Saya
tak tahu mengapa udara Jakarta terasa melankolis malam ini. Arus udara yang
memecah malam menciptakan ruang sebuah kenangan. Terasa begitu memadati ruang
hampa di kota ini. Menyapa diri dalam indahnya,mendekap erat dalam pesonanya.
Lampu
lampu kota seakan meremang manja. Mengerlipkan pesona memanja mata.
Aku
terteguk dalam gelak canda.
Tertegun
dalam bias pesona maya. Diam muram menepi.
Kibas
angin menamparku perlahan. Senandungkan rindu memuja,untuk wanita perebut
singgasana jiwa. Sesap menyesap dalam liang hasratku.
Goda
menggoda membakar gelora asmaraku.
Seketika
itu padam. Kala aku tahu tak bisa memilikimu. Sekedar mendamba pun engkau
redupkan.
Asaku
meremuk redam,nyanyikan lagu sedih menyepi.
Tidakkah kau dengar,senandung lirihku?
Kramat Jati 20 Januari 2013
0 komentar:
Posting Komentar