Alhamdulillah yah bisa sampai ke postingan yang ke 50.
Haahh..masih butuh banyak belajar dan saya akan terus belajar.Untuk postingan ke 50 ini saya persembahkan sebuah cerpen aja deh.
Fiksi atau bukan??
Sebagai penulis saya cuma bisa katakan selamat membaca dan menikmati ceritanya..hehe ^^
Untuk Ana
Haahh..masih butuh banyak belajar dan saya akan terus belajar.Untuk postingan ke 50 ini saya persembahkan sebuah cerpen aja deh.
Fiksi atau bukan??
Sebagai penulis saya cuma bisa katakan selamat membaca dan menikmati ceritanya..hehe ^^
Untuk Ana
Kamu ga pernah
mengerti
Dengan apa yang
kamu rasakan
Sama halnya
seperti Ana
Tidak pernah
mengerti
Dengan apa yang
dia rasa
Rasa ini alami
Rasa ini anugrah
Bisa datang
kapan saja
Tanpa disadari
Ana juga tak
pernah menyangka
Kenapa mesti
kamu yang menyita pikirannya
Dulu..
Memang Ana tak
begitu mengenalmu
Hanya nama dan
wajah yang ia tahu
Sekarang..
Kamu dekat
Mungkin...sangat
dekat..
Tapi tetap saja
kamu bagai misteri buat dia
Dengan
meninggalkan beribu tanya dalam benaknya
Jika bisa
menepati janji itu
Tepatilah..
Jangan hanya
mengumbar janji-janji palsu
Kepada setiap
hati kemudian meninggalkannya
Karena..
Ana akan
menunggumu di ujung jalan itu
Selalu
menunggumu...
-_-
Sore
itu Agung masih berada di sekolah karena ia masih mengikuti kegiatan ekstrakulikuler
teater di sekolahnya.Ketika break latihan ia pun memutuskan untuk beristirahat
sejenak di dekat kantin Pak Karman.
“Fiuhh..tumben
neh lama banget latihannya”Ujar Agung sembari membuka air mineral yang baru
saja dibelinya di kantin.
“Yah
lo maklumin aja Gung,kan sebentar lagi udah mau pentas”Jawab orang
disebelahnya,Reza.
“Yuph,apalagi
pentasnya di Bulungan??pasti berat-berat tuh lawannya”Tambah Ocha.
Saat
mereka tengah asik memperbincangkan masalah pentas esok,tak jauh dari arah
kelas di sebelah kanan mereka keluar beberapa orang wanita.Ternyata mereka adalah
teman-teman sekelas Agung yaitu Tya,Dita,Ana,Devi,Fitri dan Nita.
“Loh
kalian belum balik”Tanya Agung begitu mereka berpapasan.
“Belum
gung,baru aja selesai eskul volley tadi”Jawab Nita
“Ohh..geto,pantesan
hawanya ga enak banget dari tadi..hehehe”
“Sial
lo gung,cakep begini mana bisa menimbulkan hawa ga enak”Ujar Tya sembari
menggoyang goyangkan tubuhnya yang gempal.Kontan saja hal itu langsung membuat
semua yang melihatnya tertawa.
“Agung
sendiri belum balik??”Tanya Fitri dengan suara lembutnya
“Belum,masih
harus latihan.Mungkin agak malam baru bisa balik”Jawab Agung
“Awas
lo Gung ntar dicariin emak lo lagi..ahahaha”sambung Tya.Dia memang paling suka
menggoda Agung.
Setelah
mengobrol sebentar mereka pun segera beranjak pulang.Saat itu Agung pun segera
kembali berlatih bersama kawan kawan teaternya.
Baru
sebentar ia latihan ia lalu melihat kawan kawan kelasnya yang tadi sudah pamit
untuk pulang kembali masuk ke dalam sekolah dalam keadaan setengah berlari.Mereka
pun menuju ke ruang kelasnya lagi yang terletak paling pojok di sekolah itu.
Belum
hilang kebingungannya ia menjadi semakin bertambah bingung karena tak jauh dari
kawan kawannya itu mengikuti seorang pria tinggi kurus.
Agung
kenal orang itu,dia adalah Rusdi.Dia adalah alumni di SMAnya,kehadirannya di
sekolah saat itu karena ia termasuk mentor di eskul volley.
Bisa
dibilang sebagai pelatih.
“Ahh
sudahlah”Gumam Agung dalam hati.Tapi saat itu latihan kembali ditunda sebentar
karena pelatih kami Kak Ronald dipanggil oleh Guru pembimbing.
Agung
pun kembali beristirahat di dekat kantin Pak Karman.Baru sebentar ia duduk ia
sudah dipanggil oleh seseorang.
“Gung..Aguunggg......”
Agung bingung dari mana arah panggilan itu datang,karena yang memanggilnya sambil
berbisik.
“Gungg...Agung
Oooonnn arah sini wooyyyy”Ujar suara itu lagi,ternyata suara itu datang dari
arah lorong menuju kelasnya.
“Tya..Nita”gumamnya
pelan begitu mengetahui siapa orang yang memanggilnya.Agung bingung kenapa
mereka sampai mengendap ngendap seperti itu,seperti takut akan sesuatu.Lalu
mereka membuat gerakan memanggil dirinya.
“Sini..sini,ada
perlu gw sebentar”Ujar Nita pelan.
Agung
segera saja menurutinya dan bergegas menuju mereka.
“Ada
apaan seh??”Tanya Agung.Bukan jawaban yang didapat tapi Agung segera saja
ditarik mereka menuju ke depan kelasnya.Disana ia melihat Dita,Ana,Devi dan
Fitri seperti sedang mendiskusikan sesuatu.
“Loh
kalian ga jadi balik”Tanya Agung pada mereka semua.Awalnya hanya keheningan
yang ditemui Agung.Tak lama Fitri pun mulai menjelaskan.
“Gini
Gung,kami butuh sedikit bantuan lo neh”Ujar Fitri
“Bantuan
apa”
“Lo
liat kan Gung cowo di depan yang tinggi kurus itu??”
“Ohh..Rusdi
bukan”
“Iya..loh
lo kok kenal??”
“Kenallah..dia
kan populer di kalangan anak volley..hehehe”
“Yowesss..jadi
gini loh Gung,dia tuh suka sama Ana??Nah si Ana udah bilang ga suka sama
dia.Tapi orangnya masih ngotot dan tetep kekeuh mau ngomong sama Ana lagi”
“Lah
terus apa hubungannya sama gw??”
“Ga
ada hubungannya seh,kami Cuma minta bantuan lo aja sebentar”Ujar Dita
“Bantuan
apa dah??”
“Bantuan
ngeluarin Ana dari sini,lo pura pura jadi cowonya dan nemenin dia”Terang Dita
lagi.
“Hahh..cowonya
Ana???”
“Iya,Cuma
sampe depan dan kami naik angkot doang kok Gung”Ujar Dita lagi.
Ana
yang sebenarnya paling butuh bantuan Cuma terdiam saja dan hanya mendengarkan
pembicaraan kami,wajahnya tampak begitu pucat seakan menandakan kepanikan yang
tengah melanda dirinya.
Memang
Ana adalah anak yang kikuk,agak sulit untuk berbicara dengannya.Dengan jilbab
putih dan sifat tertutupnya jadilah ia seperti sebuah misteri buat teman yang
lainnya.Parasnya pun biasa saja,entah apa yang membuatnya menarik.Bola mata dan
hidungnya yang besar dan sangat pendiam di kelas.Agung bertanya dalam hati,apa
yang membuat Ana menarik??
Belum
lagi di kelas Ana biasa dipanggil si bebek oleh teman yang lain,itu merajuk
pada cara jalannya yang jinjit jinjit mirip sekali dengan bebek.
Agung
yang tahu saat itu dirinya sedang dibutuhkan ingin meledek mereka (terutama Ana)
sebentar.
“Ahh..tapi
kayanya gw ga bisa deh,sebentar lagi latihannya dah mau dimulai tuh”Ujar Agung
sembari menunjuk ke arah lapangan Sekolahnya.
Kontan
saja jawaban itu membuat keberatan dan membuat suasana menjadi gaduh.Teman
temannya protes akan jawaban itu,terjadi perdebatan sengit.Bahkan hampir
terjadi pertumpahan darah (hahaha..becanda).
Agung
bukannya tak mau,hanya saja ia agak malu dalam melakukan perannya itu.Tapi pada
akhirnya ia luluh juga setelah melihat usaha teman temannya yang tak kenal
lelah dalam membujuknya.
“Okeh
deh,Cuma deket deketan aja kan??”Tanya Agung lagi kepada teman temannya.
“Iya,yang
penting si Rusdi ga terlalu curiga aja”Jawab Fitri
“Deket
deketan kaya gini kan”Ujar Agung seraya mendekati Ana,lalu ia menggenggam
tangan Ana.
“Yeeeee.....itu
mah maunya lo”Ujar teman temannya serentak.
Agung
hanya tertawa mendengarnya,sementara Ana hanya tertunduk diam.Tampak wajahnya
memerah karena menahan rasa malu.
“Yaudah
yuk buruan,nanti terlalu sore neh pulangnya”Rajuk Dita kepada teman temannya.
“Iya
sebentar,Gung sini”Ujar Tya,ia lalu mengatur agar Agung berdiri berdekatan
dengan Ana.
Lalu
mereka semua pun berjalan keluar dengan Agung dan Ana berjalan berdekatan,dengan
yang lain bisa dibilang berjalan hanya sebagai pengiring.
Ketika
keluar dari lorong kelas,benar saja dugaan mereka semua bahwa Rusdi masih
menunggu Ana.Ia duduk di dekat kelas tak jauh dari kantin Pak Karman,saat itu
ia tengah ngobrol dengan temannya.
Dan
untungnya semua yang direncanakan oleh teman-temannya berjalan lancar.Walau
rencana sederhana tapi Rusdi benar benar tak berani untuk mendekati Ana.
Ia
terpaku dan hanya bisa memandang saja,dia hanya bisa melanjutkan pembicaraannya
dengan temannya.
Agung
terus menemani Ana dan teman-temannya hingga sampai gerbang sekolah.Sekedar
memastikan bahwa teman temannya itu sudah naik angkot dan aman dari kejaran
Rusdi.
“Makasih
ya Gunggg...”Teriak teman temannya dari dalam angkot.
Agung
hanya membalas teriakan mereka dengan lambaian dan sebuah senyum.
“Ada
ada aja dah ah”Tawa Agung begitu angkot itu perlahan menjauh,sambil berlalu
masuk ke dalam sekolah.
-__-
7 tahun
kemudian. . .
Sabtu
itu teman teman SMA Agung mengadakan reuni,itu adalah reuni pertama setelah
mereka lulus.
Saat
itu mereka mengadakan reuni di rumah salah satu temannya yaitu Maria.Suasana sangat
ramai,kami semua tertawa sambil mengenang masa masa yang lalu.
Yah
walau tidak semua temannya datang karena jarak atau sedang mempunyai kesibukan
yang lain,tapi Agung cukup senang karena bisa bertemu sebagian dari
teman-temannya lagi.
Apalagi
ketika ia melihatnya...
Sebelum
menuju tempat reuni ia janjian untuk bertemu dengan temannya yaitu Adul,Mail,Yoyo
dan Arif terlebih dahulu.Mereka berjanji untuk bertemu di rumah Adul kecuali
Yoyo yang baru akan bertemu mereka di pinggir jalan tak jauh dari rumah Maria.Karena
Agung lupa lupa ingat dengan rumah Maria,jadi ia sempat terlewat sedikit dari
gangnya.Sesampainya di pinggir jalan,Agung segera menghubungi Yoyo.Yoyo pun
menjawab untuk menunggunya sebentar.
Ketika
mereka sedang menunggu Yoyo tak disangka olehnya disana mereka bertemu dengan
temannya yang lain.
Saat
itu mereka bertemu dengan Umar,Adi,Amad,dan Lukman.Tak lama dari arah angkot
Agung juga melihat beberapa temannya turun dari sana yaitu Dita,Ana dan Yanti.
Okelah
to the point aja,untuk temannya yang lain Agung tak merasa terkejut sama
sekali.Tapi jika ditanya tentang Ana,ia takkan bisa menjawabnya.
God..Ana
sudah sangat berubah,Gadis yang dulu Agung kenal selalu memakai jilbab dan
pakaian tertutup kini mengurai rambut indahnya dengan bebas dan berpakaian
formal.Wajahnya ah wajahnya,Agung jadi bertanya pada dirinya sendiri “Apa benar
dia Ana yang dulu kukenal??”
Agung
sempat tertegun sesaat dan tersenyum sendiri.
“Si
bebek udah berubah jadi Angsa”Gumam Agung dalam hati
“Hoii..gung
pa kabar,bengong aja dari tadi”Ujar seseorang membangunkan Agung dari
lamunannya.
Ternyata
itu Dita,yang sudah berada di dekatnya.
“Ahh..lo
Ta,ganggu konsentrasi gw aja”
“Caelah
mang konsentrasi ngapain seh”Ledek Dita
“Ada
deh,mau tahu aja..hehe”
“Eh
by the way pa kabar Gung,ga kangen apa ma gw??”
“Dikit”Ujar
Agung seraya menunjukkan takaran rindunya dengan kelingking.
“Ahh..lo
tuh mah dari dulu tega banget ma gw”Ujar Dita sembari mencubit Agung
“Hahahaha...becanda
ta,gw kangen kali ma lo!!kangenlah ma kalian semua”
Dita
hanya tersenyum mendengar jawaban itu.
Dalam
candaannya dengan Dita,tanpa diduga Ana dan Yanti mendekat juga untuk memberi
salam.Agung tentu saja gelagapan dengan hal itu tapi ia berusaha tetap stay
cool.
Yah
pokoknya jangan sampai bertindak yang memalukan pikirnya.
“Agung
apa kabar??”Tanya Yanti dan Ana kepadanya
“Baik
kok,kalian sendiri apa kabar??”
“Baik
baik juga kok,oh iya kok kalian semua ngumpul disini??ga ke rumah Gina”Tanya
Yanti.
“Ntar
yan,ini lagi nunggu si Yoyo sebentar”
“Ohhhh.....geto”
Agung
kembali terdiam ketika melihat Ana.Ana yang merasa dirinya sedang diperhatikan
oleh Agung tentu saja segera menanyakan.
“Kenapa
Gung??Kok bengong aja”
“Ga
apa apa kok An,aneh aja”
“Aneh..??Aneh
kenapa deh”
Belum
sempat Agung menjawab,ia melihat kedatangan Yoyo.Yoyo yang baru saja datang
segera meminta maaf pada teman temannya itu.Mereka pun lalu segera berangkat
menuju rumahnya Maria.
Sepanjang
reuni pandangan Agung hanya teralihkan oleh Ana,tapi begitu sulit untuk
mendekatinya.
Selain
karena dari Agung sendiri,saat itu Ana juga selalu menempel pada teman teman
wanitanya.Lama Agung berpikir akhirnya jawaban itu malah datang sendiri.
Saat
itu Maria membawakan kertas dimana anak anak disuruh untuk menulis nama dan
nomor teleponnya disana.
Maklumlah,untuk
reuni kali ini kami benar benar hanya mengandalkan Facebook.
Eniwei
disanalah kesempatan itu terbuka??
Agung
segera saja mencatat nomor Ana yang sudah terlebih dulu mengisi kertas
itu.Agung benar benar tak berani untuk memintanya secara langsung.
-__-
Seminggu
setelah reuni itu,Agung baru berani untuk menghubungi Ana.Itupun dilalui dengan
kegalauan yang luar biasa.Siang malam Agung berpikir apa yang harus
dikatakannya kepada Ana,bagaimana cara memulai pembicaraan dengannya,alasan apa
yang harus diutarakannya.
Pada
hari itu,keberanian yang selama ini dicarinya pun kembali.
Walau
sedikit akhirnya ia memberanikan diri untuk sms Ana.
“Haii..boleh
kenalan ga??”
“Ini
siapa ya??”
“Baru
minggu kemarin ketemu pas reunian..hehe”
“Hemm..siapa
seh??”
“Agung..”
“Ohh..Agung
toh,gw pikir siapa.Btw dapet nomor gw dari mana”
“Nyolong,dari
kertasnya Gina..haha”
“Pantesan”
Ana
Cuma tertawa saja mendengar jawaban itu,Agung senang pada akhirnya ia mulai
bisa ngobrol dengan Ana.Walau Cuma sekedar smsan.
Beberapa
bulan setelahnya Agung pun semakin dekat dengan Ana.Jauh di luar perkiraan
Agung,Ana adalah orang yang asik buat diajak ngobrol.
Tiap
malamnya ia habiskan untuk berbicara dengan Ana.Semakin lama perasaan yang
selama ini terus berdebar di dadanya tak lagi terbendung.Perlahan Agung pun
yakin dan mulai memantapkan hatinya untuk mendekati Ana lebih jauh.Apalagi
belakangan ia ketahui bahwa Ana juga masih sendiri.
Hingga..
Hari
minggu itu Agung berencana untuk berkunjung ke rumah Ana.Agung sama sekali tak
bilang terlebih dahulu kepada Ana,ia juga tak mengetahui dimana letak rumahnya
tapi ia yakin bahwa ia bisa menemukannya.Yang jelas ia mengetahui rumah Ana hanya
dari buku reunian sekolahnya.
Siangnya
Agung pergi dulu untuk membeli komik pesanan temannya,ia pun pergi mencarinya
di toko buku di salah satu Mal di daerah Cijantung.Setelah menemukan apa yang
dicarinya Agung berencana mencari rumah Ana.Langkahnya terhenti ketika ia
melihat Toko aksesoris disana.Ia melihat sebuah gantungan handphone kecil disana,bentuknya
malaikat kecil sedang memegang tulisan “4U”.
“Wah..bagus
juga neh kalo diberikan untuk Ana”Gumam Agung dalam hati.
Agung
pun lalu membelinya,ketika ia ingin segera beranjak pergi dari toko itu Agung
mendengar suara seseorang memanggilnya.
“Loh..Agung???”
“Amara...”
Hening
Agung
tak mampu berkata apapun lagi dari mulutnya.
-___-
“Kamu
apa kabarnya Gung??Lama yah ga ketemu”Ucap Amara memulai pembicaraan
Agung
hanya terdiam
“Gung..kamu
apa kabarnya??”
Agung
tetap terdiam
“Gung...”Ucap
Amara pelan sembari berusaha memegang tangan Agung
“Apa
hanya itu yang ingin kamu katakan Ra??”Jawab Agung
“Kalau
iya,aku mohon lepasin tanganku”Sambung Agung seraya berusaha melepas tangan
Amara.Tapi tangan Amara semakin erat mendekapnya.
“Gung
tolong dengerin aku dulu”Ujar Amara berusaha meyakinkan Agung kembali
“Apa
lagi yang harus didengar,semuanya udah jelas kan”
Amara
hanya terdiam mendengar kata kata itu,air mata mengalir pelan membasahi kedua
pipinya.
“Semua
udah jelas kan,kau yang meninggalkanku begitu aja”Sambung Agung setengah
berteriak.Tanpa mereka sadari,tingkah laku mereka berdua menjadi perhatian oleh
para pengunjung Mal yang lain.
“Sudahlah
ra,biarin aku pergi”
“Tapi
Gung,aku mau buat semuanya jelas dulu diantara kita??aku juga ga mau terus
terusan merasa bersalah sama kamu”
Agung
terdiam,ia tak tega juga melihatnya.
Amara
adalah mantan pacar Agung.Agung mengenal Amara ketika ia masih kuliah
dulu,mereka berkenalan karena sering menaiki jurusan Bus yang sama.
Hampir
selama 3 tahun mereka berpacaran hingga di pertengahan tahun 2010 Amara menghilang
begitu saja.
Tak
ada kabar sama sekali kemana Amara pergi.
Bahkan
rumah yang keluarga Amara tinggali pun sudah tidak ditempati.Agung sudah
berusaha menanyakan kepada semua yang mengenal keluarganya tapi jawaban yang
didapat hanya sebuah gelengan kepala.
“Yaudah,tapi jangan ngomong disini yah”jawab
Agung
Amara
menurut saja,Agung lalu mengajak Amara pergi ke taman tak jauh dari Mal
tersebut.
Sesampainya
disana suasana kembali hening,tak ada yang memulai pembicaraan.
“Gung”
“Hemmm....”
“Aku
mau minta maaf”
“Buat??”
“Karena
ninggalin kamu tanpa ngasih alasannya”
“Heehh..apa perlu aku tahu itu sekarang??”
Hening
Amara
lalu menatap mata Agung dalam dalam.Ada sebuah tanda tanya besar yang
menggantung disana.
“Ya..kamu
harus tahu,karena aku mau semuanya jelas”
“Jelas??jelas
untuk apa”
“Untuk
kita berdua Gung”
Agung
tertunduk,tak sekalipun ia berani menatap mata Amara.Ia sangat bingung saat
itu,disaat ia mulai belajar untuk melupakan kisahnya dengan Amara tapi kini Amara
malah hadir di hadapannya.
Tuhan..betapa
adilnya engkau ini.
“Aku
dijodohkan Gung”
“Hahh....”
Tak
ada jawaban lagi dari Amara,ia hanya tertunduk diam setelahnya.
“Terus
kamu menerimanya??”
“Ya..karena
aku harus”
“Harus..??”
“Ya..karena
itu sudah ditakdirkan dan menjadi tradisi di keluargaku”
“Tradisi??jadi
kau menyerah pada tradisi itu??”
“Tidak..”
“Lalu
kenapa kau masih menerimanya”
“Aku
hanya tak ingin orang tuaku terus bertengkar karenanya,aku tak ingin mereka
bercerai hanya karenaku”
Terang
Amara singkat,air mata mengalir pelan membasahi kedua pipinya.Agung tak tega
juga melihatnya.Apalagi setelah ia mengetahui kenyataan yang terpapar di
depannya.Sebuah pilihan pahit yang harus dilalui Amara.
“Kita
pindah tempat ra???”
“Hahh....”
“Kamu
ga keberatan kan”
Amara
hanya menggelengkan kepalanya tanda setuju,Agung lalu membawa Amara pergi ke
Setu Babakan.Tujuan Agung kesana ingin membuat Amara tenang dulu,selain itu ia
juga masih penasaran dengan apa yang terjadi kepada Amara selama ini.
Lebih
dari setengah tahun yang lalu,Amara menghilang begitu saja dari hidup Agung.
“Jadi
selama ini kamu pergi kemana Ra??”
“Aku
kembali ke Surabaya Gung,untuk mengurus pertunanganku”
Amara
adalah orang asli Surabaya,dia pindah ke Jakarta baru pada tahun 2002.Saat itu
dia baru lulus SMP dan melanjutkan sekolahnya disini.Agung bertemu dan
mengenalnya pada tahun 2006,saat ia masih kuliah.Pada saat itu Amara bekerja di
salah satu Mal di bilangan Fatmawati.
“Kenapa
kau tak pernah berkata apapun Ra??Kau tahu betapa gilanya aku memikirkanmu”
Amara
terdiam,ia menatap mata Agung.Hanya ada kekosongan yang dilihatnya.
“Karena
aku tak mau menyakitimu Gung,aku terlalu menyayangimu”
Hening..
Air
mata kembali meleleh diantara kedua pipinya,tangis itu begitu melukai kecantikan
Amara.
Agung
hanya menghela nafas panjang mendengarnya,ia lalu menghampiri Amara dan
menghapus air matanya.
“Kapan
kamu menikah Ra??”
“Juni
nanti Gung!!”
“Juni??masih
3 bulanan lagi ya”
“Itu
karena aku harus menunggu dia kembali dari tugasnya”
Amara
lalu menjelaskan bahwa calon suaminya adalah seorang pelaut,calon suaminya
merupakan anak dari sahabat baik ayahnya.
“Gung”
“Hemm...”
“Aku
masih belum bisa melupakanmu Gung”Ucap Amara pelan
Agung
yang mendengarnya Cuma bisa menatap Amara.Ada sebuah keinginan tulus
disana,Agung tak mengerti itu apa.
“Apa
kita masih bisa seperti dulu lagi Gung??”Sambung Amara lagi
“Entahlah..aku
tak pernah tahu!!Tapi yang pasti aku masih belajar melupakan dirimu.Begitu
sulit Ra,melupakan apa yang pernah terjadi diantara kita dulu.Aku begitu
kehilanganmu dalam malam-malamku,bahkan aku tak tahu kemana melarikan
keluhku.Dan kini ketika aku mulai mencoba merajut hidupku kembali.Kau kembali
dengan jawaban yang hanya bisa membuatku tenggelam dalam kehampaan”Jawab Agung,Amara
hanya menangis mendengarnya.
“Tapi
aku senang karena akhirnya aku bisa bertemu denganmu dan mendapat jawaban dari
mulutmu sendiri,itu sudah cukup untuk menjawab segala tanya yang terpendam
selama ini”Sambung Agung lagi.Senyum menyimpul dari mulutnya.
“Siapapun
kelak jodohmu,ia pasti sangat beruntung Ra karena bisa memiliki wanita
sepertimu”
Amara
tersenyum mendengarnya,entah kenapa perasaannya menjadi kuat kembali saat itu.
“Gung
maafin aku”
“Untuk
apa??”
“Atas
semuanya”
“Heehh..aku
sudah memaafkanmu jauh sebelum kau mengucapkannya”
Amara
terdiam mendengarnya
“Yah..walau
awalnya emang agak sulit seh,tapi kau tahu sendiri sifatku seperti apa??”
Amara
kemudian tertawa kecil mendengarnya.Bagi Amara,Agung memang pribadi yang rumit
dan menyebalkan,tapi ia juga selalu mengetahui bahwa Agung juga pribadi yang
baik,lucu dan kerap menolongnya.Tak pernah sekalipun dalam hubungan mereka
terlibat pertengkaran,karena Agung selalu mengalah terhadapnya.
“Makasih
ya Gung”
Hanya
sebuah senyum yang keluar sebagai jawaban,Agung lalu membelai kepala Amara.Ada
sebuah rasa kehilangan juga sebuah kelegaan yang kini berada di hatinya.
-____-
Entah
kenapa setelah bertemu Amara,hati Agung mulai meragu lagi.
Sebuah
keraguan bahwa ia takkan bisa menjaga cintanya lagi,lama Agung terdiam.Banyak
hal yang dipikirkannya malam itu.Hingga pada suatu titik ia memikirkan wanita
yang kini sedang meraja di hatinya.
Ana..
Tiba
tiba Agung merasa jatuh kala memikirkannya.Ada sebuah beban yang kini malah
menggantung di hatinya.
Hari
itu Agung menulis sebuah puisi,ia melarikan semua keluhnya disana.Agung lalu
sengaja menaruhnya di catatan Facebooknya.Tujuannya hanya satu,ia ingin
mengetahui reaksi Ana.
Ada yang harus
kuceritakan denganmu Ana
Tentang sebuah
rasa
Yang selama ini
ingin kuungkapkan padamu
Ana..
Aku memang
menyukaimu
Sangat
menyukaimu
Aku tak pernah
tahu mengapa
Tak sekalipun
aku mengerti jawabnya
Saat ini yang
terpikirkan hanyalah tentangmu
Ana..
Aku juga tak
tahu dari mana rasa itu tercipta
Ia datang begitu
saja mengetuk pintu hati
Melukiskan warna
dalam tiap geraknya
Besar dan
semakin besar
Hingga aku tak tahu
bagaimana cara mengguratnya
Dulu..
Tak pernah
sekalipun aku mempunyai rasa terhadapmu
Tak pernah
terpikirkan olehku
Dan kau juga
mengetahui akan itu
Entahlah Ana
Rasa itu
tercipta begitu saja
Tercipta
terakhir kali aku menatapmu
Aku masih ingat
dengan perasaan itu
Hatiku berdegup
kencang takkala memandangmu
Aku benar benar
tak mampu berkata Ana
Tatapanmu
melumpuhkanku
Tuturmu
meluluhkanku
Aku benar benar
terpesona akan hadirmu
Aku tak tahu Ana
Kenapa aku bisa
menyukaimu
Tak pernah
sekalipun aku mengerti jawabnya
Hanya tanya yang
setia membelengguku
Ana..
Aku benar benar
tak mengerti
Mungkin seperti
kata pepatah
“Dari mata turun
ke hati”
Karena itulah
yang kurasakan saat ini
Ana..
Maaf jika belum
ada kata yang terucap dari bibirku
Sekedar mengucap
kata suka atau sayang terhadapmu
Maaf jika belum
ada rasa yang mengalir ke nadimu
Sekedar menanam
sayang ke dalam benakmu
Aku hanya tak ingin
kau kecewa akan hadirku
Maafkan aku ana
Aku belum
mempunyai keberanian untuk itu
Aku tahu ana
Kau pasti lelah
menungguku disana
Aku pahami ana
Jika rasamu
mulai meredup pelan karenanya
Tapi Ana
Aku berharap
kepadamu
Kau mau
menungguku di ujung jalan itu
Bersedia
menungguku
Menuntaskan
semua janji yang terucap untukmu
Ana
Aku hanya ingin
kau tahu
Inginku kini
hanya berjalan bersamamu
Hanya itu ana
Hanya ingin
terus menggenggam tanganmu
Melewati hari
bersamamu
Menggenggam
dunia
Dengan mimpi
yang terbentuk karenanya
Menjalani cita
Dengan dirimu
sebagai penyemangatku
Menghabiskan
masa hidupku
Dengan dirimu
berada di sampingku
Menghabiskan
masa tuaku
Dengan dirimu
sebagai cintaku
Tanpa
diduga Ana meresponnya begitu cepat,ia mengirim pesan (sms) kepada Agung.Yang
pertama Ana menanyakan maksud Agung menulis puisi itu.
Agung
hanya menjawab sekenanya.
Pada
sms yang kedua Agung akhirnya mendapat sebuah jawaban,pada malam itu ia
mendapatkan jawaban dari pujaan hatinya.
Kamu ga pernah
mengerti
Dengan apa yang
kamu rasakan
Sama halnya
seperti Ana
Tidak pernah
mengerti
Dengan apa yang
dia rasa
Rasa ini alami
Rasa ini anugrah
Bisa datang kapan
saja
Tanpa disadari
Ana juga tak
pernah menyangka
Kenapa mesti
kamu yang menyita pikirannya
Dulu..
Memang Ana tak
begitu mengenalmu
Hanya nama dan
wajah yang ia tahu
Sekarang..
Kamu dekat
Mungkin...sangat
dekat..
Tapi tetap saja
kamu bagai misteri buat dia
Dengan
meninggalkan beribu tanya dalam benaknya
Jika bisa
menepati janji itu
Tepatilah..
Jangan hanya
mengumbar janji-janji palsu
Kepada setiap
hati kemudian meninggalkannya
Karena..
Ana akan
menunggumu di ujung jalan itu
Selalu
menunggumu...
Agung
hanya tersenyum membacanya,ia dilanda kebingungan untuk membalasnya.Dan bodohnya
lagi ia malah ketiduran pada malam itu dan meninggalkan Ana dalam penantiannya.
Malam
itu Ana terus bertanya kepada Agung,tapi Agung telah terlelap dalam tidurnya.
Ana
terus bertanya apa yang dimaksud puisi itu adalah dirinya.
Agung
tentu saja tak membalas karena telah terlelap dalam tidurnya.
Hal
itu tentu saja membuat Ana kebingungan,dalam kebingungannya Ana malah meminta
maaf kepada Agung karena sudah berpikir macam macam.Malah ia berkata tak usah
sms dia lagi.
Setelah
itu Ana tak sms lagi,meninggalkan Agung dalam lelapnya.Paginya ketika Agung
membaca smsnya,ia hanya bisa tersenyum sekaligus bingung bagaimana
membalasnya.Ia juga bingung dengan langkah apa yang akan dilakukan olehnya
kedepan.
-_____-
25 Juni 2011
Hari
itu Agung sedang berada di stasiun Senen,ia berada disana untuk melepas
kepergian Amara.
Ya
pada hari itu adalah hari terakhir Amara berada di Jakarta,untuk seterusnya ia
akan tinggal di Surabaya mengikuti calon suaminya.
3
minggu dari sekarang ia akan menikah dengan jodoh yang sudah dipilihkan orang
tuanya.Selama ini ia berada di Jakarta karena pekerjaannya.
“Makasih
ya Gung”
“Buat
apaan dah,perasaan makasih mulu”
“Yah
buat segalanya,beberapa bulan ini kamu kan sudah setia membantuku”
“Halah..lebay
kau Ra,kaya baru kenal aja”Ujar Agung sembari tersenyum.
Selama
beberapa bulan terakhir,Agung memang sering membantu Amara.Apalagi di
Jakarta,Amara Cuma tinggal bersama keluarga kakaknya karena kedua orang tuanya
sudah memutuskan untuk menetap kembali di Surabaya.
Selain
itu Agung merasa masih punya kewajiban dengan Amara,ia merasa berkewajiban
untuk menguatkan hati Amara lagi.Karena Agung masih melihat banyak keraguan di
matanya.
“Kalo
bisa datang ya Gung ke pernikahanku”Harap Amara
“Haahhh..boleh
boleh tapi ongkosin ya,aku ga punya ongkos kesananya Ra..hehe”
Amara
hanya tersenyum mendengarnya.
“Aku
titip doa aja deh,semoga semuanya berjalan lancar disana.Semoga engkau
diberkahi keluarga yang sakinah,mawadah dan warohmah.Aku juga yakin bahwa
suamimu pasti orang yang baik dan dapat mengertimu”
“Amin..makasih
ya Gung”
“Kamu
tuh,makasih mulu orangnya??lama lama malah mirip sama Mpok Indun” Ujar Agung
membandingkan Amara dengan Mpok Indun,tetangga Bang Bajuri dalam sitkom Bajaj
Bajuri.
Amara
yang tak terima tentu saja segera mencubit Agung.
“Auuuwww..sakit
Ra”Agung segera mengaduh akibat cubitannya.Amara hanya tertawa melihat ekspresi
Agung.
“Oh
iya,hampir aja lupa”Ucap Agung seraya mengeluarkan sesuatu dari tasnya.Rupanya
itu sebuah Map coklat besar.Amara tentu saja bingung dengan pemberian Agung.
“Neh
Ra”
“Apaan
neh Gung??”
“Bom..hahaha!!ada
deh,yang jelas nanti aja ya dibukanya”Ujar Agung seraya tertawa.
“Simpan
baik baik ya Ra”sambung Agung lagi
Amara
tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
“Oh..iya
neh satu lagi”Ujar Agung seraya membuka gelang di tangannya.Lalu ia
memberikannya kepada Amara,gelang tasbih kesukaannya.
“Simpan
juga yah,Cuma itu yang bisa kuberi”
“Makasih
ya Gung”
“Sama
sama mpok Indun..hahaha”
Amara
langsung mencubit Agung lagi,ia kemudian hanya bisa tertawa.
“Jam
berapa kamu berangkat Ra??”
“Sekitar
jam 11an”
“Ohh..berarti sebentar lagi yah”Ujar Agung seraya melihat jam tangannya.Waktu sudah menunjukkan pukul 10.55 di jam tangannya.
“Ohh..berarti sebentar lagi yah”Ujar Agung seraya melihat jam tangannya.Waktu sudah menunjukkan pukul 10.55 di jam tangannya.
“Ya”Ujar
Amara.Ia lalu tertunduk menahan kesedihannya.
“Heeiiii....”Ucap
Agung sembari memegang dagu Amara dengan tangan kirinya.Lalu dengan tangan
kanannya ia memegang bibir dan membuat senyum di wajah Amara.
“Nah
begini kan kelihatannya lebih bagus..hehe”
Mereka
berdua tertawa,perasaan senang begitu menyelimuti mereka.Tak lama ada
pengumuman bahwa kereta akan segera berangkat.
Amara
lalu memeluk Agung,Agung membalas pelukan itu dan membelai rambutnya.
Saat
itu semua seakan menjadi hening,diam dalam kesunyiaan.
Tak
ada kata lagi yang terucap,hanya sebuah senyum yang terkulum yang terus melepas
kepergian Amara.
Kereta
berjalan pelan,seakan jengah ingin berlari meninggalkan segala kegaduhan yang
berada di stasiun.
Dalam
kereta Amara terus melihat Agung melepas kepergiannya.Dalam senyuman Agung berdiri
dan terus melambaikan tangannya.Amara membalas senyuman itu.
Kereta
itu pun perlahan menjauh,meninggalkan sebuah sosok dalam senyumannya.
Setelah
tak tampak lagi sosok Agung,Amara segera membuka map coklat yang tadi diberikan
Agung.Ternyata Map itu berisi beberapa Novel kesukaannya.
Amara
ingat,waktu itu ia pernah bilang ke Agung tentang beberapa Novel yang ia suka
tapi sulit ia dapatkan.Ia benar benar tak menduga Agung masih
mengingatnya,karena ketika membicarakannya Agung bersikap cuek dan seperti
menganggapnya angin lalu.
Di
antara kumpulan Novel itu ada sebuah surat,Amara segera saja membuka dan membacanya.
Belakangan ini
Aku baru
menyadari
Betapa aku kehilanganmu
Kamu..
Yang dulu selalu
hadir dalam hariku
Kamu..
Yang dulu selalu
ada untuk diriku
Kamu..
Yang selalu ada
berbagi denganku
Kini telah pergi
menjauh
Aku telah
berusaha
Melupakanmu
Baik dalam
setiap kataku
Entah dalam
setiap gerakku
Tapi
Aku tak bisa
mendustai hati
Aku tak bisa
membohongi diri
Senyum itu
Kurindu..
Tawa
itu
Kunanti..
Aku merindukan
setiap tutur lembutmu
Aku menantikan
setiap lembut belaimu
Aku merindukan
saat manja bersamamu
Mata itu..
Bibir itu..
Rambut itu..
Aku merindukanmu
Aku tak bisa
berbohong
Dan mengatakan
“aku sudah melupakannya”
Aku telah
mencoba
Mengisi hariku
dengan tawa
Berusaha
menyibukkan hariku
Tapi
Aku masih saja
merindukan tiap saat
Bersamanya..
Aku masih saja
mendambakan tiap waktu
Dengannya..
Dirimu
Seperti pelangi
Selalu datang
untuk mewarnai hariku
Dirimu
Seperti mentari
Selalu datang
menguatkanku dikala lemah
Dirimu
Seperti pelita
Selalu
menyinariku di tengah kegelapan yang mendera
Aku tahu
Bahwa kau masih
mencintaiku
Kau juga tahu
Bahwa akan selalu
ada bagian dalam hatiku untukmu
Tapi kita berdua
juga tahu
Bahwa kisah ini
tak mungkin lagi berjalan
Karena sesuatu
yang tak mungkin kita ingkari
Dan itu tak
mungkin dipungkiri
Sayang..
3 tahun
bersamamu adalah saat yang terbaik
Tak banyak yang
tahu tentang kisah yang kita jalani
Dan sampai akhir
pun tak banyak yang tahu
Karena dunia
adalah cinta kita
Bukan cinta yang
harus terbagi oleh dunia
Seperti janji
kita
Untuk selalu
merahasiakan ini
Sayang..
Kau mengertiku
Seperti kapas
yang menyerap air
Kau selalu
memahamiku
Seperti daun
yang tertiup angin
Kau tahu
sifatku..
Aku adalah
penyendiri di tengah keramaian
Aku adalah
pelamun di tengah teriakan
Dan kau menutupi
semua kekuranganku
Sayang..
Ini telah
menjadi keputusanmu
Untuk melupakan
perjalanan cinta ini
Dan pergi
menjauh dari sisiku
Percayalah
sayang
Aku menghormati
keputusanmu
Aku juga takkan
pernah membencimu
Sayang
percayalah
Aku takkan
melupakan tiap saat bersamamu
Aku akan selalu
mengingatmu
Dalam tiap deru
nafasku
Dalam tiap detak
jantungku
Aku akan selalu
mengenangmu
Sebagai bagian
terindah dalam hatiku
Sayang..
Memang saat ini
aku akui
Aku sedang
kesulitan untuk melupakan kisahku denganmu
Saat ini aku
akui
Aku masih tak
bisa melupakan bayang wajahmu
Tanpamu
Aku bagai Puisi
Tak Berima
Aku tak tahu
kemana melarikan tiap kataku
Aku seperti
kehilangan semangat dalam baitku
Tapi sayang..
Aku akan belajar
dan akan terus belajar
Melupakanmu
Meski itu sulit
untuk kuhadapi
Aku akan terus
belajar
Untuk membuat
puisi baru dalam hidupku
Meski itu
bukanlah denganmu
Sayang..
Berjanjilah
kepadaku
Untuk menjadi
wanita yang tangguh
Untuk menjadi
wanita yang hebat
Jadilah
seseorang yang membanggakan
Jadilah selalu
pelita itu
Sayang..
Jangan pernah
menyesali sedihmu
Karena melalui
sedih kita belajar untuk menjadi kuat
Jangan pernah
mengutuk tangismu
Karena melalui
tangis kita belajar untuk tersenyum
Sayang..
Kini berjanjilah
kepadaku
Kita boleh
melupakan cinta ini
Tapi
Jangan pernah
lupa akan persahabatan yang pernah kita jalani
Kini demiku
Maafkanlah
dirimu sendiri
Jangan jadikan
yang lalu sebagai beban
Dan jadi
penghambat kebahagiaanmu
Demiku..
Berbahagialah
disana
Belajarlah untuk
mencintainya
Jadilah mentari
untuknya
Dan tataplah
masa hidupmu semakin baik ke depan
Terima kasih
atas segalanya
Atas warna cinta
yang kau beri
Atas segala
kebaikan yang kau tanam
Percayalah
Bahwa doaku akan
selalu bersamamu
Wahai Wanitaku
^_^
Sesampainya
di rumah Agung mendapat sms dari Amara.
“Terima
kasih Gung,untuk ketulusan yang selama ini kau beri J “
-______-
Ancol, 2 Juli 2011
Seminggu
ini Agung banyak berpikir,ia tak bisa berbohong bahwa kehadiran Amara membuat
ia melakukannya.Apa ia bisa menjaga cintanya nanti.Atau hanya kehilangan lagi
yang akan dialaminya.
Lama
Agung termenung disana,menatap garis cakrawala di batas awan kala senja.
Melamunkan
gundah yang kini tengah meraja di hatinya.
Ombak
berdebur pelan kala itu,menyisakan buih hitam sisa dari pekatnya polusi
perkotaan.
Keruh,seperti
warna air laut itu.
Hening..
Mengantarkan
Agung pada sebuah kesimpulan.
Agung
lalu mengeluarkan sesuatu dari jaketnya,ternyata sebuah gantungan hape yang
waktu dibelinya untuk Ana.
Lama
ia menatap gantungan kunci itu.Ia lalu memejamkan matanya dan
“Maafin
aku An,atas semua janji yang tak bisa kutepati”
Agung
menyerah kalah pada perasaannya.Ia masih merasa belum cukup baik untuk siapapu
sekarang.
Agung
lalu membuang gantungan kunci itu ke laut yang membentang luas di
hadapannya.Seakan menyerahkan semua jawaban itu kepada samudra.
Maafkan diriku
Kepadamu ana
Tak mampu kujaga
hatimu
Sepenuh ragaku
Maafkan aku ana
Akan hadirku
Yang membuat
hatimu
Menjadi terluka
Reff
Aku memang
bersalah
Menggantungkan
semuanya
Tentang kemana
kita kan melangkah dalam hubungan ini
Aku memang
berdosa
Mengingkari
segalanya
Semua kata yang
pernah aku janjikan untukmu
Maafkan aku ana
Memberi harapan
Atas semua cinta
yang tak pernah tersampaikan
Back to reff
lalu *
*Maafkanlah..
jika memang maaf itu memang ada
Menanti Pagi –
Kramat Jati 09 Oktober 2011
0 komentar:
Posting Komentar