(Janji
hati)
“Apa
cita citamu Ram??” tanya Bunga
“Aku??, tentu saja menjadi seorang tentara yang tangguh, sebagaimana cita citaku semenjak
dulu.” Bunga tersenyum mendengarnya, memang sudah cita cita Rama dari kecil untuk menjadi
seorang Tentara. Ia sangat
memimpikan untuk bergabung menjadi seorang ABRI (Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia).
“Tentu
saja aku ingin menjadi orang yang berguna untuk orang-orang yang kusayangi,” sambung Rama
lagi
“Lalu??” tanya Bunga lagi, ia lalu menatap mata kekasihnya itu
“Lalu..Lalu
apa ya??” Rama mulai
malu dengan apa yang akan diucapkannya, butuh
beberapa menit untuk mengumpulkan keberaniannya.
“Tentu
saja aku ingin hidup berdampingan denganmu, menghabiskan sisa waktu berdua bersamamu”
“Aku
berjanji akan selalu menjaga dirimu, Bunga”. Sambung Rama sembari menatap mata kekasihnya.
Hening
sejenak
“Gombal..hihihi.” ujar Bunga sembari tertawa kecil setelah mendengar
kata kata Rama barusan. Rama kemudian
membalas ledekan Bunga dengan memencet hidung kekasihnya itu.
“Iihhh..sakit tau.” Bunga mengaduh seraya memegang
hidungnya.
“Huuh..biarin, abisnya kamu ngeledekin aku mulu seh.”
“Hehehe..kan
cuma bercanda, Ram.” Ujar Bunga sembari membalas memencet
hidung Rama. Rama
kemudian mengaduh, setelahnya
hanya tawa yang tersisa dari perbincangan itu.
“Kalau
begitu, aku juga
berjanji akan mengawal mimpi mimpimu Ram. Aku berjanji aku juga akan menjagamu.”
Rama
tersenyum mendengarnya, ia lalu
membelai rambut kekasihnya itu dan memeluknya. Dalam balutan senja itu, mereka menghabiskan waktu berdua.
Pada
senja itu pula, ada sebuah
janji yang terpatri di hati mereka.
(Merajut
Mimpi)
Setelah
lulus Sekolah Menengah Atas (SMA), mereka
berdua harus terpisah untuk mewujudkan mimpinya masing masing. Bunga yang semenjak kecil dahulu
bercita cita menjadi seorang Dokter gigi melanjutkan sekolahnya dengan kuliah
jurusan kedokteran di salah satu Universitas di Kota Malang.
Begitu
pula dengan Rama, ia berhasil
mewujudkan mimpinya menjadi seorang tentara. Saat ini ia telah berhasil masuk sebagai anggota
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI). Saat ini ia ditempatkan di daerah Medan oleh
kesatuannya.
Jarak
yang terbentang tak menjadi penghalang untuk mereka berdua berhubungan. Jika ada kesempatan Rama selalu tak
lupa untuk mengirim surat kepada Bunga. Bahkan
dalam setiap lamunannya Rama juga selalu memikirkan Bunga.
“Apa
yang sedang dilakukan Bunga??. Sedang
apa Bunga disana??. Apa Bunga
juga memikirkanku??” tanya Rama
dalam setiap lamunannya.
Ia
benar benar sedang dibutakan oleh asmara rindu.Angannya selalu melambung lepas
jika sudah memikirkan kekasihnya itu.
Bunga..
Apa kabarmu kini
Kekasih hati yang jauh dari diri
Bunga..
Apa kau tahu betapa aku merindukan
hangat katamu
Rindu langkahku mengawali pagi
dengan sapamu
Menghabiskan senja itu bersama
Dan menghabiskan malam dalam
senandung sang rembulan
Bunga..
Sepi hariku tanpa
senyummu
Meredup hasratku
kala tak disampingmu
Aku begitu
merindukanmu Bunga
Kurindukan tiap
saat bersamamu
Aku rindukan tatap
hangat matamu
Kurindukan
membelai rambutmu
Bunga..
Akan ada suatu
hari dimana kita kan bersua lagi
Aku selalu
menantikan pertemuan kita nanti
Tak akan kukatakan
rindu terhadapmu
Akan langsung
kudekap hangat tubuhmu
Lalu menghabiskan
waktu bersama
Seakan dunia hanya
milik kita berdua
Akan selalu
kunantikan saat itu
Wahai kekasihku..
Jauh
di kota Malang Bunga bisa merasakan rindu kekasihnya itu, ia juga tak pernah lupa untuk membalas surat surat
dari Rama.
Bunga
selalu tersenyum manakala dirinya mengingat Rama, mengingat semua hal yang pernah mereka lalui
bersama. Ia memang
tumbuh besar bersama Rama. Maklumlah, sebab Rama memang tinggal tak jauh
dari rumahnya. Belum lagi
di setiap jenjang sekolah ia juga selalu satu kelas dengan Rama.
Bunga
selalu mengenal Rama sebagai teman yang baik. Dahulu sewaktu kecil, Bunga adalah anak yang sering terkena sakit. Ia memang mempunyai daya tahan
tubuh yang lemah. Karena
sakitnya itu pulalah Bunga jadi jarang masuk sekolah dan hanya memiliki sedikit
teman. Hanya ada satu orang yang
saat itu selalu menemaninya.
Yuph..orang
itu adalah Rama.
Setiap
hari Rama pasti datang ke rumahnya entah ketika baru pulang sekolah ataupun
hanya sekedar bermain disana.
Rama
akan selalu datang menemaninya. Menguatkan
Bunga melalui sakitnya.
Ketika
beranjak besar Rama tetap selalu menjaga Bunga, ia selalu ada untuk menemani hari-hari Bunga. Berbagi
cerita ataupun sekedar menghabiskan tawa bersama. Entah dari mana rasa itu tercipta hingga pada suatu
hari Rama menyatakan perasaan terhadapnya.
Bunga
selalu ingat dengan momen itu dan ia akan selalu tertawa sendiri jika
mengenangnya. Bunga akan
tertawa jika mengenang wajah Rama saat menembaknya. Wajah Rama benar benar merah, persis seperti pantat dari seekor Beruk.
Belum
lagi ditambah tingkah laku Rama yang benar benar seperti orang kebingungan. Kikuk dan serba salah.
Saat
itu Bunga yang mengerti dengan maksud dari Rama, segera memegang tangan Rama. Ia seakan menyuruh Rama untuk tak
melanjutkan kata katanya.
“Aku
mengerti kok, Ram.” Ujar Bunga
seraya tersenyum.
Sebuah
kata yang membuat Rama begitu lega kala mendengarnya. Sebuah kata yang membuatnya terlepas dari
penantiannya selama ini.
To be Continued. . .
Kramat Jati 19 Oktober 2011
Crunchy : Sebulan yang lalu saya iseng iseng baca sebuah artikel tentang gerakan gerakan separatis di Indonesia.
Ga nyambung seh sama ceritanya tapi entah kenapa setelah membaca artikel itu seperti ada sebuah ide cerita yang terus menyusup di kepala saya.Dan ide cerita itu begitu setia mengganggu dan meneror di kepala saya.
Membuat saya ga doyan makan,ga konsen belajar bahkan susah banget buat buang air <-- Lebay :P
Saking kepikirannya,cerita ini sampai singgah di dalam mimpi..ckckck
Yah tapi pada akhirnya saya senanglah,bahwa cerita ini sudah bisa saya aplikasikan lewat tulisan dan keluar juga dari relung pikiran saya
^________________________^
Horrraaaayyyyyyyyyy.........................
Horrraaaayyyyyyyyyy.........................
0 komentar:
Posting Komentar