Ada
seorang guru yang pernah berujar kepada saya
“Masa sekolah adalah masa yang terindah.Nikmatin aja setiap moment yang tengah
dilalui.Karena sesudah masa ini,dimasa depan nanti kamu akan menemui dunia yang
kejam dan liar.Sebuah dunia penuh tanya yang terkadang membuat kita hanya bisa
bersedih dan terdiam dibuatnya”Jujur saja,saat pertama kali guru saya
berkata seperti itu. Saya hanya bisa mengernyitkan dahi dan bingung dengan apa yang
beliau maksud.
Yah
itu dulu,sekitar 7 tahun yang lalu saat saya masih berseragam SMA (Sekolah
Menengah Atas). Kini seiring dengan perjalanan waktu dan tingkat kedewasaan
yang mengiringinya. Saya jadi sedikit memahami kata kata tersebut.
Well
satu hal yang patut dicatat dari pesan tersebut adalah bahwa kita harus
mengalaminya terlebih dahulu.
Dan
selama 7 tahun tersebut,yah bisa dibilang saya telah mengalami beragam macam hal.
Mulai kuliah di dua kampus dan jurusan yang berbeda hingga mengalami beragam
pekerjaan.
Ada
suka dan duka yang dialami.
Kerjaan
yang ga manusiawi,bayaran yang cuma bisa membuat makan hati hingga kuliah yang
sempat terputus ditengah jalan.
Heeehhhhhhhhhhhh
! ! ! ! ! ! !
Yah
baik dan buruknya. Jadikan sebuah pengalaman aja. Lagipula jika bukan karena
pengalaman pengalaman tersebut,saya tak akan pernah mengerti dengan apa yang
pernah guru saya katakan bukan.
Atap
Tujuan dan Tembok Harapan
Pada
suatu malam,saya benar benar kesulitan untuk tertidur.
Dan
pada saat saya sedang merenungi banyak hal. Saya lalu seakan teringat pada sesuatu.
Atap
pada kamar saya pernah mengalami kebocoran saat hujan. Satu hal yang tidak
mengenakkan jika memikirkannya kembali. Namun bagi saya kebocoran itu seperti
mengajarkan saya akan sesuatu.
Well
bekas aliran air pada atap yang bocor jadi seperti membentuk sebuah pola. Ada
bekas aliran yang terlihat besar dan ada yang terlihat sangat kecil.
Dan
pada malam itu saya seperti teringat akan sesuatu yang membuat saya hanya bisa
tersenyum kecil. Akan sebuah tekad yang sempat saya sematkan pada atap kamar saya
itu.
Jadi,dahulu
atap tersebut saya namakan “atap tujuan”.
Yah
terdengar aneh memang tapi itulah kebenarannya. Saya menamakannya demikian
untuk menyematkan impian impian saya.
Well
seperti yang saya jelaskan diatas,aliran tersebut membentuk yang besar dan
kecil. Dan bisa dibilang saya mengandaikan hidup saya ke dalam aliran yang
kecil.
Kenapa??
Saya
lahir di keluarga sederhana,dimana bisa dibilang hanya ibu saya yang berjuang
sangat keras untuk kehidupan saya. Terutama buat pendidikan saya.
Saya
selalu teringat,dalam setiap jenjang sekolah saya harus menunggak bayaran
berkali kali. Dan bagaimana saya harus menahan lapar hanya karena tidak
mempunyai uang jajan.
Masa
masa pahit namun mengajarkan saya banyak hal. Sedari kecil saya seakan
diajarkan kebesaran hati. Menerima apapun jalan yang telah Tuhan berikan. Saat
teman teman lain dengan mudahnya mendapatkan barang kesukaan mereka,saya hanya
bisa tersenyum.
Iri memang namun saya bersyukur
karenanya. Saya menjadi manusia yang lebih kuat karena hal hal seperti itu.
Yah
bisa dibilang itulah salah satu hal yang menyebabkan saya menamakan atap kamar
saya itu“atap tujuan”. Aliran kecil itu seakan pengandaian tentang kehidupan
yang saya lalui. Saya seakan memahami dengan apa yang akan terjadi pada saya
nanti. Lebih tepatnya seh apa yang akan terjadi setelah masa SMA.
Saya
tahu bahwa untuk melanjutkan kuliah merupakan hal yang terbilang sulit. Sekalipun
saya bisa mendapatkan beasiswa.
Gimana
mau melanjutkan kuliah,makan sehari hari aja keluarga saya kadang kesulitan.
Namun
itulah adilnya Tuhan.
Oleh
Tuhan saya diberikan ibu dengan hati seorang malaikat. Beliaulah yang
menghidupkan asa saya untuk sekolah terus. Yah walau dengan sebuah catatan
seh,bahwa saya harus kuliah di tempat yang terjangkau oleh kondisi keuangan
keluarga.
Dan
karena kondisi itulah walaupun saat itu sudah hampir pasti diterima,saya dengan
berat hati meniadakan keinginan saya untuk menimba ilmu di ITB (Institut
Teknologi Bandung) mengambil jurusan pertambangan dan perminyakan.
Saya
pun jadi mengambil rencana B. Yaitu kuliah mengambil Perhotelan dan Pelayaran
di Wisakti.
Yah
singkat cerita saya seakan tak bisa membohongi hati dan perasaan saya. Di
pertengahan jalan,saya merasa ini bukan jalan hidup yang saya inginkan. Saya
pun memutuskan berlari darinya.
Dan
konyolnya,hidup justru membawa saya bekerja pada perusahaan swasta yang
mengambil bidang perminyakan.
Hadehhhh
! ! ! !
Terhitung
hampir selama 5 tahun saya bekerja disana. Selama masa itu ada masa rehat
tertentu. Masa dimana perusahaan sempat terhenti karena perselisihan dengan
rekan bisnis.
Dan
dimasa rehat itulah saya memutuskan untuk kuliah lagi. Kuliah di tempat yang
terjangkau dengan pendapatan saya. Yah pokoknya asal tidak menyusahkan orang
tua saja.
Tujuan
kuliah saya sekarang hanya satu. Mendapatkan selembar kertas.
Kertas
yang mengatakan bahwa saya adalah seorang sarjana. Itu saja.
Kenapa??
Karena
kita hidup didunia yang konyol. Dimana seorang yang bergelar akan lebih diakui
ketimbang orang yang bekerja dengan giat. Orang bodoh tapi beruang akan lebih
mudah mendapatkan pendidikan ketimbang yang layak ketimbang si miskin namun pintar
dan kaya ilmu.
Itulah
cerminan sempit Negara ini.
Lalu
tentang “Tembok Harapan”. Ah itu hanya corat coretan saya saja pada tembok
kamar. Isinya hanya berisi cita cita dan harapan saya di masa yang akan datang.
Ada juga seh coretan galaunya hihihi!!
Ada
satu coretan yang hanya bisa membuat saya merenung dibuatnya “Ingin menjadi
orang yang berguna bagi orang orang tersayang. Memberangkatkan Ibu pergi haji
dan Vika mengenal dunia”
Satu
hal yang belum bisa saya lakukan hingga detik ini.
Hehhh
!!!
Jalan
Seorang Penulis
Saya
tak tahu sejak kapan impian ini tumbuh. Saya memang senang membaca,mulai dari
cerpen,novel,komik ataupun hanya sekedar berita kecil dalam koran. Namun menulis??saya
tak tahu kapan waktu pastinya.
Tapi
satu hal yang pasti. Saya semakin menggilai hobi saya ini. Tiada hari tanpa
menulis,bahkan segala sesuatu hal didunia dapat menjadi sebuah tulisan.
Heeeehhh
! ! ! !
Entah
sejak kapan hati saya seakan menambatkan dan membulatkan diri untuk menjadi
seorang penulis.
Bisa
dibilang menulis telah menjadi sebuah kesenangan tersendiri buat saya. Menjadi
sebuah hobi yang tanpa saya sadar telah sangat saya cintai kini.
Teman
tanpa suara,teman tanpa bentuk. Hanya iringan jemari yang setia menulis dalam
merangkai sebuah kata.
Tapi
entah mengapa itu seakan sudah cukup untuk mengkoneksikan hubungan yang
terjadi.
Keinginan
saya semakin kuat ketika bertemu dengan teman teman yang sangat mendukung mimpi
saya ini. Baik itu teman dunia nyata ataupun teman lewat jejaring social seperti
facebook dan twitter.
Banyak
percakapan yang terjadi. Yah pada intinya seh semacam bentuk dukungan terhadap
saya. Namun malah kali ini justru dari sayalah yang sepertinya masih berkeras
hati tidak mau melanjutkan.
Saya
masih meragu,belum berkeyakinan penuh. Hingga saya bertemu dengan seorang teman
bernama Dian.
Dian
adalah teman saya di dunia maya. Bermula dari pertemanan di Twitter hingga jadi
teman ngeBlog. Saat ini doi tinggal bersama suaminya di daerah Salemba,Jakarta.
Well
eniwei belakangan saya banyak ngobrol dengan doi. Mulai dari obrolan tentang
menulis hingga yang ga jelas haha!!
Pada
intinya adalah,karena ngobrol dengan doi,saya jadi sedikit mengerti apa yang
kurang selama ini.
Saya
hanya berpikir ditempat,tidak berani untuk melangkah lebih jauh. Dan satu hal
yang ngebuat obrolan Dian lebih masuk dengan saya adalah karena dia berasal
dari zodiac yang sama yaitu Sagitarius.
Yah
soal ini seh sebenarnya saya juga masih percaya ga percaya,namun entah mengapa
setelah ngobrol dengan Dian,saya malah seperti berasa ngobrol dengan diri saya
sendiri.
Benar
benar seperti ngobrol dengan cermin.
Dian
mempunyai hobi yang tak berbeda jauh dengan saya yaitu membaca dan menulis. Dan
salah satu impiannya adalah menerbitkan sebuah buku. Dan lucunya saat dia
berkata bahwa Sagitarius pribadi yang penasaran,jika memang mengejar sesuatu ya
akan terus dikejarnya.
Meski
sesuatu yang dikejar tersebut,kadang membutuhkan waktu yang lama dan proses
yang berbelit. Namun menurut Dian,sagitarius seakan ditakdirkan untuk itu.Yah
itulah mungkin alasan kenapa hanya zodiak ini yang ditakdirkan membawa panah
dalam bentuknya. Sekali menetapkan sebuah target,maka dia akan terus
mengejarnya.
Jalan
seorang penulis??
Ah
entahlah,hanya Tuhan yang tahu akan jawabnya. Sekalipun ini tak berhasil dan
menemui kegagalan,pikiran saya tidak akan lagi berteriak karena melarikan diri
dari apa yang diinginkan hati dan jiwa saya.
Yah
setidaknya ketika kegagalan itu datang,saya telah berusaha menggenggam mimpi
dan melepaskan hasrat.
Yah
buku tersebut hanyalah sebuah jawaban. Salah satu tahap pencarian.
Bukan
segalanya memang,namun itu adalah satu langkah awal yang telah berani saya
ambil. Berani mengatakan tidak terhadap kemunafikan,berani menghadapi caci
maki.
Saya
akan berusaha,hasil nomor dua. Sekalipun terlihat mustahil dan seperti angan
yang terlalu membumbung. Setidaknya saat orang orang mempertanyakan semua itu,saya
hanya akan berkata “Buku inilah jawabannya”.
Sebelumnya
bagi yang sering ngikutin blog ini (pede banget dah ah punya pengikut),saya
mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya. Saya bukan ingin
berhenti menulis kok,hanya saja mungkin sampai akhir tahun ini ga akan terlalu
banyak tulisan di blog seperti tahun kemarin. Bukan karena saya ga berhasrat
lagi untuk menulis.
Saat
ini pikiran saya benar benar meyakinkan saya untuk fokus pada salah satu tulisan.
Saya ga tahu bagaimana akhirnya. Namun seperti yang sudah saya ucapkan
diatas,setidaknya saya telah berusaha untuk itu.
Yah
jika sebelumnya dalam sebulan bisa lebih dari 10 atau 20 karya tulis. Esok mungkin
hanya sekitar 2 atau 3 dalam sebulan. Bahkan 1 tulisan bisa saja terjadi.
Ada
sebuah pesan yang saya ketahui dari twitter baru baru ini,sebuah pesan dari
seorang penulis bernama @endikkoeswoyo. Saat itu doi ditanyakan tentang PR dari
seorang penulis “kuncinya fokus, biasakan fokus pada satu
tujuan. Ikuti outline. Jangan lirak-lirik, ga akan kelar” lalu pesannya
lagi “fokus ke satu ide, satu pacar itu lebih baik dari pada
banyak pacar. Kelarin satu-satu, biar ga pusing”
Well pada minggu ini mungkin saya masih
belum bisa memulainya,karena saya masih ingin menyelesaikan sebuah tulisan lagi
yaitu “Untuk Indonesiaku (Dari Kami Untuk Negeri)”.
Sebuah tulisan yang saya dedikasikan kepada
Pendaki/Pecinta Alam untuk Indonesia.
Saya ingin menggerakkan para pendaki
untuk berbuat sesuatu bagi Negara ini. Sesuatu yang kecil namun akan selalu
dikenang setiap orang.
Apa itu??
Yah sabar aja yah,nanti juga tahu hihihi
Baiklah.
Mulai minggu depan,saya akan mulai fokus terhadap satu tulisan.Setidaknya saya
ingin itu menjadi lembaran lembaran yang dapat direalisasikan menjadi sebuah
buku.
I dont know how it will be.But there will be no
change without an action.
Bahkan para jagoan pun telah mendukung langkah yang saya tempuh,yah seperti gambar dibawah ini :P
Bahkan para jagoan pun telah mendukung langkah yang saya tempuh,yah seperti gambar dibawah ini :P
Oke masbrow :D |
Dan
buat teman teman blog,doakan saya agar dapat menyelesaikan apa yang saya
impikan. Yah sesuatu yang selalu kita impikan bersama,sesuatu yang membuat kita
mencintai dunia menulis.
Bismillah..Semoga
dilancarkan segala sesuatunya (kaya ijin mau merid aja lo Ndar haha)
Ganbatte
Awal ^_^
Kramat Jati 7 Maret 2013
0 komentar:
Posting Komentar