Amazing..yah
itulah satu kata yang bisa saya gambarkan untuk tahun 2013.Memang masih ada
kekurangan,yaitu saya belum dapat bekerja secara tetap.
Namun
secara keseluruhan,2013 adalah tahun yang sangat mengagumkan.Secara perjalanan.
Mulai
dari mendaki ke banyak gunung,pantai dan ke tempat lainnya.
Slamet,Papandayan,Semeru,Bromo,Gede,Pangrango,Kerinci,Danau
gunung Tujuh,Pulau Condong,Pananjakan,Pasir Putih,Pulau Damar.
Menjelajahi
banyak tempat,menjejakkan kaki pertama kali di Sumatra,dan menemui banyak
sahabat baru.
Dan
yang paling membahagiakan adalah bahwa saya akhirnya diwisuda.
Yeeeayyyyyyyyyyyyyyyyyyyy
! ! ! ! ! ! ! ! ! ! !
2013
is really have so much amazing moment for me.
2013 :
Unpredictable Moment
Pict from weheartit.com |
Akhir
tahun ini,entah mengapa saya jadi rajin membaca beberapa catatan di blog.
Yuph,blog
yang belakangan jarang saya lihat,raba dan terawang (periksa blog apa cek duit
palsu ndar) dan anehnya ternyata blog saya ini mendapatkan perhatian dari
beberapa orang.
Kasihan yah
mereka,tersesat di blog saya hehe
Jujur
aja,saya akui saya senang mendengarnya.Yah biar bagaimanapun itu adalah salah
satu apresiasi atas apa yang saya kerjakan.
Umumnya
pertanyaan yang keluar dari mulut mereka“kok
jarang nulis di blog lagi,ndar?”
Well
belakangan saya akui saya mulai jarang menulis,belakangan saya lebih senang
jadi pembaca saja.
Entahlah,namun
yang jelas hasrat nulis saya tetap menggebu kok.Hanya saja lebih terpendam
sekarang (harta karun kale ah). Sekarang
pun saya sedang menyelesaikan sebuah novel yang sekarang sedang memasuki tahap penyelesaian
per chapter.
Mohon
doakan saja yang terbaik untuk saya :)
Oke
kembali ke topik hidayat #eh.
Jadi
ketika saya membaca kembali catatan saya di blog.Terutama bagian catatan yang
tentang perjalanan.
Ga
tau kenapa ada perasaan geli dan sedih tersendiri kala membacanya.
Perasaan
geli karena bertanya “ih kok bisa ya gue
kaya begitu’’,perasaan sedih karena akhirnya cita,cinta dan harapan-harapan
yang tanpa saya sadari sudah tersampaikan.
Saat
membaca catatan “My Love N.G” saya
hanya bisa tertawa.Sekedar diketahui,catatan itu saya buat pada tahun 2011 (N.G sendiri merupakan singkatan dari Nanjak
Gunung).
Untuk membaca catatannya
disini bisa membuka link ini --> http://awaludinnandar.blogspot.com/2011/10/my-loveng.html
Intinya
di catatan itu saya menulis rasa kangen saya buat mendaki lagi,di catatan itu
saya juga menulis tentang beberapa harapan saya sebagai seorang pendaki.
Di
2011 itu saya menulis bahwa mendaki Rinjani (Lombok) dan Cartenz (Papua) adalah
sebuah kemustahilan dalam hidup yang saya jalani.
Namun
untuk beberapa hal yang tidak saya mengerti,Tuhan seakan ingin menunjukkan
bahwa tidak ada yang mustahil dalam hidup ini.
Kun fa yakun :
Jadilah, maka terjadilah
Saya
bermimpi,saya katakan / tuliskan harapan itu,dan Tuhan memberikan saya jalan
untuknya.Di tahun 2012 Tuhan memberikan saya jalan untuk mendaki lagi,dan
anehnya yang diberikan olehnya adalah salah satu gunung yang paling saya ga
anggap mungkin.
Yuph
itu Rinjani.
Untuk catatan
perjalanannya --> http://awaludinnandar.blogspot.com/2012/08/my-life-my-adventure-my-wonderfull.html
Dan
setelahnya adalah perjalanan ke banyak tempat yang menarik.Mengenalkan saya
banyak keindahan alam Indonesia dan juga menawarkan banyak persahabatan.
Dan
itu terus berlanjut hingga 2013.Bahkan saya diberi jalan mendaki ke gunung yang
bahkan ga pernah ada dalam mimpi terliar saya,itu Kerinci.
Dalam Langkah
Sang Pengelana
Namun
dalam pendakian terakhir di Kerinci itu saya sudah merasa ada yang hilang.
Tidak,itu
bukan duit,karena saya emang ga punya duit #apacoba ^^
Saya
juga tidak mengerti,tapi semakin banyak saya melangkah,semakin banyak saya merasa
kehilangan.
Dalam
pendakian terakhir saya ke gepang (gede-pangrango) 30 November - 1 Desember
2013 kemarin,perasaan antusias yang dulu selalu saya miliki dalam setiap
pendakian,entah mengapa kaya lenyap begitu aja.
Bukan
tidak menyenangi lagi,namun saya merasa benar-benar ada yang hilang.
Ngomong-ngomong
saya jadi ingat dengan perkataan sahabat saya di organisasi Himpala,Matze (biasa dipanggil dengan panggilan mas kalau di
basecamp)
Dalam
pendakian terakhir ke Gede itu,saya mengajak doi buat ikut.Awalnya jawabannya
iya,lalu mulai ragu dan pas H-1 doi memutuskan untuk tidak ikut.Saya seh ga
terlalu mempermasalahkan dan saya juga tidak pernah bertanya balik tentang
alasannya.
Tapi
saat itu mas hanya berkata singkat “Lagi
ga (maaf) sangek/horny naek gunung te”Ujar mas singkat.
Sebuah
jawaban yang simple namun ga tau kenapa sampai sekarang masih terngiang
dikepala saya.Bukan kata hornynya yah,kata itu hanya sebagai pengandaian dari
kata tertarik.
Hem
apa saya sedang mengalami fase itu ya,fase dimana saya mulai merasa jenuh
dengan pendakian.
Mimpi Indonesia
Satu
Jujur
saja,sebenarnya dari pendakian Kerinci agustus yang lalu,saya sudah ingin cuti
sementara dari kegiatan pendakian.
Namun
belakangan ada sesuatu yang menahan saya.
Pertama
hal ini timbul karena keprihatinan saya atas kondisi pendakian.Sebuah dunia
yang membuat saya jatuh cinta,sebuah dunia yang kini seperti tengah dilanda
kebingungan.
Kenapa Ndar?
Sesekali
jika membuka facebook pergilah ke grup yang didirikan khusus untuk para
pendaki.Permasalahan yang timbul,topik yang muncul setiap harinya hampir sama.
Tentang
pendaki pemula,sampah,kepengurusan taman nasional,event dan lain lain.Yang
disalahkan pun selalu sama yaitu pendaki pemula,taman nasional,ketidakpedulian
pendaki dan yang terbaru karena sebuah film.
Masih
ingat dengan film 5 cm??
Well
kalau boleh jujur,memang bisa dibilang film itu memberikan efek luar biasa
kepada dunia pendakian.
Positifnya,semakin
banyak yang tertarik dengan hobi ini.Negatifnya dunia pendakian seakan kaget
dengan kondisi ini,benar-benar memberikan syok terapi ruar binasa kepada semua
penggiatnya mulai dari pihak pengelola,pendaki hingga para pedagang.
Pihak
pengelola merasa permasalahan sampah merupakan tanggung jawab pribadi dari
pendaki.
Lantas
mengapa ada pemberlakuan tarif masuk (yang harganya lumayan) dan minimnya
himbauan dari pihak taman nasional,sebagai alat komunikasi tidak langsung
sebelum mendaki.
Pendaki
pun mengeluhkan permasalahan efek sebuah film yang menimbulkan banyaknya
pendaki pemula (newbie) sebagai
pangkal permasalahan.
Lantas
bagaimana jika itu disematkan kepada teman,saudara,bahkan anak anda sendiri
yang baru pertama kali mengenal pendakian?
Pedagang
merasa mereka mempunyai hak untuk berdagang dimanapun,termasuk berdagang
disepanjang jalur pendakian.
Lantas
dengan segala keuntungan yang diraih,apa nantinya orang orang yang berjualan
hanya sebatas mereka saja,apa ada jaminan tidak ada penambahan jumlah
pedagang,sementara peraturan yang ada dan tertera pun seakan diacuhkan.
Sob,karena
hal pedagang ini pula,sebagian dari kita pasti pernah bercanda dan membayangkan
ada minimarket,tukang bakso,mie ayam dll.
Pernahkah
membayangkan jika itu menjadi kenyataan??
Meski
banyak yang bilang tidak ingin membayangkannya,meski ada pro kontra dengan
segala hal tersebut.
Namun
itu adalah kenyataan yang harus dihadapi bersama,bukan dihadapi dengan
perdebatan atau merasa paling benar.
Karena
ini bukan lagi soal salah atau benar.Namun bagaimana semua orang mau duduk
bersama dan menemukan jalan keluarnya,bersedia melakukannya bukan atas nama
pribadi,organisasi atau sebuah instansi.
Semua
harus dilakukan demi Indonesia.
Sebuah
nama Negara yang perlahan dan tanpa disadari kini mulai ditinggalkan oleh
sebagian besar warga Negaranya.
Termasuk
saya dan mungkin juga anda.
Menyedihkan!!
Hidup
di Negara bernama Indonesia.Dimana uang sangat berkuasa.
Jika
tidak,kita tidak akan mendengar kabar bahwa hutan hutan di Riau dan Kalimantan
dibabat habis hanya demi membuka lahan baru untuk industri sawit.
Kita
tidak akan mendengar bahwa banyak lahan di NTT (Nusa Tenggara Timur) digunakan untuk
pertambangan.
Tak
akan pernah ada berita bahwa Indonesia merupakan salah satu pembunuh Hiu terbesar di dunia.
Semua
menuju satu.Uang.
Begitupun
Taman Nasional.Ketidakterbukaan dalam hal birokrasi justru semakin menghambat
laju perkembangan Taman Nasional itu sendiri.
Taman
Nasional di Negara ini masih saja berkutat dengan keadaan birokrasi model lama.Tak
heran,korupsi begitu mudah menyusup ke dalam tubuh kepengurusan.
Jika
Soe Hok Gie masih hidup,mungkin beliau akan sangat kecewa melihat keadaan
Negara ini. “Aku tidak mengerti dengan
kondisi Negara kini.Semua orang seakan terpecah.Kaum aristokrat seakan larut
dengan kuasa yang digenggamnya.Rakyat pun mulai acuh,mengeluhkannya sebagai
angin lalu.Dan kaum pendaki seakan larut dengan ego pribadi dan organisasi.Tak
ada lagi kesatuan di antara kami”
Itu
adalah pemikiran saya yang mungkin saja akan diberi anggukan oleh Gie.Entahlah.
By
the way sebenarnya jawaban dari segala permasalahan tersebut simple.
Pertama
karena tidak adanya rasa percaya.
Sudah
menonton film “Habibie dan Ainun”??Ingat adegan
dimana Pak Habibie dan Ibu Ainun masuk ke Hanggar Dirgantara Indonesia.
Ada
satu ucapan dari beliau “Indonesia terdiri dari 17000 pulau,dan ini bisa
menjadi langkah kecil buat kita.Saya percaya kita bisa menjadi besar,namun
kenapa mereka tidak”
Ya
seperti itulah kata-katanya.Walau jujur saya agak lupa juga dengan bagian
dialognya hehe
Namun
inti yang ingin disampaikan Pak Habibie itu jelas.sebagian besar warga Negara
bangsa ini adalah orang orang yang pesimis.Tidak memiliki kepercayaan bahwa
bangsanya bisa menjadi besar.
Lalu
yang kedua adalah karena Bangsa ini tidak pernah bergerak sebagai satu
kesatuan.
Ya,sebagai
sebuah Bangsa.Indonesia
Satu.
Sesuatu Yang
Bernama Mimpi
2013
benar-benar tahun yang membahagiakan bagi saya.Diwisuda,mendaki ke banyak
gunung,dan saya senang sudah dapat menghantarkan cinta saya semenjak SMA dan
menyampaikan salam seorang sahabat.Pesan terakhirnya,yaitu Semeru.
Saya
sangat sangat sangat bersyukur untuk itu semua.
2014
akan segera datang,untuk pribadi saya berharap semoga dapat menjadi pribadi
yang lebih baik lagi,dapat melanjutkan kuliah dan bekerja.
Dari
sisi pendaki,walau hasrat tak lagi sekuat dulu namun saya masih ingin melakukan
banyak pendakian.Argopuro,Tambora,Latimojong,Raung,Binaiya dan Cartenz adalah tempat
yang sangat ingin saya tuju.
Sebagai
seorang traveller yang menyukai sejarah saya sangat ingin pergi ke Ende,NTT
untuk melihat taman Pancasila.Lalu pergi ke museum Tsunami di Aceh dan
berkunjung ke ujung barat Indonesia yaitu Pulau Sabang.
Di
2014 ini,saya juga mempunyai sesuatu yang bernama mimpi untuk dunia pendakian
Indonesia.Sebuah mimpi yang tidak akan
bisa berjalan sendiri tanpa bantuan seluruh pendaki di Nusantara.
Ide
sudah ada,tinggal dimatangkan lagi konsep dan sentuhan akhirnya.Dan semoga itu
dapat tercapai.Semoga,walau hanya sedikit namun bisa kembali menyatukan dan
menghangatkan ikatan antar pendaki.
Ikatan
yang bernama persaudaraan ^_^
Doakan
yang terbaik untuk mimpi saya ini.
Akhir
kata selamat tahun baru 2014.
Semoga
di tahun ini lebih dan lebih baik dalam hal pribadi,keluarga,persahabatan dan
percintaan.
Saya
doakan yang terbaik untuk kalian semua.
Best Regards Nandar Awaludin
Kramat Jati 31 Januari 2013
0 komentar:
Posting Komentar