Masihkah
kau ingat kala pertama kali bertemu denganku. Saat kita ditempatkan disebuah kelas
yang sama.
Kau
yang datang dari sekolah yang berbeda tersenyum padaku.
Senyum
itu begitu hangat,aku hanya berbalik senyum terhadapmu. Aku masih mengingat
rupa wajahmu saat pertama kita bertemu.
Kau
yang datang dari desa tak begitu rupawan dalam merias wajahmu. Rambut pendekmu
tertata seadanya,tanpa ada riasan yang menghiasi wajahmu.
Wajahmu
terlihat begitu lusuh,setiap orang yang melihatnya akan menilai bahwa kau
adalah laki laki yang terlahir sebagai seorang wanita.
Kau
tampil seadanya saja.
Kau
tak memperdulikan apa kata dunia,bagimu tampil apa adanya dirimu jauh lebih
baik daripada mengikuti apa yang dunia mau.
Waktu berjalan perlahan,kita mulai saling
berbagi satu sama lain.
Awalnya aku masih menatapmu dalam rasa
yang sama. Perasaan sebagai seorang sahabat.
Hingga
pada suatu waktu,aku jatuh hati padamu.
Bermula
dari konflik yang terjadi antara kita. Tapi seiring waktu yang berjalan aku tak
dapat menahan gemuruh di dadaku.
Aku
tak mengerti bagaimana perasaan itu datang. Aku tak bisa menafsirkannya bahkan dalam
ribuan kata yang telah aku pelajari.
Yang
aku tahu rasa itu begitu mengusik pintu hatiku. Rasa itu terpapar begitu nyata,menyentuh
palung hati yang terdalam.
Tapi
aku masih terlalu naif untuk menyatakannya.
Aku
hanya ingin semua yang terjadi sebatas ini adanya.
Sebatas
sahabat dalam waktu.
Diam diam aku mengagumimu
Menatapmu dalam cinta yang malu malu
Aku
pun mulai menjauhimu. Mendiamkanmu dan belajar membunuh rasa yang kumiliki.
Aku
hindari untuk sekedar bertutur kata,bahkan sekedar menatap matamu. Dan bodohnya
aku melakukan itu tanpa tahu kapan waktu untuk berhenti.
Aku
hanya mendiamkannya saja dan membiarkan semuanya berlalu. Aku tak pernah
menyatakan rasa itu terhadapmu.
Aku tak tahu bagaimana perasaanmu
Tapi itu semua seakan sudah terjawab
Dengan melihat binar dimatamu
Bahwa saat itu kau merasakan rindu yang
sama denganku
3
tahun pun segera berlalu
Kebersamaan
diantara kita segera berakhir. Dan aku pun mulai belajar untuk mendamaikan
hatiku.
Ingatkah
kau saat kudekati dirimu kembali disudut kelas itu?? Ingatkah kau dengan canda
yang mulai terjadi lagi kala itu??
Aku
masih mengingatnya.
Aku
masih ingat bagaimana rupa senyum dan tawamu. Aku masih ingat itu. Aku senang
kau mau memaafkan dan kembali berbagi dunia denganku.
Saat penantian kabar kelulusan,kuberanikan
tekad untuk menyatakan perasaanku.
Tak ada jawaban yang keluar dari mulutmu.
Kau hanya menganggukan kepala dan menerima
arti hadirku.
Aku
bahagia. Ternyata kau merasakan perasaan yang sama denganku.
Kita
pun berusaha menjalani dan menyatukan perbedaan yang dimiliki. Walau kita
sadari bahwa waktu untuk bersama tak akan sebanyak dahulu. Kita terima resiko
itu.
Entah mengapa . .
Setelah bersama aku malah merasakan
kediaman dari dirimu. Aku tak merasakan perasaan hangat dari hatimu. Seakan kau
hanya memaksakan senyum yang hadir dari mulutmu.
Dan
jawaban dari segala tanya itu pun terkuak,manakala aku menerima telepon dari
seseorang yang mengaku kekasihmu.
Ia
marah dan membentakku sudah merebutmu darinya.
Aku
hanya bisa terdiam.
Aku
tak mengerti kenapa kau berbohong padaku. Saat kutanyakan tentangnya,kau meyakinkanku
bahwa dia sudah menjadi kisah lalumu.
Malam meninggi
Angin pantai selatan semakin kencang
berhembus, seakan ingin menghantarkan perahu nelayan menuju ke tengah lautan.
Aku merebah tanyaku di atas buliran pasir.
Aku matikan handphoneku dan tak memperdulikan lagi apapun kala itu.
Sesekali ombak datang memecah karang. Semua itu seakan
hadir untuk menggambarkan perasaanku.
Aku
tak menyangka semua itu terjadi.
Sesampainya
di Jakarta aku putuskan untuk segera menemuimu. Membicarakan semua yang terjadi
antara aku,kau dan dirinya. Mendapatkan penjelasan langsung dari mulutmu.
Ahhh. . .tak heran ia begitu marah
Kau menerimaku karena menganggapnya telah
menghilang dari hidupmu. Menggantungkan semua kisah cintanya denganmu.
Aku
terima semua kata maafmu.
Tapi
kau dan aku tahu bahwa kisah kita tak mungkin lagi untuk menyatu. Terlalu naif bila
kita minta untuk mendatangkan perasaan itu lagi.
Munafik
bila aku katakan ingin menjalaninya lagi.
Waktu pun berlalu
Semenjak saat itu kudengar kabar bahwa kau
akan menikah dengan jodoh pilihan orang tuamu. Aku turut senang mendengarnya.
Walau aku kecewa karena kau tak memberi kabar terhadapku.
Lama
tak kudengar kabar darimu.
Hingga
pada satu titik waktu kau kembali menyapa duniaku. Kita dipertemukan kembali
dalam dunia maya.
Aku
sempat merasakan kerinduan itu kembali.
Dan
bodohnya aku sempat merayumu lagi. Tanpa mempedulikan apa statusmu kini. Dan lebih
bodohnya kau seakan membalas semua kerinduan itu.
Kau tahu
Perasaanku masih sama seperti dulu. Memuja
dan mengagumi dirimu. Tapi hanya sebatas itu saja.
Karena aku tahu segala sesuatu diantara
kita telah berubah.
Semua
tentang kita memang hanya sekedar angan lalu tapi aku senang kau masih berbagi
kabar denganku. Kau masih bersedia berbagi dunia lagi denganku tanpa
mempedulikan apa yang terjadi dulu.
Aku
senang karena kau telah menemukan kebahagiaan disana.
Aku
senang melihat senyum kembali terurai dari bibir manismu.
Walau
sekedar menyapa aku senang karena engkau masih datang bercanda denganku. Aku senang
kita masih bersenda gurau seperti dulu.
Aku
senang kau masih menanyakan kabarku disini.
Jika
memang ada sesuatu yang kita rasa,cukup di hati saja kita artikan. Tak perlu
kita terjemahkan lagi dalam untaian kata.
Pict From Here |
Tak perlu diungkapkan,cukup di hati saja
kita rasakan
Terima
kasih. . .
Untuk
segala kisah ini. Doa yang terbaik untukmu dan keluarga kecilmu :)
Kramat Jati 4
Juli 2012
Untuk
Aya : Jangan pernah berubah dalam menjalani persahabatan kita :)
yaampun itu rasanya gimana tuh kak..??
BalasHapusberawal dari temenan terus sahabatan terus pengagum rahasia terus menyatakan dan diterima eh ujung-ujungnya gak enak ckckck
tapi ini kisah fiksi kan gak nyata..??
dan kata ini ini => Jika memang ada sesuatu yang kita rasa,cukup di hati saja kita artikan. Tak perlu kita terjemahkan lagi dalam untaian kata.
huaaa singkat jelas padat tapi JLEB betul :(
@affanibnu : thx my bro :)
BalasHapus@ninuk : bohong kalo bilang rasanya biasa aja..hehe
rasanya tuh menyakitkan T_T
hemm...kasih tau ga yah :P
menurut ninuk sndiri gimana???