudah berada dalam ruang perawatan.

Sabtu, 23 Februari 2013

Untuk Ana (sebuah lagu dari cerpen Untuk Ana)



 
Maafkan diriku
Kepadamu ana
Tak mampu kujaga hatimu
Sepenuh ragaku

Maafkanlah aku
Akan hadirku
Yang membuat hatimu
Menjadi terluka

Reff
Aku memang bersalah
Menggantungkan semuanya
Tentang kemana kita kan melangkah dalam hubungan ini
Aku memang berdosa
Mengingkari segalanya
Semua kata yang pernah aku janjikan untukmu

Maafkan aku ana

HIU "Riwayatmu Kini"



Kamis 7 Februari 2013

Sekitar jam 10 malam lewat saya menonton sebuah acara di Kompas TV. Nama acara itu adalah “Berkas Kompas”. Berkas Kompas sendiri pada malam itu mengangkat topik tentang ikan hiu.
Lebih tepatnya seh tentang Pembantaian ikan hiu.
Berkas Kompas menyorot tentang lemahnya penegakan hukum terhadap para “penikmat hiu”.  Yah yang saya maksud dengan para penikmat disini adalah para pencari rezeki dari binatang yang sebenarnya sudah masuk hewan yang dilindungi. Kebanyakan dari mereka seakan begitu bebas untuk memperjualbelikan Hiu di pasaran. Tanpa ada yang mencegah,tanpa ada yang bisa melarang.
Patut diketahui bahwa per tahun jumlah hiu yang dibunuh bisa mencapai angka 100 juta ekor. Dan kita dengan lantangnya menyebut bahwa mereka adalah makhluk pemangsa yang ganas dan hewan yang patut untuk ditakuti.

Oh come on,ini bukanlah jaman dimana anda masih percaya dan ketakutan dengan kebenaran dari film JAWS.
Well sebagai contoh lihatlah diri kita sendiri,manusia.
Apa saja kita makan bukan,dari hal kecil sampai hal yang dianggap tabu sekalipun. Manusia adalah pemangsa teratas dalam rantai makanan di bumi ini. Dan mungkin karena itulah kita jadi lupa bagaimana memaknai dan mensyukurinya. Kita jadi tega memangsa segalanya,bahkan terhadap manusia yang lain.

Sometimes when we are at the top,humans forget how to be humanity.

Kamis, 21 Februari 2013

Sudahi pagi ini





Aku tak tahu bagaimana mengucapkannya.
Menatapmu dalam pekat pekat kekosongan,terasa begitu menusuk dada dalam kebekuan. Terdiam arti meratapi sepi. Seakan jalan yang tercipta memang hanya terisi oleh keheningan.
Doa yang tertutur seakan luntur hancur melebur. Jiwa yang meminta,mengiba perih mengais raga.
Hancur luluh terpuruk ketiadaan arti.

Karena memikirkanmu diam tak peduli akan dunia adalah rasa terbakar yang paling perih.
Karena melihatmu sakit karena luka yang kuberi adalah pagi yang tak kunjung tiba. Tanpa sinar mentari,hanya awan yang setia menggelayuti.

Kamu. .tersenyumlah
Bangkitlah dari segala kekalahan makna hati
Kamu. .berlarilah
Tinggalkan segala lara yang membelenggu diri

Kamu. .
Sudahilah tangis yang berurai dari matamu

Sudahi pagi ini
Dengan sebuah senyum dan ketetapan untuk melangkah pasti

Kramat Jati 20 Februari 2013

Minggu, 17 Februari 2013

Pagi Tak Tertebak

Pict From HERE


Percintaan kita adalah pagi yang tak tertebak.
Kadang hujan sejak semalam membekap kita dalam gigil tiba tiba ketika terbangun.
Hangat menyengat sering mendepak kita dari mimpi manis tak selesai tentang rumah batu berbunga rumput.
Kau sering membicarakan tentang Stalin dan Molotov yang membunuhi para petani. 
Seusai menciumiku santun. juga hangat kadang.

Pagi tadi, kau membacakanku satu larik puisi penuh rindu.
Sesudahnya kita meledak dalam didih yang tak sempat keseduh.
Kau remuk tubuhku. Aku menamparmu berulang ulang.
Kau meludahiku.
Dan ketika kita hampir tertidur, kau genggam tanganku
Selalu. Selalu kau genggam tanganku sebelum pagi tak tertebak lain
Bangunkan kita esok hari.

5 Maret 2011 – Diansari

Sabtu, 16 Februari 2013

The Salty Coffee



Laki-laki itu datang ke sebuah pesta. Meskipun penampilannya tidak jauh berbeda dengan penampilan laki-laki lain yang datang, namun kelihatannya tidak seorangpun yang tertarik padanya. Ia lalu memperhatikan seorang gadis yang dari tadi dikelilingi banyak orang. Di akhir pesta itu, ia memberanikan diri mengundang gadis itu untuk menemaninya minum kopi. Karena kelihatannya laki-laki itu menunjukkan sikap yang sopan, gadis itupun memenuhi undangannya. Mereka berdua kini duduk di sebuah warung kopi. Begitu gugupnya laki-laki itu hingga ia tidak tahu bagaimaan harus memulai sebuah percakapan.

Tiba-tiba ia berkata kepada pelayan, "Dapatkah engkau memberiku sedikit garam untuk kopiku?" Setiap orang yang ada di sekitar mereka memandang lelaki itu keheranan. Wajahnya memerah seketika, tetapi ia tetap memasukkan garam itu ke dalam kopinya lalu kemudian meminumnya. Penuh rasa ingin tahu, gadis yang duduk di depannya bertanya, "Bagaimana kau bisa mempunyai hobi yang aneh ini?" Laki-laki itupun menjawab, "Ketika aku masih kecil, aku hidup di dekat laut, aku suka bermain-main di laut. Jadi aku tahu rasanya air laut, asin seperti rasa kopi asin ini. Sekarang, setiap kali aku meminum kopi asin ini, aku terkenang akan masa kecilku, tentang kampung halamanku, aku sangat merindukan kampung halamanku, aku merindukan orang tuaku yang tetap hidup di sana ." Ia mengatakan itu sambil berurai air mata, kelihatannya ia sangat tersentuh.

Gadis itu berpikir, "Apa yang diceritakan oleh laki-laki tersebut adalah ungkapan isi hatinya yang terdalam. Orang yang mau menceritakan tentang kerinduannya akan rumahnya adalah orang yang setia, peduli dengan rumah dan bertanggung jawab terhadap seisi rumahnya". Maka gadis itupun mulai bercerita tentang kampung halamannya yang jauh, masa kecilnya dan keluarganya.

Jumat, 15 Februari 2013

Rindu Ditawar Puisi




Kita pernah berdiri di sore serupa.
Aku menari.
"Aku memuja jemari" katamu.
"Aku memuja puisi" kataku
“Dan gunung-gunung yang kau tuju"
Sekali pernah kau genggam tanganku,
Di hutan dingin, di hadapan perapian.
Sekali saja. Dan kita tak bicara. Dan kita tak tidur hingga paginya.
Dan kita terus merindukannya.
Itu cinta, yang tanpa rasa sakit.
Yang rindu ditawar puisi.

Salemba Tengah, 24 Januari 2013.
Diansari

Selasa, 12 Februari 2013

Hanya Isyarat



Aku sampai di bagian bahwa aku telah jatuh cinta. Namun orang itu hanya dapat kugapai sebatas punggungnya saja. Seseorang yang hadir sekelebat bagai bintang jatuh yang lenyap keluar dari bingkai mata sebelum tangan ini sanggup mengejar. Seseorang yang hanya bisa kukirimi isyarat sehalus udara, langit, awan, atau hujan.

Pict from HERE
 Hanya Isyarat - Dewi Lestari