(Konflik
di bumi Serambi Mekah)
Pertengahan
tahun 90an bumi Serambi Mekah atau lebih dikenal sebagai Nangroe Aceh
Darussalam kembali bergolak. Kelompok
Separatis atau lebih dikenal sebagai Gerakan Separatis Aceh (GSA) kembali
menyebarkan teror di bumi Serambi Mekah.
Rama
yang sudah 3 tahun bertugas di Medan akhirnya dipindah tugaskan ke perbatasan Aceh
oleh kesatuannya. Saat itu ia
ditugaskan untuk berjaga di daerah sarat konflik. Walau kurang menyukainya tapi Rama selalu bisa
menerimanya karena biar bagaimanapun itu sudah menjadi bagian dari tugas dan
kewajibannya sebagai seorang Prajurit.
Di
sana Rama berkawan baik dengan Komandannya yang bernama Ahmad, Rama tentu saja selalu memanggilnya
dengan panggilan Pak Ahmad. Sebagai
pribadi Pak Ahmad adalah orang yang baik, bahkan
mengajarkan banyak hal kepada Rama. Ia
juga tak pernah lupa untuk memberikan nasehatnya terhadap Rama. Tetapi lain halnya jika sudah
kembali berperan sebagai Komandan,Rama hanya bisa mengatakannya dengan satu
kata yaitu Tegas. Tak
terhitung deh, berapa kali
Rama harus terkena hukuman olehnya.
Rama
senang berbagi cerita dengan Pak Ahmad, jika
sudah berdua mereka selalu berbagi banyak hal. Malam itu Pak Ahmad bercerita betapa ia sangat merindukan
keluarganya di Surabaya, betapa
kangennya Pak Ahmad karena hampir 5 tahun sudah mereka tak bertemu. Ia selalu bercerita tentang kedua
anaknya yang kini sudah memasuki dunia sekolah. Wajahnya selalu ceria ketika menceritakan tentang
keluarganya. Rupanya di
balik segala ketegasannya, beliau
adalah orang yang sangat mencintai keluarganya.
Rama
juga selalu bercerita banyak hal kepada Pak Ahmad. Dari keluarganya hingga pujaan hatinya.
“Siapa
namanya Ram??” tanya beliau
“Bunga, namanya Bunga, Pak.” Ujar Rama sembari tersenyum.
Rama
selalu menceritakan betapa rindunya ia terhadap kekasihnya itu. Rama juga bercerita bahwa ia akan
meminang pujaan hatinya segera setelah ia selesai bertugas.
Pak
Ahmad hanya bisa tersenyum mendengarkan setiap perkataan Rama.
Seminggu setelahnya..
Hari
itu ada apel di lapangan, Pak
Ahmad sebagai Komandan memberi tahu kepada anak buahnya bahwa daerah perbatasan
yang mereka jaga kini semakin rawan. Kelompok
Separatis kini sudah mendekati wilayah penjagaan mereka.
Karena
itu mereka diminta untuk semakin waspada dan untuk besok akan ada pembagian
tugas untuk patroli. Untuk
setiap patroli akan dibagi menjadi 7 orang.
Rama
kebagian tugas 3 hari kemudian. Saat
itu bersama beberapa teman patrolinya ia sedang berjalan menyisiri hutan di
perbatasan. Tanpa
mereka sadari ternyata gerak gerik mereka diperhatikan oleh sekelompok orang. Rupanya itu adalah kelompok
separatis. Mereka
rupanya tengah berusaha menjebak Rama dan kawan kawan.
Ketika
kelompok Patroli Rama sudah memasuki wilayah yang mereka tandai, dengan sekali gerakan mereka
mengepung Rama dan teman temannya. Tentu
saja Rama dan teman temannya memberikan perlawanan dan terjadilah pertempuran
disana.
Tapi
apa daya, Rama kalah
jumlah orang dan juga senjata. Mereka
benar benar habis digempur peluru lawan.
2
orang temannya telah gugur didepan mata kepalanya.
“HEII...KAU
CEPAT KELUAR !!” Teriak
salah seorang dari kelompok separatis.
Saat
itu tak ada lagi bunyi senjata, hanya
terdengar suara gemerisik penghuni hutan yang mengeluh karena pertempuran tadi.
“CEPAT
KELUAR DAN MENYERAHLAH, ATAU KAU
MAU KETIGA TEMANMU INI KUTEMBAK MATI.” sambung orang tadi.
Pelan
pelan Rama mengintip, rupanya
benar bahwa ketiga temannya yang lain telah tertangkap.Mereka semua dalam
keadaan terluka.
Berdegup
degup jantung Rama.
Dan
Rama pun semakin bingung ketika melihat keadaan teman di sebelahnya. Temannya mengalami luka tembak di
bagian bahunya.
Sebagai
seorang prajurit, tentu saja
Rama ingin berjuang sampai titik darah penghabisan. Tetapi sebagai seorang manusia, ia tak ingin lagi melihat kematian dari teman
temannya.
Rama
pun akhirnya menyerah.
Rama
dan teman temannya dijadikan tawanan oleh kelompok separatis, mereka dibawa ke suatu tempat di
hutan dan dikurung disana.Selain mereka ada banyak tawanan lain, kebanyakan dari mereka adalah warga
sipil.
“Ya
Tuhanku..berikanlah selalu perlindungan terhadap hambamu ini.” Ujar Rama yang hanya bisa berdoa di dalam kurungan
itu.
2 Minggu setelahnya. . .
Hingga
saat ini pencarian intensif terus dilakukan untuk mencari para anggotanya yang
masih belum ditemukan. Walau
menemukan kenyataan bahwa ada 2 anggotanya yang meninggal tapi Pak Ahmad selalu
meyakini bahwa Rama dan teman temannya masih hidup.
Walau
kemungkinan untuk itu tipis, tapi
Pak Ahmad tak pernah berhenti berharap.
“Tuhan..lindungilah
mereka semua.” lafadz Pak Ahmad dalam setiap doanya.
Malam
itu Pak Ahmad dan kesatuannya bermalam di hutan.Pada malam itu entah kenapa
mata Pak Ahmad begitu sulit terpejam.Ia pun lalu memutuskan untuk berjalan
jalan sejenak ke sekeliling tenda.
Pak
Ahmad pun menghentikan langkahnya di Api unggun tak jauh dekat tenda.Saat itu
ia hanya sendiri karena para prajurit yang lain sudah tertidur.
Ada
prajurit yang lain yang masih terbangun tapi mereka sedang siaga dan
berpatroli. Jadilah Pak
Ahmad sendirian disana,lama ia melamun disana hingga ia tak menyadari telah ada
seseorang yang berdiri tak jauh didepannya.
Pak
Ahmad kaget bukan main, belum
selesai keterkejutannya ia semakin kaget ketika mengetahui bahwa yang berdiri
di hadapannya adalah seorang wanita.
“Anda
siapa Nona??” Tanya Pak
Ahmad kepada wanita itu.
Wanita
itu hanya tersenyum.
Lalu
ia berkata kepada Pak Ahmad
“Pergilah
ke arah Tenggara,disana bapak akan bertemu dengan sebuah gua. Di sanalah para tawanan disekap. Berhati-hatilah karena banyak musuh yang berjaga disana.”
Wanita
itu pun beranjak pergi, Pak Ahmad
yang masih bingung dan bertanya tanya siapa wanita itu tentu saja segera
berusaha mengejarnya.
Tapi..
“Bruukkkk....” Pak Ahmad terjatuh dan terbangun
dari tidurnya. Rupanya
malam itu ia tertidur dekat api unggun.
“Ahh..Cuma
mimpi.” Pak Ahmad menertawakan dirinya sendiri. Hari itu Pak Ahmad dan kesatuannya
kembali melakukan pencariannya.
“Hari
ini kita menyusuri ke arah mana Pak??” Tanya
salah seorang Prajurit.
Entah
mengapa kata hatinya begitu kuat untuk
menuju ke arah Tenggara, sesuai
dengan yang diamanatkan wanita dalam mimpinya.
“Kita
menuju ke arah tenggara, katakan
kepada semuanya untuk selalu bersiaga.” Jawab Pak Ahmad pelan. Pada akhirnya ia mengikuti
perkataan wanita dalam mimpinya.
(Arti
hadirmu I)
Pak
Ahmad dan kesatuannya terus berjalan menuju ke arah tenggara. Menjelang sore Pak Ahmad sepertinya
hampir sampai di tempat yang dimaksud oleh wanita dalam mimpinya. Itu bisa dilihat dari adanya goa
besar yang berada tak jauh di depan mereka.
Ia
menyuruh pasukannya untuk lebih bersiaga. Ia
pun menyuruh 2 orang prajurit dari pasukannya untuk memata matai keadaan di Goa
itu.
Tak
lama kedua prajuritnya kembali memberikan laporan yang membenarkan dugaan Pak
Ahmad.
“Lapor
Pak, ternyata benar dugaan bapak. Disana rupanya dijadikan
persembunyian oleh musuh.” Bisik mereka perlahan.
Mendengar
hal itu Pak Ahmad selaku Komandan segera saja membuat strategi. Segera mereka pun akan menjalankan
semua rencana tersebut ketika matahari telah terbenam.
Sementara itu di tempat tawanan
disekap
Para
tahanan benar benar merasa tersiksa disana. Cacian, makian, pukulan, tendangan dan
segala macam siksaan mereka lalui tiap harinya. Disana para tawanan takkan pernah dibunuh melainkan
akan terus disiksa sampai ajal sendiri yang menjemputnya. Keberadaan mereka disana hanya sekedar mainan atau
sebagai alat barter. Jaminan
jikalau memang diperlukan.
Rama
saat itu diikat di kolam siksaan, seluruh
tubuhnya ditenggelamkan, hanya
bagian kepalanya yang tidak. Ia diceburkan di kolam yang penuh dengan lintah.
Teman
teman dan para tawanan yang lain hampir bernasib hampir sama dengan Rama. Ada yang masuk kolam siksaan, ada yang diikat dan dijemur
seharian, ada yang
dihukum cambuk atau sekedar jadi bulan bulanan pukulan oleh kelompok separatis.
Rama
hampir tidak kuat menjalani siksaannya,bagaimana tidak??, setelah dipukul dan dihukum cambuk ia kemudian
dimasukkan ke kolam lintah. Tentu
saja hal itu membuat lintah senang dan mengerubuti tubuhnya.
Dalam
keadaan hampir kehilangan kesadaran ia mendengar sebuah suara yang memanggilnya
“Rama.....Rama......Ramaku bertahanlah.....Bertahanlah
sebentar lagi.” Ujar suara itu.
“Siapa
kau..???” Rama yang saat
itu tak mampu membuka matanya, hanya
bisa bertanya kepada asal suara itu. Suaranya begitu parau karena siksaan yang
dilaluinya.
“Bertahanlah
Ram..bertahanlah untukku.” Sambung suara itu lagi. Rama merasakan dekapan hangat dari
suara itu. Perlahan
Rama mulai menyadari sesuatu.
Ia
seperti mengenal suara itu.
Tidak..Rama
betul betul mengenal suara itu. Suara
itu adalah suara dari orang yang paling disayanginya selama ini. Perlahan suara itu pergi
menghilang,menjauh dari Rama.
“BUUNNGGGAAAaaaa
a a a a a a.. . . . . . . . “
Teriak
Rama terhenyak dari alam sadarnya, ternyata
Rama sempat jatuh pingsan tadi. Rupanya
suara yang terdengar tadi datang dari alam bawah sadarnya.
Dalam
keadaan setengah sadar ia kembali mendengar sebuah suara.
“Ram..Rama..Bertahanlah, Ram. Kami akan segera
mengeluarkanmu.” Bisik suara itu kepada Rama.
Rama
susah payah melihat ke asal suara tersebut, rupanya itu teman dari kesatuannya. Sepertinya rencana yang disusun Pak
Ahmad mulai dijalankan.
Setelah
para tawanan satu per satu bebas dan diamankan, mereka
pun mulai menyergap pihak separatis. Pertempuran
pun terjadi karena pihak separatis ternyata tak mau menyerah begitu saja. Korban pun berjatuhan di kedua
belah pihak.
Karena
kalah jumlah dan senjata, pada
akhirnya pihak Tentaralah yang menang. Musuh
yang tersisa pun menyerah di tangan mereka.
(Arti
hadirmu II)
Butuh
waktu 2 minggu buat Rama untuk memulihkan diri di rumah sakit. Bahkan ia sempat pingsan selama
seminggu karena luka luka yang dideritanya.
“Apa
kabarnya kamu, Bunga. Apa kamu tahu apa yang menimpaku kemarin??, apa kamu tahu tentang keadaanku sekarang??” Tanya
Rama dalam lamunannya.
Bahkan
ketika pulih yang ia pikirkan hanyalah tentang kekasihnya Bunga. Rama begitu merindukan kekasihnya
itu. Ia lalu mengeluarkan sesuatu
dari dompetnya. Rupanya itu
sebuah foto dari orang yang dicintainya, Bunga.
Apa
yang terjadi dengan Bunga sekarang, apa
yang sedang dipikirkannya, apa
yang sedang ia lakukan disana, kenapa
Bunga tak jua menghubungi dirinya.
Kenapa
dan kenapa..
Tanya
itu begitu menggumpal di hati Rama.
Setiap
surat yang ia kirimkan hanya berbalas kehampaan, tak ada jawaban. Ketika ia berusaha menghubungi Bunga lewat telepon, jawaban yang ditemui hanyalah
keheningan.
Tak
ada satupun yang menjawabnya.
“Apa
yang sebenarnya terjadi denganmu,
Bunga. Kenapa engkau begitu mengacuhkan
diriku??” Tanya Rama pada dirinya sendiri.
“Lalu
apa arti hadirmu ketika itu, Bunga. Apa arti dari suara yang kudengar ketika aku ditawan.”
Selagi
Rama mempertanyakan semua itu, ada
seseorang memasuki tempat dimana ia dirawat. Ternyata itu adalah Pak Ahmad, Komandannya. Senyum
menyembul keluar dari wajah Pak Ahmad begitu ia melihat Rama.
“Wah..sudah
siuman rupanya, apa
kabarnya neh jagoan perbatasan..hehe.” Ujar Pak Ahmad menggoda Rama.
“Ahh..bapak
bisa saja.” Rama hanya tersenyum
mendengar perkataan Pak Ahmad.
“Oh
iya sampai lupa ini ada sekedar bingkisan dari teman teman yang lain, buat penyemangat biar cepat sembuh.” Ujar Pak Ahmad sembari menyerahkan bingkisan yang dibawanya. Ia lalu menaruhnya di meja tempat
Rama terbaring.
“Terima
kasih Pak.”
“Oh
iya maaf, Ram.. karena
bapak baru bisa menjenguk. Bapak
harus mengawal para tahanan ke Jakarta, karena
kamu tahulah bahwa mereka sudah dianggap sebagai penjahat kelas atas oleh
Negara kita.”
Lalu
Pak Ahmad juga bercerita bahwa keadaan di perbatasan tempat dimana mereka
ditugaskan sudah mulai kondusif. Penduduk
sekitar sudah tak takut lagi akan ancaman gerakan separatis.
“Ngomong
ngomong, Pak.. ada
satu pertanyaan yang menggantung di hati saya. Bagaimana bapak bisa menemukan saya dan para tawanan
lain begitu cepat??, karena
jujur saja, jika itu
adalah diri saya, kemungkinan
untuk pergi ke arah sana begitu kecil. Mungkin
tak akan pernah terpikirkan oleh diri saya karena selain medan yang sulit, tempat itu juga sulit untuk
ditemukan.”
Awalnya
Pak Ahmad hanya terdiam,ia lalu menghela nafas panjang
“Heehhh..itulah
yang tak bapak mengerti Ram, entah kamu percaya atau tidak tapi bapak menemukan
kamu karena sebuah mimpi.”
“Mimpi...??” Rama hanya bisa mengernyitkan dahi begitu
mendengarnya, setengah
tak percaya dengan kata kata Pak Ahmad. Apa
mungkin hal sepenting itu bisa ditemukan lewat mimpi.
“Tapi
bagaimana mungkin Pak, hal seperti
itu bisa terjadi??”
Pak
Ahmad kemudian menceritakan tentang seorang wanita yang singgah di mimpinya. Ia menceritakan bahwa wanita itu
menyuruhnya untuk pergi ke arah tenggara, menurut
wanita tersebuat Pak Ahmad akan menemukan apa yang ia cari disana.
Rama
hanya terperangah, masih tak
percaya.
“Bapak
kenal dengan wanita itu??” Tanya Rama. Jawaban
yang keluar hanya sebuah gelengan kepala.
Secara
tak sengaja Pak Ahmad melihat sebuah foto yang sedari tadi dipegang oleh Rama. Ia kemudian memperhatikannya dengan
seksama.
“Iii..itu
siapa, Ram??” Tanya Pak Ahmad kepada Rama tentang foto yang
dipegangnya.
“Ohhh..ini, ini Bunga pak !! yang sering saya
ceritakan sama bapak.”
“Maaf
Ram,boleh bapak lihat fotonya??”
Rama
kemudian menyerahkan foto yang dipegangnya. Lama Pak Ahmad terdiam melihat foto itu. Pak Ahmad seperti ingin meyakinkan
sesuatu pada dirinya sendiri.
“Pak..Pak
Ahmad, wah dia malah melamun. Bapak kagum yah sama kecantikan
pacar saya..hehe.” Ujar Rama
yang tentu saja segera membuyarkan lamunan Pak Ahmad.
“Ram..wanita
dalam mimpi bapak itu betul betul mirip dengan dia.” Ujar
Pak Ahmad sembari menunjuk foto yang dipegangnya.
“Bapak
yakin??” Rama semakin penasaran akan perkataan Pak Ahmad.
“Demi
Tuhan Ram, itu benar
benar mirip dengan Bunga, Ram”
“Apa
itu mungkin??” Ucap Rama kepada dirinya sendiri.
Tanya
segera menghantui perasaan Rama.
Ada
apa dengan Bunga disana??, kenapa ia
muncul di mimpi Pak Ahmad??, Apa benar
yang waktu itu datang dan menguatkan dirinya ketika disiksa itu benar benar
Bunga??
CrunchBreak : Apa yang akan terjadi selanjutnya??lalu siapakah orang di mimpi Rama??
Ahh..ceritanya sampai disini dulu ya..hehe
Salam kriuk kriuk selalu ^^v
Janji Bunga Bagian ke 2
..end..
Kramat Jati 19 Oktober 2011
0 komentar:
Posting Komentar