Fiuuhhhhhh...jujur
aja belakangan saya sedang mengalami sebuah kesulitan.
Kesulitan buang air yah Ndar??
Huss..sembarangan,
eh tapi iya juga seh #Loh malah curcol :P
Bukan
kesulitan dengan diri saya kok tapi dalam hal menyambung cerita, entah itu
cerpen ataupun cerita yang lain.
Yah
maklumlah namanya juga anak labil..wekawekawekaweka
Kalau
kalian mengikuti blog ini pasti mengetahui bahwa ada beberapa cerita dalam blog
ini yang masih bersambung. Entah itu cerita pendek (cerpen),Novel (baru niatan
doang),cerita petualangan yang saya jalani ataupun cerita rohani dan jasmani
(hemm..okeh buat yang terakhir saya Cuma bercanda).
Banyak
cerita yang masih menggantung dan belum selesai (belum lagi ditambah yang masih
berupa ide cerita di kepala). Bukan saya tak mau memberikan kelanjutannya,hanya
saja memang kebanyakan dari cerita cerita itu masih banyak yang belum saya
tulis bagian kelanjutannya.
Ide
itu masih berupa konsep yang masih setia menempel di kepala,sulit banget buat menumpahkannya
ke dalam goresan pena.
Saya sudah tahu
jalan ceritanya,saya sudah tahu endingnya akan seperti apa tapi saya masih
kesulitan dalam menceritakannya.
Sebenarnya
ga ada alasan tertentu,hanya memang harus saya akui bahwa saya masih pemula
dalam dunia menulis. Saya masih butuh banyak saran yang membangun dan butuh
teman untuk berbagi cerita yang sayangnya tak saya temui dalam keseharian yang
saya jalani. Kebanyakan teman untuk berbagi hanya saya temui dalam dunia maya.
Bukannya
ga suka seh,malah saya bersyukur banget ada yang masih berkenan mendengarkan
dan berbagi ceritanya dengan saya.
Tapi
yah itulah,terkadang kita juga membutuhkan saran seseorang secara langsung dan
berbincang tentang apa yang harus dilakukan.
Sayangnya
hal itu masih belum saya temui.
Eh
tunggu sebentar,kok jadi melenceng gini ya dari cerita awalnya..hahaha
Saya
kan mau bercerita tentang kelanjutan petualangan dari anak anak Ababil Rasta
Pala.
Okelah
kita lanjut, tapi sebelumnya saya mau kasih peringatan dulu neh.
Karena
akan banyak foto foto anak anak Rasta Pala yang beredar dalam cerita nanti,
jadi ga ada salahnya sebelum para Crunchers membaca cerita ini untuk menyiapkan
mental,fisik,iman dan juga kantong plastik.
Loh mang kenapa
Ndar??
Yah
saya takut aja,ada yang ga kuat mentalnya melihat foto foto kami dan keburu
muntah duluan sebelum membaca ceritanya hingga selesai..hahaha
Yowes..kita
lanjut aja deh,cerita tentang susah senangnya kami saat nanjak Gunung Lawu
tahun 2009 kemarin.
Semerah Strawberry Lawu
Sebelum
beranjak menuju warung kami berkeliling di area sekitar jalan pintu masuk.
Selain untuk melihat-lihat dan menikmati suasana pagi di sana, tentu saja
tujuan lainnya adalah untuk berfoto foto.
Yuph,jarang
jarang kan bisa menikmati suasana pagi di sana. Suasananya begitu indah,sejuk
dan tentram, mungkin karena masih pagi sekitar jalan raya pun belum terlalu
banyak yang lalu lalang.
Yang
paling saya suka adalah area jalan disana begitu terawat, jarang sekali saya
temui jalanan yang rusak.
Di
seberang jalan tempat kami berpijak terdapat sebuah mushola. Tak jauh dari
mushola banyak terdapat warung warung.
Banyak
dari kami yang saat itu dengan segera merasakan efek dari cuaca yang dingin.
Apaan tuh ndar???
Kebelet
buang air kecil melulu..hahaha
Toilet
yang terdapat di Mushola pun menjadi tempat pelarian kami buang air kecil. Dan
inilah salah satu kejelekan yang ada di Indonesia.
Bahkan
di mushola pun saya melihat ada sebuah tulisan “Setelah buang air bayar Rp
2000” dan terdapat sebuah kotak didekatnya.
Heehhhhh...............ga
dimana mana -____-
Tapi
berhubung masih sangat pagi,sepertinya tak ada yang berjaga disana dan kami pun
terbebas dari segala pungli (pungutan liar).
Yohohohoho......
Di
belakang mushola terdapat sebuah kebun strawberry.
Saat
itu sepertinya sedang musim panen karena kami melihat banyak strawberry yang
sudah merah dan siap untuk dipanen.
Benar
benar menantang banget deh strawberrynya :P
Setelah
episode “ngeliat doang” itu selesai kami pun segera beranjak dari bahu jalan.
Kami pun memilih warung yang terletak tak jauh dari pintu masuk.
Dengan
dingin yang begitu menusuk kulit kami pun menuju ke warung dan tak lupa membawa
barang barang bawaan kami.
Warung
itu begitu sederhana tapi memiliki tempat duduk yang luas untuk ukuran sebuah
warung. Suasana didalamnya juga begitu menenangkan.
Kami
semua pun segera memesan minuman untuk menghangatkan tubuh kami. Berhubung
disana ga ada hot chocolate atau capucinno, akhirnya kami pun dengan berat hati
memesan kopi (padahal emang mampunya cuma beli itu doang..haha).
Dan
jujur aja,itu adalah salah satu kopi teraneh yang pernah saya rasakan.
Rasanya..?????
Wuuuooooooooooowwwwwwwwwwwwwwww....................................................................
benar
benar penuh dengan ampas hahaha!!!
Papay
sebagai pemerhati kopi seh menjelaskan bahwa itu adalah kopi racikan/buatan sendiri
sehingga rasanya emang agak aneh buat yang belum terbiasa.
Banyak
ampas dan rasanya lebih pahit dari rasa kopi pada umumnya.
Well..setelah
episode kopi ampas, kami pun mulai merasakan sesuatu yang bergejolak di perut
kami.
Yuph
perut kami keroncongan alias laper.
Berhubung
masih ada sekitar 3000 mdpl (3000 kaki di atas laut) yang harus dilewati dan
sekalian untuk menanggapi cacing cacing yang berdemo di perut, kami pun segera
memesan makanan untuk mengisi stamina lagi.
Karena
tak ada yang jualan pizza,burger atau nasi di atas gunung, akhirnya kami semua
pun memesan mie rebus.
Selagi
menunggu makanan matang,beberapa dari kami melihat beberapa barang yang dijual
di warung tersebut.
Tapi
ada juga yang sibuk cari sinyal..hahahaha
Kami
pun membeli beberapa jirigen (tempat air) yang sepertinya akan sangat kami
butuhkan dalam perjalanan kali ini.
Saya
pun segera membeli sebuah sarung tangan,karena sepertinya akan sangat saya
butuhkan dalam perjalanan nanti.
Karena
rasa dingin yang masih teramat sangat, kebanyakan dari kami selalu aktif untuk
bergerak.
Yuph..kalau
masih ada yang ingat di pelajaran Kimia dijelaskan bahwa salah satu cara untuk
melawan rasa dingin itu adalah dengan melakukan banyak gerakan.
Yayayaya.
. . .
Ngomong ngomong
kayanya ga nyambung deh ndar??masa pelajaran kimia...hahaha
Hussshhhhh....yaudah
seh terima aja,ini kan blog saya,yang nulis juga saya,walaupun sangat sangat ga
bener yah dibenerin aja deh :P ß Pemaksaan.com
Okelah
back to the story
Ketika
menunggu makanan yang kami pesan mateng,kebanyakan dari kami berada di luar
warung. Selain untuk melawan rasa dingin, kami juga melakukannya untuk menyapa
sinar mentari yang perlahan mulai terbit dari balik bukit.
Buat
foto foto juga seh sebenarnya..hahaha
Dan ketika makanan yang ditunggu matang,
tanpa perlu dikomando kami semua pun segera menyerbu masuk ke dalam.
Rasa makanannya benar benar berasa mie
rebus #ehh emang makan mie yak :P
Eng..ing..eng..
The Crunchy Kingdom present (bahasa indonesianya kerajaan Garing
mempersembahkan)
E.M.C (Eh Minta Comentnya dong).
Berhubung kami kesulitan menjelaskan
deskripsi masakan yang sedang kami makan, maka kami pun mengundang Chef master
asal kramat jati yaitu Chef JUNAwaludin untuk membantu kami menjelaskan.
“Hemm..rasa
mienya kenyal, telornya benar benar berasa telor, sawinya benar benar berasa
sayuran, daun bawang pada mienya menambah rasa sayur pada mienya, saosnya
jangan banyak banyak karena akan mempercepat kematian anda dan dan dan bisa
nambah lagi ga 1 mangkok..plisss...!!!
Nb : Bagian
ini sebenarnya ga ada dan ga penting juga buat dibaca. Jadi daripada anda
mencla mencle sendiri mending ga usah dibaca aja deh.
Nah ini lucunya saat makan di daerah
pegunungan, mie yang tadinya puanas bukan main beberapa saat kemudian malah
berubah menjadi dingin.
“Yaelah masih panas” ujar Abadi kala itu
yang beberapa menit kemudian malah berbicara “Yaelah udah dingin aja”.
Hahaha...koplak
Dan inilah episode foto foto dari
sinetron terbaru anak anak Rasta Pala yaitu “Di balik gunung itu perutku
kelaparan” :P
Setelah makan kami pun beristirahat dulu
sejenak untuk menikmati sinar mentari yang mulai terasa menyengat di kulit.
Suasana disekitar sana mulai terasa
ramai.
Dari arah warung kami melihat beberapa orang
mulai berdatangan. Ada yang punya tujuan sama seperti kami tapi ada pula yang
sekedar berwisata disana.
Di sebelah kiri warung terdapat sebuah
kebun strawberry. Kebun itu tak terlalu besar karena memang hanya menggunakan
lahan seadanya.
Saat itu mungkin sedang musim panen
karena banyak strawberry disana yang sudah memerah,siap untuk dikriuk kriuk di
dalam mulut..hehe
Hemm lagi asik asiknya menikmati suasana
pagi disana tiba tiba saya menemukan sesuatu yang menarik untuk difoto.
Itu adalah bayangan kami sendiri.
Yah memang hanya sekedar bayangan tapi
jujur aja ini adalah salah satu foto yang saya sukai selepas dari Lawu.
Dan rupanya bukan cuma saya saja.
Ketika saya ajak yang lain untuk berfoto
mereka juga antusias (emang pada dasarnya pada berjiwa narsis seh haha).
Bhagol pun menemukan tempat yang menarik
dimana bayangan kami benar benar terlihat disana.
Yuph inilah beberapa fotonya.
Karena waktu sudah menunjukkan sekitar
jam 7 pagi, kami pun memutuskan untuk melanjutkan perjalanan.
Kami pun segera bergegas menuju ke dalam
warung untuk membayar jajanan kami tadi (mie es dan kopi ampas :P) dan tentunya
untuk mengambil barang barang bawaan kami.
Setelah mengucapkan terima kasih sama si
mbok warung kami pun segera menuju ke Pos pendakian Gunung Lawu.
Tujuannya yah tentu saja untuk mendaftar
terlebih dahulu.
Daftar??buat apaan Ndar pake daftar
segala,kaya mau lamaran kerja aja pake daftar dulu.
Mungkin buat yang pernah/hobi nanjak
gunung pasti tahu hal ini. Penjelasan sederhananya seh kurang lebih sama dengan
bertamu ke lingkungan orang lain.
Umumnya di setiap rumah di Indonesia kan
biasanya ada tuh tulisan “Tamu 1x24 jam wajib lapor”.
Yah kurang lebih sama ajalah kaya geto.
Karena saat itu kami memang tengah
bertamu ke Gunung Lawu. Jadi kami harus berlaku sopan disana agar jika terjadi
apa apa kami tidak akan mengalami kesulitan.
Tapi sialnya saat itu Pak RT eh penjaga
posnya lagi ga ada di tempat.
Hadehhhh. . . . . . . . .
Kami pun mencarinya kesana kemari.
Mencari ke dalam pos penjagaan,ke dalam
selokan bahkan kami mencarinya ke dalam hati tapi sayang ga juga ketemu.
Butuh hampir setengah jam bagi kami
untuk berkata “eh kenapa ga tanya mbak warungnya aja yah”
#Koplak.com
Papay pun segera menuju ke warung yang
tadi kami singgahi, pertama seh mbaknya nyuruh periksa posnya lagi.
Setelah kami katakan bahwa kami sudah
melakukannya eh si mbaknya malah berteriak teriak ke arah seberang jalan.
Teriakannya ampun deh merdu banget mirip
banget sama penanyi seriosa
Karena merasa panggilannya ga menemui
jawaban eh si mbaknya malah setengah berlari ke arah tempat itu. Ga lama dia
pun kembali dan berteriak ke arah kami.
“Sudah tuh mas, ditunggu sebentar aja
soalnya orangnya baru aja bangun” sembari mengeluarkan senyum ala miss
Indonesia.
Selagi kami menunggu si mas penjaga pos,
ada segerombolan orang yang sepertinya memiliki tujuan yang sama dengan kami. Tapi
bedanya dengan kami mungkin Cuma pada barang bawaan dan tingkat kegantengannya
aja :P
Sepertinya mereka tinggal masih di
daerah sekitar Solo jika melihat barang bawaan yang dibawa.
“Udah mas langsung aja,ga usah daftar
juga ga apa apa” Ujar salah seorang dari mereka.
Rupanya mereka membujuk kami untuk
melalui jalur legal..hahaha
Reaksi kami???
Tentu saja Cuma senyam senyum dan
berlaga seperti putra keraton.
“Makasih mas buat infonya” Ujar Papay
kepada mereka.
Wah ini orang orang bukan memberikan
contoh yang baik.
Sebenarnya seh lumrah aja buat
ngelewatin pos geto aja, tapi kita juga tahu bahwa informasi itu sangat penting
di atas gunung.
Ibaratnya begini (mudah mudahan seh ga
terjadi) kita hilang atau tersesat di atas gunung. Nah kalo misalnya kita sudah
meninggalkan info pasti akan segera dicari dengan segera karena sudah memiliki
informasi tentang diri kita.
Hem selagi menunggu si abang penjaga pos kami juga melakukan sesi foto gerbang haha
Hem selagi menunggu si abang penjaga pos kami juga melakukan sesi foto gerbang haha
Ga lama berselang setelah kepergian
orang orang tadi muncullah seorang pria dari arah seberang jalan, langkahnya
begitu pasti menendang roda roda kehidupan.
Tatapan matanya tajam seakan ada badai
yang berpusar dari matanya. Dan ketika langkahnya sudah mendekati kami beliau
pun berkata
“Aiihh..pada mau daftar ya bo”
#Gubraakkkk :P
Engga deng, doi ga ngomong kaya geto..hahaha
tapi cuco banget kalo emang kejadian beneran :P
Dia Cuma langsung masuk ke pos ke
pendaftaran dan meminta fotokopi KTP dari kami semua dan mencatatnya.
Sang sekretaris merangkap ketua
perjalanan juga pemandu wisata yaitu saudara Firman bhagol pun menyuruh
bendaharanya yaitu Papay untuk membayar jumlah tiket tadi.
Kenapa Papay,jawabannya kalau baca dari awal
pasti tahu..hehe
Tak lama kemudian dari arah seberang
jalan kami melihat kedatangan seseorang. Dari kejauhan sumpah itu orang mirip
banget sama Ki Joko Bodo.
Rambut gondrong acak acakan, tampang
kumel,jenggotan, badan kurus seadanya. Yang membedakan mungkin Cuma penampilannya
aja. Kalo Ki Joko Bodo dukun merangkap anak boyband, sedang ini orang
penampilannya metal abis.
Celana sobek dibagian lutut dan selalu
bawa tas kecil.
Saat sudah dekat beliau pun menyapa kami
semua
“Kancil” ujar beliau mengenalkan
namanya. Rupanya beliau merupakan penduduk sekitar sana.
Belakangan baru kami ketahui bahwa doi
adalah salah seorang Ranger di gunung Lawu. Beliau kemudian memberikan beberapa
wejangan kepada kami sebelum menanjak. Saat itu suasana benar benar mencair.
Banyak ketawanya deh saat ngobrol dengan
beliau.
Nah saat mengobrol itulah saya sempatin
bertanya “Bang kalo sumber air ga terlalu jauh kan yah dari pos 1??”
“Ada kok di pos 1 tapi tempatnya agak
menjorok ke dalam hutan. Setelah dari pos 1 sumber air baru ada lagi di pos 5”
Ujar bang kancil kepada kami
“Kalau emang mau ngisi air lebih baik
dari sini aja, tuh dari masjid aja ngisinya” Sambung bang kancil lagi.
Tanpa pikir panjang saya pun langsung
bergegas menuju Masjid untuk mengisi jirigen bersama Papay.
Awalnya kami mengisi air di bak yang ada
pada masjid tersebut tapi tak lama Papay berteriak ke saya (padahal jaraknya
deket).
“Te, ngisi disini aja??” teriaknya dari
arah samping Masjid. Rupanya disana ada sebuah pancuran air yang tak pernah
berhenti mengalir.
Yang jelas seh airnya jauh lebih
higienis dari yang di dalam masjid.
Saat sedang mengisi air kami melihat ada
beberapa orang yang sedang memanen strawberry. Saya dan papay seh saat itu seh
ngobrol ngobrol aja, tapi jujur aja laga kami udah kaya pemilik kebun yang lagi
mantau hasil panen..hahaha
Yah ngebahas strawberry busuklah,ngebahas
strawberrynya dijual kemana,ngebahas ini itu yah pokoknya jadi ketawa ketiwi
sendiri.
Tak jauh dari kami ada seorang ibu yang
sedang memanen strawberrynya. Oh iya sebelumnya papay juga minta izin terlebih
dahulu dengan ibu itu untuk mengambil air disana.
“Bu, lagi mau dipanen yah” ujar papay membuka
pembicaraan kepada ibu itu.
Nb
: Sebenarnya percakapan Papay sama ibu ini masih ada sedikit campuran dalam
bahasa jawa,tapi berhubung saya cuma ngerti ngartiin bahasa jawa tapi ga bisa
ngomongnya. Yowes dibaca aja ya langsung translatetannya..hehe ^^v
Saya salut banget sama ibu ini, ditengah
cuaca yang menyengat tapi beliau masih dengan giatnya bekerja.
Belum lagi ditambah dengan gangguan 2
makhluk halus dari kota yang sok-sokan akrab..haha
Tapi beliau masih menyempatkan diri
untuk tersenyum kepada kami.
Like this yo ^_^
“Iya,neh udah banyak yang mau dipanen”
Jawab ibu itu.
Papay lalu mengambil sebuah strawberry
yang menjadi perdebatan dengan kami tadi perihal layak atau tidaknya itu
dipanen.
“Bu yang kaya gini dipanen ga yah??”
tanya papay kepada ibu itu seraya mengacungkan strawberry yang dipegangnya.
“Oh yang kaya geto mah ga dipanen, biasanya
dibiarin aja disitu mas” jawabnya lagi.
Saat itu air di dalam jirigen sudah
terisi penuh. Saya dan papay pun masing masing memegang satu.
“Tapi ini masih bisa dimakan kan bu??”Tanya
papay masih penasaran
“Bisa kok mas, tapi kalo mang mas mau
jangan makan yang itu. Makan aja yang lainnya (maksudnya disini itu yang ga
busuk)” ujar ibu itu seraya menunjuk seluruh kebunnya.
“Bener neh bu??” Tanya saya lagi kepada
ibu itu.
“Iya” ibu itu hanya tersenyum mendengar
rasa tidak percaya kami.
Saya dan papay saling berpandang
pandangan seakan ga percaya.
“Wah dapet rezeki nomplok neh” seperti
itulah kata kata yang tersirat dari wajah kami.
Tanpa pikir panjang kami pun membawa tas
dan mengambil semua yang ada di kebun itu dan menjualnya di atas gunung.
Tapi sayangnya itu semua bohong..hahaha
Kami Cuma mengambil beberapa buah aja
kok,sekedar buat dicicipi oleh kami dan tentunya anak anak Rasta Pala yang
lain.
Lagian kurang kerjaan juga makan
strawberry pas lagi mau nanjak gunung. Buat ngurangin ngantuk seh emang bagus tapi
setelahnya perutlah yang akan berbicara.
Ga lucu kan lagi di tengah tengah sesi
nanjak lalu perut berasa mules ..haha
Di atas gunung nyari toilet aja harus
permisi dulu sama alam. Masa iya mau permisi mulu sama si alam.
“Pang numpang numpang..saya mau numpang
b***r”
Hahahahahaha
Setelah mengucapkan terima kasih kami
pun segera bergegas dari sana.
“Si ibu baek banget ya pay” Ujar saya
kepada papay
“Yoi..emang rata rata orang jawa begitu
te, ga terlalu sungkan buat ngasih bantuan”
Saya tersenyum senyum sendiri saat
mendengarnya. Memang di zaman seperti sekarang ini sudah agak sulit menemukan
kebaikan seperti ibu itu.
Kebaikan ibu itu benar benar berwarna
cerah, semerah strawberry lawu yang memiliki citarasa berbeda dalam setiap
gigitannya.
“Tapi pantesan aja yah Pay, teroris
kayanya betah banget di daerah jawa. Orang jawanya pada baek semua” Ucap saya
kepada papay
“Ho’oh” jawabnya seraya tersenyum
simpul.
Dan kami pun segera menuju ke pos,
dimana anak anak yang lain sudah menunggu kami untuk melanjutkan perjalanan.
Kramat
Jati 18 Februari 2012
0 komentar:
Posting Komentar