Aku
tak tahu kebetulan apa yang mempertemukanku denganmu di dunia yang serba
paralel ini.
Mungkin
Tuhan sedang lengah atau mungkin para Malaikat tengah jengah mengawalku
sehingga membuatku bisa mengenal dirimu. Lengah mengawasi sehingga seseorang
sepertimu bisa berkenalan dengan pecundang sepertiku.
Entahlah.
.
Selalu
ada pertanyaan manakala aku mengingatmu, gadis yang kukenal beberapa tahun yang
lalu.
Aku
ingat betapa bodohnya aku dahulu,sulit bagiku untuk sekedar bertutur kata
denganmu mengingat begitu banyaknya jarak yang terbentang diantara kita.
Tapi
aku senang karena kau menerima keberadaanku dengan tangan terbuka. Menerima apa
adanya diriku.
Waktu
pun berlalu. .
Kau
sering bertanya kepadaku,meminta pendapatku dan berbagi cerita tentang dunia
yang masing masing kita jalani.
Aku
selalu tersenyum ketika mengingat salah satu nasehatku kepadamu.
Kala
itu kau meminta nasehatku untuk menghadapi ujian nasional. Aku ingat betapa
paniknya kata kata yang keluar dari dirimu, dan aku merasakan ketegangan yang
tengah melandamu.
Karena
aku juga pernah mengalami hal yang sama denganmu.
Ingatkah
Nura apa yang kunasehatkan kepadamu??
“Percaya
kepada sahabat ketika segalanya terasa terhambat”, “Pejamkan mata lalu tarik
nafas pelan pelan. Percaya bahwa semuanya akan berjalan baik baik saja”
Apa
kau masih mengingatnya??
Lambat
waktu yang berjalan. .
Aku
terkejut mengetahui persamaan yang ada diantara kita.
Dan
tanpa bisa kuhindari secara perlahan aku mulai menaruh hati kepadamu. Tapi pada
saat itu aku merasa bersalah untuk mendekatimu karena aku masih mempunyai
masalah yang menggantung dengan kisah asmaraku yang lalu. Aku hanya tak ingin
engkau salah menilai ketika kita akan memulai nanti.
Tapi.
.
Permasalahan
yang ada ternyata jauh lebih rumit dari yang tertutur, semua janji yang dulu
sempat terucap perlahan luntur oleh derai waktu.
Aku
terlalu terhanyut ke dalam permasalahanku dan perlahan menepikam kehadiranmu.
Mungkin
akan terdengar bodoh dan terlihat sekedar mencari alasan tapi itulah kebenaran
yang terjadi.
Selang
beberapa waktu, aku benar benar merasa menjadi pecundang dalam hidup ini.
Tak
tentu arah dan tak punya tujuan dalam melangkah.
Butuh
waktu untukku menemukan cahaya, cahaya yang menerangi jalanku.
Kini.
.
Segalanya
telah berlalu dan aku sadari terlalu banyak waktu yang terbuang kau tunggu. Sehingga
ketika aku kembali membawa perasaanku kau hanya berujar
“Seiring
waktu penilaian seseorang bisa berubah”
pict from here |
Heh..remuk
redam perasaanku tapi aku bisa mengerti akan jawabanmu itu.
Aku
benar benar tak mengerti Nura. Aku tak pernah mengerti kenapa rasaku berbeda
terhadapmu.
Bahkan
ketika aku menjauh entah mengapa aku malah semakin merasa dekat denganmu.
Entahlah.
.
Mungkin
seperti yang kau bilang dan aku bisa menerimanya.
Tapi
aku tak bisa berbohong Nura.
Meski
beribu kali aku mengatakan kepada diriku untuk menjauh darimu, walau berjuta
kali kuucapkan untuk melepasmu
Tapi
aku tak bisa memungkiri, betapa aku ingin menggenggam tanganmu. Betapa ingin
aku berada disampingmu.
pict from here |
Nura.
.
Segala
sesuatu tentang kita memang telah berubah. Aku terima dan aku pahami kata kata yang dulu kau
ucapkan kepadaku.
Aku
sadari jika kini kau menjauh dan memudarkan perasaanmu kepadaku.
Kini.
.
Aku
hanya ingin memulainya kembali denganmu. Jika memang aku harus memulai segalanya
dari titik nol,aku akan menerimanya.
Jika
memang aku harus berusaha lagi mengejarmu,aku akan melakukannya.
Bisakah
Nura??
Aku
ingin kita bertutur kata seperti dulu,sekedar berbagi sedikit waktu yang kita
jalani.
Tanpa
ada beban tanpa ada tanya yang menggantung.
Nura.
.
Jika
memang pintu hatimu kini tengah tertutup untukku, di lain waktu bisakah kau
membukanya kembali.
Walau
kini tengah tertutup percayalah aku kan tetap menunggu.
Betapa
inginnya aku berbicara denganmu, sekedar say hai dalam keseharianmu, ataupun
sekedar mengingatkan untuk segera makan.
Terdengar
bodoh bukan..haha
Tapi
entah kenapa perasaan itu begitu membuncah dalam jiwaku. Perasaan ini seperti
ingin melihat sunrise bersinar dari balik wajah gunung. Perasaan ini seperti
ingin melihat sunset tenggelam di kesunyian samudra.
Sebuah
perasaan yang selalu kurindukan
Seperti
itulah penantian akan adamu di hidupku.
Bodoh
ya ^^
Kramat Jati 8 Maret 2012
0 komentar:
Posting Komentar