“Nanti kalau Anggi dah sembuh kita main
bareng lagi ya”ucapku seraya membelai rambutnya
Siang itu aku melepas kepergian Anggi ke
Rumah Sakit,dari arah teras rumah aku melambaikan tangan kepadanya.
Dalam gendongan ayahnya,Anggi hanya tersenyum
membalas lambaianku.
Senyum itu terlihat begitu lemah,tapi
menyiratkan begitu banyak makna.Anggi seolah ingin mengatakan bahwa ia akan
baik baik saja.
Perlahan senyum itu hilang ketika Anggi
masuk ke dalam Taksi.Aku hanya bisa memandangi kepergiannya dalam doa dan
harapan.
Anggi lahir pada tanggal 13 September
1993,dengan nama lengkap Anggi Pratama Putra.Dia adalah anak pertama dari Om Roni dan Bi Lastri.
Bi lastri adalah adik dari ibuku,dia merupakan anak paling bungsu dari keluarga ibuku.Sedangkan Om Roni suaminya berasal dari Pemalang.Mereka berdua bertemu ketika sama sama bekerja di Cikarang.Setelah menikah mereka sempat tinggal di Cikarang sebelum akhirnya memutuskan untuk kembali dan tinggal bersama nenekku tak lama setelah Anggi lahir.
Bi lastri adalah adik dari ibuku,dia merupakan anak paling bungsu dari keluarga ibuku.Sedangkan Om Roni suaminya berasal dari Pemalang.Mereka berdua bertemu ketika sama sama bekerja di Cikarang.Setelah menikah mereka sempat tinggal di Cikarang sebelum akhirnya memutuskan untuk kembali dan tinggal bersama nenekku tak lama setelah Anggi lahir.
Rumah Nenekku terletak di
Lubang Buaya,Jakarta Timur.Tahun 90an tempat itu belum seramai seperti saat ini
dan belum terlalu banyak penduduknya.
Pada saat itu masih
banyak sawah dan masih banyak waduk buatan (kalo orang betawi bilang mah
empang).
Waktu kecil aku lebih sering menghabiskan waktu di rumah Nenek.Mulai dari
sekolah,mengaji,dan bermain lebih sering kuhabiskan disana.Bisa dibilang aku
lebih sering tinggal dan menginap di rumah Nenekku.Aku mempunyai banyak teman disana,baik teman sekolah maupun teman rumah.
Tapi
aku selalu merasa kesepian jika berada di dalam rumah Nenek.
Kenapa??
Karena
hanya akulah satu-satunya anak kecil yang berada di rumah Nenek.
Selain aku hanya ada Nenek dan Bi Erna (adik dari ibuku juga) dan tentunya Kakekku
sendiri yang tinggal didalamnya.
Sebenarnya aku bisa saja
tinggal di rumah orang tuaku,tapi jujur pada saat itu aku lebih menyukai
tinggal di rumah Nenek.
Selain karena Bi Erna
yang baik dan sangat menyayangi diriku,aku juga sangat menyukai keadaan
lingkungan di sana.
Yuph dibandingkan dengan
rumah orang tuaku yang terletak di Kramat Jati,keadaan lingkungan di rumah
nenekku jauh lebih tenang dan ga terlalu ramai.
Maklumlah selain karena
jauh dari jalan,penduduk disana juga jarang yang keluar rumah.Mereka hanya akan
keluar bila ada keperluan atau ada kegiatan antar warga.
Keadaan di sana sangat
sepi apalagi pas malam hari.Berbeda dengan kedaan lingkungan di rumah orang
tuaku dimana keadaannya selalu ramai dari pagi hingga ketemu pagi (lagi).
Bukannya aku tak menyukainya,hanya
saja mungkin pada waktu itu aku lebih menyukai keadaan di rumah Nenek.Lagipula
jika disana aku jadi lebih banyak menghabiskan waktu buat belajar,sesuatu yang
tak pernah kutemui ketika berada di rumah orang tuaku.
Prestasi belajarkupun
jauh lebih baik ketika berada disana.
Alhamdulillah
yah..syahrinion.com ^_^
Back to Anggi!!
Anggi dilahirkan di
daerah Cikarang,pada saat ayahnya masih bekerja di daerah sana.Pada saat dia
dilahirkan aku tak ikut melihatnya,yah maklumlah aku masih sangat kecil baru
berumur sekitar 5 tahun pada waktu itu
jadi keluargaku tak mengajakku dulu.
Aku baru bisa
menjenguknya 1 minggu kemudian ketika Anggi sudah dibawa pulang ke kontrakan
orang tuanya di Cikarang.Saat itu aku beserta sebagian besar keluarga dari
ibuku turut datang untuk melihat Anggi.
Cikarang merupakan kota
yang panas,yah dapat dimaklumi seh karena itu merupakan daerah industri.
Aku masih sedikit ingat
dengan suasana kontrakannya,kontrakan itu begitu lurus berjejer rapi dengan
sebuah lahan kosong luas yang berada di depannya.Di lahan kosong itu banyak
terdapat kubangan air setinggi lutut orang dewasa,banyak juga batu batu besar
yang diletakkan begitu rapi.Sepertinya itu adalah pondasi dasar sebuah
bangunan,yah mungkin akan dibuat rumah lagi di lahan kosong itu.
Antar kontrakan hanya
dipisahkan dengan tembok setinggi leher orang dewasa.
Saat itu Anggi sedang
tertidur dalam gendongan ibunya,wajahnya begitu tentram menandakan ketenangan
dalam tidurnya.
Aku pun lalu main ke
kubangan yang ada di depan rumah,karena airnya jernih aku bisa melihat para
penghuni kubangan itu.Ternyata disana ada ikan,keong siput juga hewan air kecil
lainnya.Lama aku terdiam disana memperhatikan setiap tingkah hewan hewan itu
sampai akhirnya Om Roni memanggilku.
“Aa jangan main
disana,ada banyak lintahnya”Ujar Om Roni (Aa adalah panggilanku dari Om
Roni,sedangkan Bi Lastri biasa memanggilku Betet).
Aku yang mendengar kata
lintah segera saja beranjak dari sana,aku pun segera melihat Anggi lagi yang
saat itu sudah terbangun dan berada di pelukan Ibuku.
“Lucu ya mah adenya”
Ibuku hanya tersenyum
mendengar kata kataku,lalu aku pun mencium pipi Anggi.
“Loh A,itu ada apaan di
kakimu”Kata Om Roni seraya menunjuk sebuah benda hitam di kaki kiriku.Benda itu
makin lama semakin menggembung besar dikakiku.
“Hiiyyyyy...itu kan
lintah!!”Teriak bi Lastri.
Tentu saja aku kelojotan
dan menangis ketakutan,tapi Om Roni segera bertindak cepat dan menaburkan
tembakau ke lintah yang menempel dikakiku.
-__-
Beberapa tahun setelahnya
Om Roni dan Bi Lastri pindah ke rumah Nenekku yang di Lubang Buaya.Saat itu Om
Roni masih bekerja di Cikarang,tapi ia memutuskan untu pindah agar Anggi bisa
tumbuh lebih baik.
Yah maklumlah cikarang
kan daerah industri.
Lagipula menurut Om Roni
letaknya juga tak terlalu jauh,Cuma memang harus berangkat lebih pagi lagi.Aku
sendiri telah bersekolah di SDN 01 Lubang Buaya,sekolah itu terletak tak jauh
dari rumah Nenekku.Malah bisa dibilang dekat sekali,Cuma 5 langkah aja udah
sampai.
Pada saat itu Anggi sudah
berumur setahun lebih,ia benar benar lucu pada umur itu.Aku pun benar benar tak
merasa kesepian lagi di rumah nenek,kehadirannya benar benar membuatku tambah
betah berlama lama di rumah Nenek.
Saat itu Anggi adalah
pribadi yang pendiam,ceria,lucu dan manja.Keluargaku sangat
menyayanginya,apalagi bibiku.
Waktu aku kecil Ibu dan
Bi Erna mengadakan acara ultah untukku,entah mengapa aku begitu senang.Apalagi
dengan kehadiran Anggi disana,suasana pun semakin ramai.
Saat itu seluruh keluarga
ibuku juga hadir.
Aku juga selalu diajak Om
Roni jika keluarganya liburan,pernah satu ketika aku diajaknya liburan bersama
teman teman kantornya.
Setiap kali pulang sekolah
aku selalu menyempatkan untuk melihat Anggi dulu.Entah itu hanya sekedar say
Hai,meledeknya,melihat bibiku memandikannya,melihatnya ganti baju,melihatnya
caranya tertidur atau hanya sekedar bercanda dengannya.
Aku sudah benar benar
merasa sebagai kakaknya.
Aku benar benar senang
karena kehadirannya.Tak ada lagi kata kesepian ketika berada di rumah nenek.
-___-
Semenjak aku kelas 4 SD
aku sudah jarang menginap di rumah nenek,saat itu aku sedang betah betahnya
tinggal di rumah ayahku di kramat jati.Maklumlah namanya juga anak kecil,ketika
menemukan teman baru maka hatinya akan mudah berpaling.
Hanya pada saat setiap pulang
sekolah aku berada di rumah nenek,aku biasanya baru balik bersama ibuku!!Sehabis
mengajar biasanya dia menjemputku dulu.
Yah terdengar manja
memang,tapi itulah nyatanya.
Saat itu Anggi sudah
beranjak besar,sudah menjelang umur 5 tahun.Ia tumbuh menjadi anak dengan tubuh
yang gemuk,bandel,rambut keriting,kulit putih dan bergigi reges.Anggi paling
senang berpakaian kaos kutang/singlet dengan hanya mengenakan sempak (celana
dalam).
Kadang aku suka
meledeknya,tapi ia seh cuek aja.Katanya lebih adem berpakaian seperti itu.
Saat itu Anggi paling
suka bermain “Gundu karakter” denganku.Cara permainannya mudah,yang pertama
siapkan gundu.Gundu ini digunakan untuk menjatuhkan karakter mainan nanti.Yang
kedua persiapkan karakter mainan kecil,usahakan yang bisa berdiri!!mainan ini
juga jangan terlalu besar.
Beri jarak dengan posisi
saling duduk berhadapan dan kemudian atur karakter itu sesuka hati.Yang jelas
atur serumit mungkin dan beri jarak antar karakter agar tak mudah
dijatuhkan.Pemenangnya adalah yang bisa mempertahankan karakter mainannya tetap
berdiri hingga akhir permainan.Anggi juga saat itu senang sekali bermain
monopoli denganku.
Ia juga sangat menggoda
cewe,untuk urusan yang ini ia memang agak genit.Ia biasanya menggoda anak
sekolah yang memang banyak lalu lalang di depan rumah nenek.Anggi juga sangat
suka meledek teman sekolahku Dewi.Biasanya ia akan menunggu Dewi sepulang dari
mengaji di Bu Haji Maman.
Kalau tidak bersamaku
Anggi biasanya bermain bersama Pandu,tetangga sekaligus teman sekolahku.Anggi
paling senang bermain bersama Pandu karena Pandu memliki banyak
mainan.Maklumlah Pandu termasuk orang yang berada.
Ia juga senang bermain
bersama Yoga dan Yogi,anak tiri dari Bi Erna.Saat itu Bi Erna sudah menikah
lagi dengan Om Beben,dari pernikahannya terdahulu Om beben mempunyai dua anak
yaitu si kembar Yogi dan Yoga.Sedangkan Bi Erna belum mempunyai anak.
Saat itu tahun
1998,Kakekku (ayah dari ibu) meninggal.Aku ingat beliau meninggal berbarengan
dengan ketika Pak Harto lengser dari kekuasaannya.Aku juga masih mengingat
harinya yaitu hari rabu.Saat Kakek meninggal aku disuruh menemani Anggi oleh Bi
Lastri,entah kenapa pada saat itu dia lebih banyak berdiam diri.
Beberapa bulan setelah
kakek meninggal,kami sekeluarga berziarah kemakamnya.Pada saat di makam
kakek,Ibuku bingung melihat Anggi yang melamun di dekat makam kakek.Tapi ibuku
tak cerita banyak kala itu,ia tak mau menimbulkan pikiran macam macam.Apalagi
sesudahnya Anggi kembali ceria dengan senyum regesnya.
-____-
Pada saat Anggi merayakan
ulang tahunnya yang ke 5 aku diajak pergi merayakan bersamanya.Aku ingat saat
itu aku sudah mau pulang ke rumah yang di kramat jati.Tapi Om Roni yang saat
itu sedang libur malah mengajakku pergi bersama mereka.
“Iya a betet,temenin
Anggi makan ayam yuk”Ujar Anggi kala itu
sembari memamerkan senyum regesnya.Patut diketahui selain aku,Anggi adalah
maniak ayam di keluargaku (penting yah..hehe)
Aku tak menolak,malah
senang banget sebenarnya..hehe!!
Kami pun pergi ke KFC
pondok gede,disana Anggi benar benar merasa senang.Om Roni benar benar
memanjakannya kala itu,Anggi dibelikan apa saja yang ia mau.Aku hanya tersenyum
melihatnya,kala itu aku benar benar merasakan kebahagiaannya.
Beberapa minggu
setelahnya Anggi mendadak sakit,kata nenek seh itu terjadi setelah ia bermain
di sawah bersama Yoga dan Yogi.
Karena demamnya tidak
turun turun akhirnya Om Roni memutuskan untuk membawa Anggi ke rumah sakit.
Setelah menyiapkan
beberapa kebutuhan selama di rumah sakit,mereka pun segera berangkat menuju
rumah sakit.
“Nanti kalau Anggi dah sembuh kita main
bareng lagi ya”ucapku seraya membelai rambutnya
Siang itu aku melepas kepergian Anggi ke
Rumah Sakit,dari arah teras rumah aku melambaikan tangan kepadanya.
Dalam gendongan ayahnya,Anggi hanya tersenyum
membalas lambaianku.
Senyum itu terlihat begitu lemah,tapi
menyiratkan begitu banyak makna.Anggi seolah ingin mengatakan bahwa ia akan
baik baik saja.
Perlahan senyum itu hilang ketika Anggi
masuk ke dalam Taksi.Aku hanya bisa memandangi kepergiannya dalam doa dan
harapan.
-_____-
Awalnya Om ingin merawat
Anggi di Rumah Sakit Haji dan Rumah Sakit Polri,tapi pada saat itu semua kamar
penuh dengan pasien sehingga Anggi tidak kebagian tempat.Anggi pun akhirnya
dirawat di Rumah Sakit Harapan Bunda,di bilangan Pasar Rebo.
Awalnya dokter
mendiagnosa Anggi terkena demam berdarah dan ia pun dimasukkan ke dalam ruang
perawatan.
Sore hari sepulang
sekolah aku kesana untuk menjenguk Anggi bersama keluargaku.Di pembaringan itu
ia terlihat begitu lemah,dengan infus yang menjulur dari tangannya.Wajahnya
sayu lemah tak berdaya,tapi dari tatapan matanya begitu tersirat keinginan
sembuh yang begitu besar.
Aku tersenyum
kepadanya,ia lalu membalas senyumanku dengan lemah.Aku lalu memberikan sesuatu
kepadanya,yaitu mainan kereta kesukaanku.Setelah mempelihatkan padanya aku lalu
menaruh kereta itu di dekat tempatnya berbaring.Aku ingin itu dijadikan
motivasi untuknya agar cepat sembuh.Anggi sendiri seperti mengerti akan itu.
Sehabis menjenguknya hari
itu aku baru bisa tertidur lelap malam itu,harapan agar Anggi sembuh semakin
membesar di hatiku.
Tapi esok harinya Dokter
membuat sebuah keputusan,sebenarnya sebuah keputusan yang aneh menurutku.Anggi
harus dioperasi karena terkena Usus Buntu.
Om Roni,Bi Lastri dan
juga keluargaku sempat mempertanyakan kenapa keputusan itu diambil??Karena yang
kami semua ketahui bahwa Anggi menderita Demam berdarah,pada saat itu pun
keadaan Anggi sudah jauh membaik.
Tapi Dokter tetap keukeh
dengan keputusannya,dan menerangkan kepada keluargaku bahwa hal ini penting
dilakukan untuk keselamatan Anggi sendiri.
Om Roni dan Bi Lastri
yang mendengar penjelasan itu akhirnya menuruti semua permintaan dokter.Bagi
mereka kesembuhan Anggi adalah prioritas utama.
Pada sore hari itu
operasi pun dilaksanakan,aku yang sudah pulang hanya bisa menunggu kabar.
Akhirnya ketika malam
hari Bi Lastri memberitahu Ibuku bahwa Anggi sudah selesai dioperasi.Bibiku pun
mengatakan bahwa operasinya berjalan lancar.Kini Anggi pun sudah dipindahkan ke
ruang perawatan lagi.
Aku sangat bersyukur kala
itu,aku pun mengatakan kepada ibuku untuk menjenguknya esok.Karena esok hari
minggu jadi aku bisa menjenguknya pagi pagi.
-______-
Esok pagi,aku dan
keluargaku pergi ke rumah sakit.Kami pun menuju lantai 2 tempat Anggi dirawat
tapi karena masih terlalu pagi sehingga pagarnya pun masih dikunci.Sambil
menunggu pagar dibuka kami menunggu di bangku tak jauh dari kamar tempat Anggi
dirawat.
Belum lama kami duduk
disana kami dikejutkan oleh teriakan Bi Lastri.
“Errnaaaaaaaaaaaaaaa..............”Teriak
Bi Lastri memanggil bibiku.Saat itu bi Erna memang yang paling dekat dengan di
pagar.
Dari arah kamar Anggi
dirawat,aku melihat Bi Lastri berlari ke arah pagar tempat kami duduk.Ia
berlari menuju kami dalam keadaan menangis,tangisannya begitu keras memecah
keheningan rumah sakit.
“Anggi..Anggi na
Anggiiiiii”Bibi berteriak keras sekali sembari mengguncang guncangkan
pagar,tentu saja kami bingung dengan apa yang sedang terjadi
“Anggi kritisssss.....”sambung
Bi Lastri di sela sela tangisnya,sebuah kata yang tentu saja membuat kami semua
tertegun diam.
Aku hanya bisa terduduk
diam mendengar kata kata bibiku itu.Keluargaku segera mencari pegawai rumah
sakit agar segera membukakan pintu pagar.
Kulihat Bi Lastri
terduduk di balik pagar dengan keadaan yang sangat terpukul.Air mata begitu
deras mengalir di pipinya,wajahnya menyiratkan kekhawatiran yang begitu dalam.
-_______-
Anggi pun dipindahkan ke
ruang ICU.Disana aku melihatnya terbaring lemah dan dalam keadaan tak sadarkan
diri.Selang infus dengan setia menempel di tangannya.
Semua yang berada disana
harap harap cemas akan keadaannya.Om Roni tak henti hentinya sholat,meminta
kesembuhan untuk anaknya.Aku dan keluarga yang lain juga tak henti hentinya
menuturkan doa untuk Anggi.
Dari luar jendela kamar
ICU,aku hanya terdiam memandangnya,hanya doa yang terus tertutur mengalir dari
mulutku.
Menjelang sore ibu
mengajakku kembali dulu ke rumah,nanti malam ia berjanji akan datang kembali.Awalnya
aku tak mau,karena aku tak mau meninggalkan Anggi pada saat itu.Aku ingin terus
ada disampingnya.
Tapi ibu berjanji
kepadaku bahwa Anggi akan baik baik saja,lagipula katanya Anggi pasti sedih
kalau melihatku seperti ini.
Aku pun kembali dulu ke
rumah,tapi entah kenapa sepanjang perjalanan rasa cemas begitu menghantuiku.Tak
terhitung berapa kali aku bertanya tentang Anggi kepada ibu.Tapi ibu selalu
meyakinkanku,Anggi pasti sembuh.
“Makanya kamu jangan lupa
berdoa terus yah untuknya”Ujar ibuku singkat.
Ibu benar,saat ini itu
adalah satu satunya hal yang bisa kulakukan.
Sekitar jam 8 malam ibu
mendapat telepon dari seseorang,aku tak tahu itu siapa.Aku hanya melihat aura
kesedihan yang muncul dari dirinya yang langsung membuatku cemas dan segera saja
bertanya tanya.
“Siapa mah??”Tanyaku
Ibu tak membalas
pertanyaanku,tapi aura kesedihan semakin bertambah di wajahnya.
“Mahhhhh...siaappaa
maahhh??”aku terus merengek mencari jawaban.
Ibuku lalu menutup
telepon dan segera saja mengajakku pergi.Ia mengajakku pergi ke rumah sakit,Ibu
benar benar seperti orang panik kala itu.Kami bahkan tak sempat ganti baju sama
sekali.Sepanjang perjalanan aku hanya melihat kecemasan di wajahnya.
“Mah kenapa”
“Ga kenapa kenapa kok
wal”
“Mamah bohong..ade Anggi
kenapa mah”
Ibu lalu menatapku dalam
dalam,ia lalu hanya memelukku.Dalam pelukannya aku bisa merasakan air mata yang
mengalir dari pipinya.
Sesampainya di rumah
sakit kami segera saja menuju ke tempat Anggi dirawat.Begitu sampai disana aku
melihat banyak keluargaku yang datang.
Keheningan meraja.
Kesedihan begitu tampak
disana,aku yang belum mengerti apa yang terjadi hanya bisa terdiam.Perasaan
cemas langsung menyergapku.
Dalam keadaan menangis
Ibu segera saja berpelukan dengan yang lain.
“Mah..Anggi kenapa
mah??”Aku kembali bertanya kepada ibuku tapi ibuku tak bisa menjawabnya.Ia
hanya terus menangis.
Bi Erna lalu menghampiri
dan memelukku,dalam keadaan menangis ia lalu membisikkan kata kata yang takkan
pernah kulupakan.
“Anggi sudah ga ada a,Anggi
sudah meninggaaalll...”Bi Erna lalu menangis di pelukanku.Sesaat aku hanya
terdiam mendengarkan kata katanya,kemudian perasaan sedih langsung
menyergapku.Aku menangis sejadi jadinya di pelukan bi Erna.
Bi lastri menjadi orang
yang sangat terpukul,Om Roni tak henti hentinya menguatkan Bi Lastri.
“Kuatkanlah ti,anak kita
pasti akan tenang di surga sana”
Ujar Om Roni seraya
memeluk Bi Lastri.
-________-
Malam itu aku pulang
untuk menginap di rumah Nenek,bukan hanya aku tapi seluruh keluargaku.Mayat
Anggi saat ini masih berada di rumah sakit.
Saat itu aku pulang
bersama Bi Lastri,Om Roni,Bi Erna,Ibuku,Vika dan Nenek.Sedang keluarga yang
lain masih berada di rumah sakit untuk membantu mengurus segala sesuatu
disana.Begitu sampai depan rumah aku segera berteriak memamnggil Fuad,tetangga
sekaligus teman Sekelasku.
“Fuuaaaaddddd.......”perlu
beberapa panggilan sebelum Fuad akhirnya timbul menampakkan wajahnya.Tentu saja
reaksi awal dia adalah kebingungan.
“Ad..Anggi Ad..Anggi udah
ga ada..Anggi udah meninggal”
Fuad yang dari mendengar dari
teras rumahnya tentu saja bingung dengan itu.Sebelum menghampiriku ia
memberitahukan hal itu juga kepada keluarganya.
“Lo serius tet”Tanya
Fuad,aku hanya membalasnya dengan sebuah anggukan.Lalu aku beranjak
meninggalkan Fuad disana,aku beranjak pelan menuju kamar nenekku.
Sementara orang orang
sedang sibuk mengurus segala sesuatunya aku hanya bisa menangis di kamar
nenek.Rasa kehilangan begitu dalam kurasakan.
Senin paginya Anggi baru
dikuburkan.
Aku diijinkan untuk tidak
bersekolah pada hari itu.Ibuku mengerti bahwa aku ingin mengikuti pemakaman
Anggi.
Dari pagi aku terus
berada di sisi Anggi,dalam keadaan terbungkus kain kafan wajah Anggi begitu
teduh kulihat.
Tenang dan begitu damai.
Walau sedang bersedih
entah kenapa aku menjadi begitu tenang melihatnya.
Sekitar jam 9 pagian
teman teman SD ku datang,saat itu memang sedang jam istirahat.Kebanyakan dari
mereka memang mengenal Anggi.Saat itu aku ada di sisi Anggi dan mereka
kebanyakan berdiri di pagar rumah nenek.
“Si betet masa teriak
teriak tadi malam ngasih tau Anggi meninggalnya”Ujar Fuad dari pagar rumah
nenek.
“Masa seh??”tanya temanku
seakan ga percaya.
“Iya..”Ucap Fuad
menganggukkan kepalanya.
“Bego..itu Cuma untuk
menyembunyikan kesedihannya,noh lo liat ngapa dari tadi si betet Cuma diem
bengong aja di samping Anggi”
Aku tak tahu itu siapa
yang jelas aku agak menyingkir menjauh agar tak terlihat oleh mereka.Saat itu
aku benar benar tak ingin terlihat cengeng.
Sekitar jam 11 siang
Anggi baru berangkat untuk dikuburkan.Ia dikuburkan di Gober (sebutan tanah
pemakaman dalam bahasa betawi) di daerah tak jauh dari rumah Nenek.
Dengan berjalan kaki
sekitar 15 menit kami sudah sampai disana.
Dalam kumandangan lafadz
adzan Anggi pun dikuburkan,Bi lastri tak henti hentinya menangis.Perih begitu
menusuk perasaannya saat ini.
Saat itu aku hanya
mencoba untuk tak menangis.
Ketika aku menaburkan
bunga di makam Anggi aku merasakan angin yang berhembus pelan di wajahku.Aku
segera menengadah ke atas langit.
Langit teramat cerah pada
saat itu.
Aku tersenyum,air mata
mengalir perlahan di pipiku.
Kata Untuk Dunia – Nandar
Awaludin
Crunchy : “Apa kabar kamu
nggi??aku harap kamu baik baik saja disana.
Hehh..hari ini ulang
tahunmu yang ke 18 yah,selamat ulang tahun yah nggi.Aa selalu mendoakan yang
terbaik untukmu disini.
Aa rindu sama kamu nggi,ga
tau kenapa seperti ada yang hilang dalam hidup ini.Aa rindu sama cara ketawamu
dan terutama sama gigi regesmu..hahaha
Aa rindu banget sama
kepolosanmu dan juga tingkah manjamu.Kau pasti sudah besar dan tambah ganteng
yah di sana.Semua bidadari pasti memperebutkanmu.
Anggi tahu,seluruh
keluarga selalu mengingatmu.Nenek,semua Bibimu,Kiki,Putri,Api,bang Edy,Bang
Marwan,Vika,Yoga dan Yogi,Mamah vika (Anggi selalu menyebut ibuku dengan
panggilan mamah Vika),yah semua orang masih mengingatmu.
Tentu saja Ayah dan
Ibumu,bahkan Desta dan Aldi,Adikmu.Padahal mereka masih kecil bahkan Aldi belum
lahir kala itu tapi sepertinya ayah dan ibumulah yang memberitahu mereka bahwa
pernah ada dirimu dalam kehidupan mereka.Om Roni dan Bi Lastri adalah pribadi
yang luar biasa,mereka adalah orang tua yang hebat.
Kamu tahu nggi,minggu
lalu Aa berbincang dengan Ibumu,Bi Lastri.Aa sengaja kesana untuk meminta
beberapa fotomu,untuk keperluan cerita ini.
Tapi Aa berbohong dan
bilang sama bibi Aa mau cari foto masa kecil Aa.Ketika dia melihat kebanyakan
foto yang diambil adalah fotomu,ia bingung dan hanya mempertanyakan.Dan kamu
tahu,mata bibi berkaca kaca begitu melihat foto fotomu
“Sebentar lagi dia ulang
tahun yah a”Ujar bibi sambil memandang fotomu.
“Ulang tahun??”Aku hanya
pura pura tak mengerti ucapan bibi.
“Iya,Anggi sebentar lagi
ulang tahun kan 13 september nanti”
Aa hanya tersenyum
mendengarnya.Kau sungguh beruntung nggi,bibi selalu mengingat ulang tahunmu.
Aa minta juga minta maaf,karena
jarang mengunjungi Anggi dan baru bisa menyelesaikan cerita ini.
Yah maklumlah nggi aa
masih merasa kalah dengan hidup.Aa akui aa masih jadi seorang pecundang saat
ini,entahlah jalan hidup ini terasa aneh.Banyak hal yang sulit dimengerti dan
bisa aa terima dengan baik.
Rock n Roll life. . .
Kadang aa ingin
melepasnya begitu saja,melepas semua kepenatan itu begitu saja.Pergi dan
menghilang dan meninggalkan semuanya begitu saja.
Tapi kau selalu
tahu,bahwa aa ga akan melakukannya.Kau pun pasti tahu alasannya!!
Yeahh..life is sucks,tapi
justru karena menyebalkan itulah aa merasa beruntung??aa beruntung karena masih
ada sesuatu yang aa perjuangkan.
Lagipula aa mempunyai
janji tidak tertulis bukan terhadapmu??sebuah janji untuk menjaga ikatan
keluarga kita.
Ahh..andai kau masih
ada,aa pasti bakal banyak bercerita kepadamu.Andai dokter tak melakukan
kebodohan itu,aa pasti masih melihatmu.
Terima kasih nggi,aa
merasa beruntung karena pernah mengenalmu.
Bahagialah disana nggi,aa
akan selalu berdoa untukmu disini.
Selalu..
Dan percayalah bahwa aa
akan selalu mengingatmu.Ke depan Aa akan berusaha menjadi pribadi yang lebih
baik dan berhasil untuk diri aa dan keluarga kita.Semoga saja aa bisa membalas
semua jasa mereka”
Luv u brother..^^
great :) tapi bikin mewek :D
BalasHapusShe_ma : :)
BalasHapushehe..udah dibaca toh,makasih y ma ^^