Mungkin
ada yang tak begitu asing dengan judul di atas.
Yah
kalo anda suka lagu lagu jaman dahulu dan tahu tentang seseorang bernama Bob Dylan
anda pasti akan segera mengetahuinya.
pict from mbah google |
Seseorang
dengan suara serak serak becek dan dikenal sebagai the father of folk
blues.
Yuph
ini adalah salah satu judul lagu miliknya.
The
times they are changing atau yang kalau diartikan ke dalam bahasa Indonesia adalah
waktu mereka yang berubah.
Saya
ga bakal membahas lagunya, saya hanya mengambil judul dari lagu itu.
Minggu
kemarin saya dan beberapa orang teman kampus menghabiskan waktu dengan menginap
di rumah teman kami.
Minggu
pagi harinya ada sebuah pembicaraan yang menarik dengan mereka.
Yah
walau isi pembicaraannya kebanyakan ga jelas dan banyak bercandanya tapi ada
satu pembicaraan yang menarik dengan mereka yaitu ketika kami membicarakan
tentang masa yang lalu.
Kebanyakan
dari kami semua pernah merasakan masa kecil yang sama dalam pengertian hampir
banyak hal yang dilalui tak jauh berbeda.
Mulai
dari sekedar permainan atau sekedar kebandelan dalam hal sekolah.
Mengenang
masa cabut dari sekolah hanya karena lupa waktu karena bermain game,mengenang
masa masa sunatan yang berbeda beda,mengenang setiap permainan yang kini sudah
jarang ditemui.
Mann.
.rasanya sekarang sulit banget yah bisa dibilang langkalah melihat anak anak
kecil memainkan permainan petak umpet,benteng,takadal,bleguran,pletokan,biji
karet,bola gebok,ngadu ikan cupang,bola bekel,congklak,main karet,panggal dan
permainan tradisional lainnya.
Saya
juga prihatin karena lagu anak anak dan lagu perjuangan secara perlahan mulai
dilupakan.
Dulu
kita dengan mudahnya menemukan setiap anak menyanyikan lagu “Anak Gembala”,”Pelangi”,”Naik
naik ke puncak gunung” atau mungkin “diobok obok”.
Sekarang
kita bisa dengan mudahnya menemukan anak TK menyanyikan lagu “Mari bercinta”,”Cari
jodoh” atau mungkin “Bintang di surga”.
Ini
fakta loh, sebuah cerita yang saya temui dan dengar dari Ibu saya yang notabennya
seorang Guru di Taman Kanak kanak.
Ibu
saya bahkan selalu prihatin sendiri saat membicarakannya.
“Ya
Allah..anak anak sekarang mah nyanyiannya kaya gini neh Ndar, terus joget
jogetin badannya deh kaya yang ada di Videonya” ujar ibu saya sembari
memeragakan gerakan yang dilakukan anak didiknya.
Sebuah
hal selalu membuat saya tertawa sendiri ketika melihatnya
Ga heran kan jika pada generasi sekarang lahir yang disebut sebagai generasi alay..hahaha
Anak anak jaman sekarang kayanya lebih suka nongkrong di warnet dan mal. Memainkan permainan game online dan mejeng di kafe kafe.
Anak anak jaman sekarang kayanya lebih suka nongkrong di warnet dan mal. Memainkan permainan game online dan mejeng di kafe kafe.
Ga
salah seh,karena itulah yang dimanakan perubahan.
Cuma
ada satu hal yang saya rasa sangat hilang dari anak anak generasi jaman
sekarang.
Apaan tuh Ndar??
Hemm..apa
yah??saya juga ga terlalu bisa menjelaskannya.
Yang
jelas seh saya ngerasa pertumbuhan mereka benar benar berbeda dengan jaman
ketika saya masih kecil.
Dulu
saya melihat generasi saya tumbuh sangat menikmati masa kecilnya dan tak terbebani
oleh dunianya. Dalam hal belajar pun selalu bisa dinikmati.
Saya
melihat generasi sekarang tumbuh dengan sebuah beban pada matanya, entahlah itu
apa. Dalam hal belajar pun terkadang terlihat malah jadi sebuah beban.
Yah
entahlah..mingkin Cuma perasaan saya aja kali yah hehe ^_^
Tapi
yang jelas sekarang saya melihat pengaruh televisi jauh lebih besar dari orang
tua itu sendiri
Benar
benar lebih besar pengaruhnya.
Aneh
memang tapi itulah kenyataan yang harus dihadapi.
By
the way saya jadi ingat satu hal karena ngomongin hal ini. Saya jadi ingat
beberapa waktu yang lalu saya juga terus kepikiran tentang betapa berubahnya
lingkungan yang saya tinggali.
Dahulu
saya dengan mudahnya menemukan lahan buat bermain.
Entah
itu sawah,empang,lapangan bola,taman atau mungkin sekedar lahan petak kecil.
Dulu
di condet dan lubang buaya dimana merupakan tempat saya dibesarkan dengan sangat mudah buat saya menemukannya.
Di
daerah lubang buaya sangat mudah menemukan sawah dan lahan luas. Saya ingat
pernah ngobak (berenang) dekat sawah yang terletak tak jauh dari arah rumah
saya.
Saya
ingat dengan mudahnya kami mencari ikan,belut,keong
siput,cangcorang,belalang,capung,dan kepiting sawah dengan mudahnya.
Hal
yang sama juga selalu saya alami di daerah Condet.
Dulu
ketika kecil saya selalu pergi ke kebun milik kakek saya yang terletak di
Condet. Disana tempatnya adem banget karena memang banyak ditumbuhi pepohonan.
Kalau mau makan buah jambu,kecapi,nangka,pepaya,kelapa dan melinjo saya hanya tinggal memetiknya.
Belum
lagi lingkungan sekitarnya yang masih begitu hijau.
Sawah,empang,dan
rawa rawa adalah hal lumrah yang saya temui disana.
Kalau
mau main bola saya tinggal pergi ke lapangan Komplek Bulak Rantai yang terletak
tak jauh dari rumah saya.
Kini
semuanya terasa sangat berubah.
Sawah
sawah kini sudah berubah menjadi lahan perumahan. Rawa rawa kini sudah diuruk
dan berganti fungsi menjadi sebuah komoditas ekonomi.
Pohon
pohon pun satu per satu menghilang demi perluasan jalan.
Hehh..mungkin
itu salah satu alasan kali yah kenapa semua terasa sangat berubah di mata saya.
Mungkin
saja??
Sedih
rasanya melihat itu semua perlahan menghilang dan jadi sebatas kenangan di
kepala, sedih rasanya melihat generasi sekarang tak bisa merasakan apa yang
dulu biasa saya temui.
Tapi
memang harus diakui bahwa segala sesuatu memang akan berubah. Bukan cuma waktu
tapi juga diri kita sendiri dan segala ruang yang melingkupinya.
Time is always changing.
We can
only interpret it and continue to live because the
change is a thing that we couldn't avoid.
Seperti yang Bob Dylan katakan dalam lirik lagunya :
The line it is
drawn
The curse it
is cast
The slow one
now
Will later be
fast
As the present
now
Will later be
past
The order is
Rapidly fading
And the first
one now
Will later be
last
For the times
they are a-changing
Kramat Jati 20 Februari 2011
Anak zaman sekarang, yang saya lihat sih ya, kurang sosialisasi dengan teman-temannya, jadi banyakan egois dan bentar-bentar marah sama temannya, kesal, dsb.
BalasHapusUjung-ujungnya berantem gara-gara hal sepele.
Miris memang..
Makanya kita yang udah lebih tua ini yang harus mulai mengajarkan itu pada mereka. Bisa ke anak, keponakan, atau anak tetangga :)
IMHO lho, ya ^_^
Della : sosialisasi seh saya rasa cukuplah mbak,secara udah bnyk hal yg mendukungnya (sms,fban,twitter)
BalasHapustapi mungkin krn sosialisasi itu hny lewat dunia maya dan tak secara langsung jd terkadang menimbulkan kesalahpahaman sendiri.
haha..pokoknya beda banget yah dengan jaman dahulu. wlau alat untuk komunikasi terbatas tp persahabatan selalu erat krn slalu ada komunikasi face to face..hehe
IMHO apa lagi tuh -__-?????