Kamis
7 Februari 2013
Sekitar
jam 10 malam lewat saya menonton sebuah acara di Kompas TV. Nama acara itu
adalah “Berkas Kompas”. Berkas
Kompas sendiri pada malam itu mengangkat topik tentang ikan hiu.
Lebih
tepatnya seh tentang Pembantaian ikan hiu.
Berkas
Kompas menyorot tentang lemahnya penegakan hukum terhadap para “penikmat hiu”. Yah yang saya maksud dengan para penikmat
disini adalah para pencari rezeki dari binatang yang sebenarnya sudah masuk
hewan yang dilindungi. Kebanyakan dari mereka seakan begitu bebas untuk
memperjualbelikan Hiu di pasaran. Tanpa ada yang mencegah,tanpa ada yang bisa
melarang.
Patut
diketahui bahwa per tahun jumlah hiu yang dibunuh bisa mencapai angka 100 juta
ekor. Dan kita dengan lantangnya menyebut bahwa mereka adalah makhluk pemangsa
yang ganas dan hewan yang patut untuk ditakuti.
Oh
come on,ini bukanlah jaman dimana anda masih percaya dan ketakutan dengan
kebenaran dari film JAWS.
Well
sebagai contoh lihatlah diri kita sendiri,manusia.
Apa
saja kita makan bukan,dari hal kecil sampai hal yang dianggap tabu sekalipun.
Manusia adalah pemangsa teratas dalam rantai makanan di bumi ini. Dan mungkin
karena itulah kita jadi lupa bagaimana memaknai dan mensyukurinya. Kita jadi
tega memangsa segalanya,bahkan terhadap manusia yang lain.
Sometimes when we are at the top,humans forget how
to be humanity.
Yang
memprihatinkan dari permasalahan ini adalah sebagian besar masyarakat kita yang
seakan tidak peduli dengan hal tersebut. Kalau bisa dikategorikan mungkin sudah
bisa masuk kategori SIAGA 1.
Well
saya pernah menonton di salah satu acara televisi yang bercerita tentang
masakan ikan hiu. Nama masakan itu sendiri bernama “Baby Hiu”.
Namanya
memang imut,namun masakan yang disajikan adalah sebuah pembodohan.
Pembodohan
yang saya maksud disini adalah minimnya informasi yang diberikan. Yah
sebenarnya bukan cuma informasinya seh,dari ditayangkannya acara itu aja sudah
merupakan sebuah kebodohan.
Seperti
namanya,hidangan yang disajikan adalah seekor ikan hiu. Diutamakan ikan hiu
yang berukuran kecil.
Reaksi
saya saat menontonnya “Bego banget neh
acara,masak hiu kok dibanggain”.
Entah
kenapa malah jadi geram dan emosi sendiri.
Apalagi
ketika pembawa acaranya mengatakan masakan itu lezat banget.
Alamak
bodoh kali ini orang,terlalu ingin menaikkan acara tersebut tanpa mempelajari
apa yang akan dimakannya.
Well
bagi yang belum tahu,menurut sebuah penelitian kandungan merkuri dalam tubuh
hiu paling tinggi jika dibandingkan dengan binatang laut lainnya. Belum lagi
buat para lelaki hal ini patut dicatat bahwa mengkonsumsi sirip hiu dalam waktu
tertentu itu sama saja dengan penggunaan steroid jangka panjang yang konon
dapat menyusutkan alat kelamin.
Nah
loh hahahaha (tapi ini ciyus loh)
Selama
ini, berita yang beredar di masyarakat bahwa sirip dan daging hiu banyak
bermanfaat bagi kesehatan tubuh kita, misalnya saja kanker bisa dikurangi
dengan mengonsumsi daging hiu secara teratur. Tapi, penelitian terbaru yang
ditemukan para ilmuwan bertolak belakang dengan berita yang berkembang di
masyarakat.
Penelitian
studi ilmiah terbaru membuktikan bahwa sirip hiu dapat meningkatkan kasus Chondrosarcoma atau kanker tulang rawan,
karena tulang rawan ikan hiu berisi 7398b kromosom dengan kadar merkuri tinggi
yang mematikan.
Bahkan
nelayan sendiri pun mengakui,bahwa hiu adalah hidangan yang tidak enak
dibandingkan dengan hidangan laut yang lain.
Indonesia
sendiri terhitung sebagai salah satu Negara paling parah untuk urusan
pembantaian hiu ini. Badan Pusat Statistik (BPS) bahkan mencatat sekitar 434
ton sirip ikan hiu diekspor sepanjang tahun 2012. Nilai perdagangan tersebut
mencapai US$ 6 juta atau mencapai Rp 57 miliar.
Nah
kebayang kan berapa ekor hiu yang harus “dibunuh” untuk itu.
Well
selain belum adanya peraturan perundangan yang jelas,bisa dibilang Negara ini
sangatlah lembek dalam penerapan peraturan. Ga ada hukum yang jelas untuk
pelaku perburuan hiu. Bahkan hiu bisa dijual bebas di pelelangan pelelangan
ikan di Indonesia.
Bahkan
di dalam mal mal di Jakarta sudah banyak yang menjual dan menyajikan hidangan
Hiu.
Hiu
asam manis,sate hiu bahkan sup hiu kini sudah masuk dalam daftar menu
dibeberapa restaurant di Jakarta. Di beberapa supermarket bahkan sudah ada yang
menjual ikan hiu secara terang terangan.
Harganya
juga sekarang jauh lebih terjangkau. Satu hal lagi yang patut dicatat
adalah,Indonesia adalah Negara didunia yang mengkomsumsi daging hiu secara
keseluruhan. Dalam artian seluruh bagian tubuhnya dikomsumsi dan tak ada yang
terbuang.
So
cruel and stupid right?? but that’s the truth.
Lalu
saya juga pernah membaca disalah satu berita online yang memberitahukan bahwa
ada hiu di dalam salah satu mal di Jakarta. Eitss si hiu bukan salah habitat dan
berencana belanja di Mal kok tapi lebih kepada apa yang disebut sebuah bisnis
pertunjukkan (kejam).
Bilangnya
seh buat edukasi dan pengenalan terhadap generasi muda.
Oh
come on,ga perlu segitunya juga kan. Menaruh ikan pemangsa didalam sebuah
aquarium kecil dengan segala keterbatasan.
Yah
dengan teganya mereka memasukkan beberapa ekor hiu kedalam sebuah tangki dengan
alasan untuk edukasi bagi para pengunjung mal. Bilang aja seh cari sensasi,biar
mal yang dikelola oleh anda tampil beda dari yang lain.
Lagipula edukasi dimananya yah -__-zz
Bahkan
menurut laporan para pengunjung,ada beberapa hiu yang mati.
Tapi
disinilah pintarnya pihak pengelola,mereka segera menggantinya dengan hiu yang
lain sehingga seperti tidak terjadi apa apa. Yang saya bingung tuh pemasoknya
dari mana yah,kok bisa bisanya mendapatkan hiu hiu tersebut.
Tapi
ketika saya berpikir lebih jauh dan berpikir lebih jauh,jawaban yang saya temui
hanya satu.
Karena
ini INDONESIA.
Yah
inilah salah satu ironi dari Negara ini.
Asalkan anda mempunyai kuasa dan uang,kepentingan apapun yang ingin anda
lakukan sekalipun itu salah maka itu akan menjadi benar di Negara ini.
Diberikan kemudahan malah.
Hukum
yang berlaku di Negara ini adalah hukum untuk sang penguasa,bukan untuk
kehidupan banyak.
Sok tau
lo ndar??
Saya
gak sok tahu,tapi apa yang saya katakan ini setelah melihat banyak berita
tentang Negara ini. Negara yang semakin jauh dari nilai luhur Pancasila,Negara
yang semakin jauh dari jauh dari tujuan reformasi dulu,Negara yang semakin lupa
akan arti dari kemerdekaan itu sendiri.
Nilai
kemerdekaan hanyalah sebuah arti lepas dari Negara lain,bukan dalam arti
memerdekakan pemikiran bangsa yang terjajah. Yah dengan lantang saya katakan
bahwa mental Negara ini masihlah mental Negara terjajah dulu.
Menyedihkan
tapi itulah kenyataannya.
Indonesia
yang sekarang kita tinggali,secinta apapun kita terhadap Negara ini. Tidak
mempunyai masa depan yang pantas dibanggakan jika keadaannya terus seperti ini.
Sebuah
Negara yang bahkan tidak bisa menjamin pendidikan bahkan kehidupan warganya
dengan baik.
Apa yang
salah???
Padahal,
ikan hiu merupakan species yang dilindungi berdasarkan Konvensi Perdagangan
Internasional untuk Species yang Terancam Punah (Convention on Internastional
Trade in Endangered Species/ CITES).
Pemerintah
Indonesia sendiri ternyata mengeluarkan larangan penangkapan hanya untuk satu
jenis hiu, yaitu jenis Alopiidae atau Thresher Shark yang dikenal dengan Hiu
Monyet. Larangan ini dikeluarkan berdasarkan konsesus Komisi Tuna Internasional
di mana Indonesia juga menjadi salah satu anggotanya. Sementara untuk hiu hiu
lainnya masih bebas diburu dan diperdagangkan.
Yah
selain belum ada peraturan perundangan yang jelas. Yang patut disorot adalah kepribadian
warga Negara Indonesia itu sendiri. Well ini pendapat saya aja yah tapi menurut
saya bangsa Indonesia adalah bangsa yang mudah terpengaruh dan didoktrin.
Ga
percaya??
Lihat
aja tayangan televisi di Negara ini. Jarang sekali ada tayangan yang bermutu. Padahal
tayangan televise sebuah Negara membuktikan keadaan dari Negara tersebut.
Mulai
dari trendsetter korea (yang memicu timbulnya boyband and girlband),Sinetron,Film
Televisi (FTV),bahkan acara gossip yang ga ada habisnya dan cenderung lebay.
Masyarakat kita lebih tertarik membicarakan Syahrini yang kelakuannya cetar
menggelegar anehnya ketimbang membicarakan keberadaan orang hutan yang semakin
habis habitatnya karena penebangan liar dan untuk industri.
Masyarakat
Indonesia lebih tertarik membicarakan nasib Raffi Achmad yang masuk bui karena
Narkoba ketimbang membicarakan ketimpangan pendidikan antara kota dengan
daerah.
Lebih
senang memakai barang bermerk mahal tanpa mengetahui bahwa barang tersebut
menyebabkan limbah industri yang mengotori alam dan mengganggu kesimbangannya.
That’s
hurt but that’s reality.
Sebagian
besar masyarakat Indonesia cenderung tidak perduli dengan hal ini. Mereka lebih
senang menghujat satu sama lain ketimbang membantu sesamanya.
Satu saat,hiu hanya akan menjadi sebuah cerita.
Sebuah dongeng pengantar tidur untuk generasi kelak.
Pernah
lihat cara orang Jepang menangkap hiu??well untuk urusan yang satu ini mereka
adalah yang terkejam. Begitu ikan hiu ditangkap mereka akan segera memotong
siripnya dan membuangnya ke laut.
Seharusnya
Negara kita belajar dari Jepang.
Walau
yang dipelajari adalah keburukan mereka dalam mengelola hasil laut itu sendiri.
Bukan cuma pengelolaan namun juga eksploitasi berlebihan dan kebodohan dalam
tujuan hasil sumber daya.
Lautan
disekitar Jepang sendiri memiliki kelimpahan kekayaan hasil laut dikarenakan
merupakan pertemuan dari dua arus yaitu arus dari utara yang dingin dan arus
selatan yang hangat. Yah bisa dibilang lautan disekitar Jepang adalah pulau
tropis bagi para ikan.
Karena
itu setiap tahunnya banyak ikan dalam jumlah banyak disekitar perairan sana.
Saya
pernah melihat beberapa acara disebuah stasiun televisi swasta yang
menceritakan tentang nasib tuna sirip biru,lumba lumba dan ikan paus di Jepang.
Well
sekedar untuk diketahui kini keberadaan Tuna sirip biru sudah sangat langka
dilautan Jepang. Malah kebanyakan dari Tuna itu didatangkan dengan ekspor.
Negara
asia dan Brasil adalah pemasok utama ke Jepang. Setiap harinya,bisa berton ton
ikan tuna dibawa ke Jepang.
“Apa yang
dari langit,tidak lagi mengalir dengan baik ke laut” Yah kira kira
begitulah jawab salah seorang narasumber (yang merupakan ahli masakan sashimi )
ketika ditanya oleh pembawa acara mengenai keberadaan tuna sirip biru yang kian
menghilang dari lautan Jepang.
Padahal
menurut acara tersebut,Jepang boleh saja membantah hal tersebut. Akan tetapi akar
persoalan hal tersebut sendiri bermula dari ekploitasi berlebihan yang
dilakukan Negara tersebut.
Ambil
contoh kasus untuk perburuan paus,setiap tahunnya perburuan paus yang dilakukan
oleh para nelayan disana ke perairan Southern Ocean disponsori oleh pemerintah.
Berbeda dengan masyarakat Lamalera yang masih melakukannya secara tradisional
dan melakukannya hanya untuk dikomsumsi penduduk. Apa yang dilakukan pemerintah
Jepang tentunya berbeda karena dilakukan dengan peralatan yang canggih dan
menunjang untuk berburu paus dalam jumlah yang besar.
Jepang
sendiri memburu paus dengan memanfaatkan sebuah celah pada moratorium global
yang membolehkan pembunuhan mamalia laut tersebut untuk apa yang mereka sebut
sebagai "riset ilmiah", walau daging hasil perburuan itu kemudian
dijual secara terbuka di toko-toko dan restoran.
Sekarang
beralih ke lumba lumba.
Pernahkah
anda mendengar sebuah film yang berjudul “The Cove”. Jika anda ingin melihat ketamakan dan
keserakahan manusia,saran saya untuk segeralah menontonnya.
Well
saya sendiri pernah melihat film itu dari sebuah stasiun televisi swasta (tapi
saya lupa yang mana stasiun televisinya). Film itu sendiri bercerita tentang “pembantaian”
ikan Lumba lumba di daerah Taiji,Jepang.
Saya ingat betapa di film itu sang pembuat film begitu kesulitan untuk mengambil gambar dikarenakan daerah taiji sendiri seakan begitu kompak untuk menutupi keberadaan pembantaian Lumba lumba ini.
Saya ingat betapa di film itu sang pembuat film begitu kesulitan untuk mengambil gambar dikarenakan daerah taiji sendiri seakan begitu kompak untuk menutupi keberadaan pembantaian Lumba lumba ini.
Jadi
inti dari film dokumenter tersebut adalah para nelayan Jepang menggiring
sekitar 2.000 ekor lumba-lumba ke sebuah teluk terpencil, kemudian mereka
memilih puluhan ekor untuk dijual kepada para pemilik akuarium dan menjagal
sisanya untuk dikonsumsi dagingnya. Aksi perburuan lumba-lumba berlangsung dalam
periode beberapa bulan.
Kasihan
kan??seekor lumba lumba yang bersahabat pun bisa dihabisi dengan sadisnya.
Kalaupun hidup,mereka hanya akan menjadi pajangan dalam aquarium aquarium orang
yang mempunyai kuasa dan harta.
Dan
jeleknya ini ikut merembet ke Indonesia. Well kalau anda sedikit peduli dengan
keadaan Negeri ini,pasti pernah mendengar yang namanya sirkus lumba lumba. Yah saya
ga perlu menjelaskan bagaimana detailnya,yang jelas saya sedih karena itu
terjadi di Negara saya sendiri.
Beruntunglah
ada sebuah gerakan yang dimotori oleh Choky (gitaris band Netral). Melalui
petisi daring (online) yang dilakukan olehnya melalui situs Change.org,keadaan
perlahan mulai sedikit membaik.
Lalu gimana riwayat si Hiu Ndar?? Langkah apa saja
yang telah diambil??
Di luar negeri sendiri sudah terjadi gerakan massal agar eksploitasi hasil laut
secara berlebihan ini dihentikan.
Bagaimana
di Indonesia sendiri??
Saat
ini dengan dipelopori oleh (embahnya jejak petualang) Riyanni Djangkaru,kampanye
untuk menyelamatkan hiu kembali digaungkan melalui berbagai media,khususnya
melalui social
media. Jika biasanya
kampanye untuk menyelamatkan hiu hanya dilakukan oleh orang pihak-pihak asing,
kini Riyanni berusaha untuk menggandeng pihak-pihak lokal yang peduli dengan
ekosistem laut dan populasi hiu khususnya.
Dalam
sebuah wawancaranya beliau berkata “Kami
(saya dan teman-teman) berusaha menggalang teman-teman lain yang peduli
terhadap keberadaan hiu di dunia dan juga keberlangsungan ekosistem laut. Yang
diharapkan dari kampanye #SaveShark ini adalah adanya regulasi dari pemerintah
untuk melindungi perburuan hiu dan juga untuk mengedukasi masyarakat bahwa
sebenarnya mengonsumsi hiu berbahaya bagi tubuh karena kandungan merkurinya
yang sangat tinggi dan pastinya sangat berbahaya untuk kesehatan kita,” ujar Riyanni
Djangkaru,salah satu motor penggerak dari #SaveShark.
Dalam
kampanye #saveshark yang sedang digaungkan, Riyannni Djangkaru tidak menyerang
industri ataupun nelayan, melainkan memberikan informasi mendalam pentingnya
hiu dalam ekosistem. Sasaran utamanya adalah kalangan konsumen.
Menurut
beliau,konsumen Indonesia saat ini sudah termakan oleh tren yang sedang
berlangsung. Patut diketahui,bahwa di Indonesia sendiri makanan ini bukanlah
lagi makanan yang mewah,harganya pun sudah masuk kategori terjangkau.
Atas
dasar itulah,beliau giat mengkampanyekan perlindungan untuk hiu dan mencoba
membujuk masyarakat untuk tidak mengkosumsi daging hiu lagi.
“Adanya hiu juga
mengembalikan keberagaman ikan di meja makan Anda, lho, karena itu penting untuk
hewan ini agar selalu ada"tukasnya lagi.
Hehh
manusia memang salah satu makhluk terkejam. Bahkan saya percaya bahwa kiamat
bukanlah diciptakan oleh Tuhan,tetapi oleh kita manusia. Bagi saya Tuhan terlalu baik
untuk menciptakan sebuah kiamat. Lihatlah betapa kita
dengan mudahnya merusak keseimbangan ekosistem.
Yang paling menyedihkan dari hal ini adalah bahwa kita tidak berbuat apa apa untuk itu. Cukuplah dengan tindak tanduk pemerintah yang tidak pernah konsisten dalam penegakan hukum di Negara ini. hanya berbuat seadanya saja dan mementingkan citra saja.
Yang paling menyedihkan dari hal ini adalah bahwa kita tidak berbuat apa apa untuk itu. Cukuplah dengan tindak tanduk pemerintah yang tidak pernah konsisten dalam penegakan hukum di Negara ini. hanya berbuat seadanya saja dan mementingkan citra saja.
Mereka
hanyalah pembuat peraturan tanpa tindak nyata untuk menegakkannya.
Saya
tak menyuruh anda untuk peduli. Saya juga tak melarang anda untuk tidak
melakukan perbuatan . Tapi yang paling saya minta dari anda adalah untuk
sedikit belajar. Belajar untuk sekedar mengetahui. Bahwa kita (manusia)
tidaklah hidup sendiri di alam ini.
Kita
hidup dalam sebuah rantai yang bernama rantai kehidupan.
Saya
tak akan menggurui anda dengan pelajaran bernama Piramida makanan. Tapi
setidaknya mengertilah sedikit. Bahwa dalam sebuah piramida,apabila salah satu
keseimbangan itu hilang. Maka alam akan mengalami keguncangan secara perlahan.
Saya berharap setidaknya kita bisa sedikit menghargai alam. Untuk Hiu sendiri saya berharap setidaknya masyarakat mulai belajar untuk menolak segala jenis hidangan dari hiu.
Mulailah dari diri anda sendiri dengan mengatakan tidak buat "hidangan hiu". Sebab saya percaya menularkan hal yang positif,walau berarti sedikit akan jauh lebih bernilai ketimbang berarti banyak namun melalui cara kekerasan.
Saya berharap setidaknya kita bisa sedikit menghargai alam. Untuk Hiu sendiri saya berharap setidaknya masyarakat mulai belajar untuk menolak segala jenis hidangan dari hiu.
Mulailah dari diri anda sendiri dengan mengatakan tidak buat "hidangan hiu". Sebab saya percaya menularkan hal yang positif,walau berarti sedikit akan jauh lebih bernilai ketimbang berarti banyak namun melalui cara kekerasan.
Terakhir buat mbak Riyanni Djangkaru,Divemag,WALHI
(Wahana Lingkungan Hidup Indonesia),GreenPeace Indonesia dan buat semua rekan yang berjuang untuk Hiu,tetaplah bersemangat
dalam menggalakkan kegiatan ini. Saya mendukung dan mendoakan setiap titik
perjuangan kalian.
Kalau perlu buatlah hari Hiu sedunia. Hari
untuk memperingati dan peringatan atas apa yang telah kita (manusia) lakukan di
bumi ini. Mari dobrak tradisi dan beritahukan kepada dunia bahwa di Indonesia
masih ada orang yang berpikiran luas dan tidak berbuat seenaknya terhadap alam
ini.
Dan kalau semua itu menemui tembok tebal
bernama rintangan,ingatlah selalu sebuah kutipan dari CEO dan pendiri Facebook,
Mark Zuckerberg
“When
you give everyone a voice and give people power, the system usually ends up in
a really good place.”
Suara
dari satu orang mungkin tak akan terlalu didengar,namun apabila kita
bersatu,segala rintangan yang menghadang pasti bisa dihadapi dengan lebih
mudah.
Like Beatles said in one of lyrics from their
song “Nothing you can make that can't be made.No one you can save
that can't be saved.Nothing you can do but you can learn how to be you in
time.It's easy.”
Yeah nothing we can do if we want to do
it, right. So keep Ganbatte guys ^_^
Kramat Jati 21
Februari 2013
Credit
: Fimela.com, kompas.com, divemag.com, okezone.com, analisadaily.com,
detik.com
0 komentar:
Posting Komentar