Si Unyil dari
Betawi
Hemmm...saya
pernah berjanji,entah di tulisan saya yang mana (lupa) jika sudah masuk
postingan ke seratus setidaknya saya akan terbuka kepada dunia saya.
Yah
dalam pengertian ini kepada dunia Blogging sebenarnya..hehe
Okeh
cie due tigo... (Halah)
Saya
lahir di Jakarta pada tanggal 29 November 1987 dan diberi nama oleh kedua orang
tua saya Nandar Awaludin.
Saya
dilahirkan prematur pada usia 7 bulan 2 minggu. Saya selalu tertawa ketika ibu
menceritakan tentang kelahiran saya.
Beliau
bercerita ketika lahir kepala saya mirip sekali dengan buah mangga.
Yuph...ketika
lahir kepala saya bentuknya lonjong loh.
Hahaha.............
Lucunya,
menurut ibu saya bentuk lonjong kepala saya itu perlahan menghilang karena kepala
saya sering diusap-usap sama nenek.
Saya
juga lahir berbarengan dengan tayangan si Unyil.
Itu
loh nama boneka yang booming banget di era 80an, yang punya temen lucu bernama
Pak Ogah,Usro dan Pak Raden.
Ibu
saya bercerita ketika ia akan brojol (bahasa betawi untuk kata melahirkan),
saat itu pula Si Unyil ada di televisi.
Oleh
bi Lastri (adik dari ibu) saya dipanggil si Unyil dari betawi.
Haha....^^
Sebagian
besar hidup saya dihabiskan di Jakarta,sebuah kota yang penuh sesak dan kaya
akan polusi.
But..I
love this town!!
Kota
ini banyak memberikan pengalaman dalam hidup saya.
Yah
namanya pengalaman pasti ada pahit dan manisnya tapi apapun itu saya selalu
mensyukurinya.
Karena
pengalaman itu adalah ilmu,sebuah pelajaran dalam kehidupan yang tak akan kita
temui ketika kita bersekolah.
*
My Family
Saya
akan bercerita sedikit tentang keluarga saya.
Keluarga
adalah yah mungkin salah satu hal yang saya sulit ceritakan. Ga tertutup
banget,Cuma memang kalau ditanya masalah keluarga sama orang yang baru kenal
biasanya saya akan mengalihkan pembicaraan.
Bukan
cuma orang yang baru kenal tapi mungkin beberapa orang yang pernah berada dekat
dengan saya sama sekali ga tahu keadaan keluarga saya yang sebenarnya.
Yah
emang ga penting seh..hehe
Cuma
segelintir yang tahu tentang kebenarannya.
Bukannya
ga mau terbuka tapi memang kalau ditanya masalah keluarga buat saya pribadi
adalah hal yang benar benar sulit untuk diceritakan.
Sangat
sulit...
Saya
mungkin akan menangis jika menceritakannya.
God..its
very difficult for explain that.
Yah
kalau pada akhirnya saya bercerita melalui Blog ini itu karena saya sudah tak
mampu lagi menceritakannya lewat ucapan. Selama ini saya akui saya hanya
memendamnya dan ga terlalu jujur sama dunia saya.
Betapa
saya ingin menceritakan tapi entah kenapa kata itu begitu sulit untuk
dikeluarkan.
Kebenaran
hanya kesemuan adanya.
Entahlah..
Mungkin
karena saya belum menemukan keberanian untuk jujur kepada diri saya sendiri.
Heeeeeeehhhhhh.............
Saya
lahir di Jakarta di rumah sakit MH Thamrin Jakarta Timur.
Saya
dilahirkan di sebuah keluarga sederhana, rumah kami terletak di kawasan kramat
jati jakarta timur.
Rumah
kecil yang dalam lagu Meggi Z disebut “Gubuk Bambu”.
Rumah
kami terletak bersebelahan dengan rumah Kakek dan Nenek (Orang tua dari ayah
saya).
Selalu
sedih mendengar cerita rumah ini,gimana perjalanannya dan segala bantuan yang
datang untuk membangunnya.
Gimana
rumah kami yang kecil ini sempat dikontrakkan sebagian untuk tambahan
penghasilan. Karena jujur aja,ketika saya kecil dulu kehidupan keluarga kami
jauh dari kata mampu.
Saya
ingat dulu ketika keluarga kami tak mempunyai beras,saya juga selalu mengingat
ketika dulu keluarga kami hanya makan nasi dengan garam.
Karena
itu semenjak kecil saya sudah dihadapkan pada kenyataan, bahwa kehidupan yang
akan saya jalani tak akan terasa mudah.
Sejak
kecil saya juga sudah berpikir untuk membantu keluarga saya secepatnya.
Oleh
ibu saya selalu diajarkan kesederhanaan. Selalu bersyukur atas apa yang diberi
oleh Tuhan dan tidak mengeluh dalam setiap cobaannya.
Saya
ingat dulu untuk memiliki sebuah handphone sendiri saja saya harus menunggu
hingga kelas 3 SMA.
Saya
ingat ketika ingin memiliki sebuah sepeda motor saja saya harus mengusahakannya
sendiri.
Saya
selalu ingat ketika ingin memiliki sesuatu harus melakukannya sendiri.
Saya
tak mengeluh dan tak merengek rengek kepada orang tua saya.
Karena
saya memang dibesarkan dengan cara dan pemikiran seperti itu. Saya mengertilah
kehidupan dari keluarga saya.
Prinsip
saya kalau memang bisa diusahakan sendiri, kenapa harus merengek rengek kepada
mereka.
Semasa
kecil saya lebih sering dititipkan ke Bibi saya yaitu Bi Erna (adik dari ibu),
sehingga tak heran jika ketika saya kecil lebih akrab dengan bibi saya.
Hanya
ketika bersama bi Ernalah saya benar benar merasa senang dan melupakan segala
kesedihan di rumah.
Ayah
dan ibu saya bertemu sekitar tahun pertengahan tahun 80an, saat itu ibu saya
masih bersekolah. Mereka dipertemukan oleh teman dari ayah dan bi Erna.
Setelah
ibu lulus sekolah ayah segera melamarnya.
Mereka
menikah pada tahun 1987,tepatnya pada bulan Februari. Karena ketiadaan dana,pada
bulan itu mereka hanya melakukan pernikahan dan baru mengadakan resepsi pada
bulan April.
Saat
resepsi digelar,ibu bilang saat itu ia sudah mengandung saya.
Hemm...makanya
beliau selalu mengatakan bahwa saya terlahir (lumayan) tampan karena dikandung
pada saat sedang resepsi (ga nyambung memang, tapi yoweslah..haha).
Saya
merupakan anak pertama dari 2 bersaudara.
Ayah
saya bernama Nemih,beliau merupakan warga asli Jakarta.
Beliau
lahir pada 21 Juni 1961, ayah saya merupakan anak pertama dari 12 bersaudara. Ayah
saya hanya melakoni 2 pekerjaan selama hidupnya.
Yang
pertama sebagai pegawai percetakan,hal ini beliau lakoni jauh sebelum bertemu
ibu. Tak lama setelah menikah dengan ibu, ayah memutuskan keluar dari
pekerjaannya. Saat itu ia terlibat perselisihan dengan atasannya.
Yang
kedua sebagai Ketua RT (Rukun Tetangga), yah walau sebenarnya ini hanya
pekerjaan sosial seh.
Awalnya
Kakek sayalah yang terpilih sebagai Ketua RT (tahun 1999),tapi karena sudah tua
dan sering mengalami kendala kesehatan akhirnya tugas dari jabatan yang
diembannya lebih sering dilakukan ayah saya.
Sehingga
pada pemilihan selanjutnya (saya lupa tapi sekitar tahun 2001-2002) ayah
sayalah yang terpilih sebagai Ketua RT.
Jujur
aja,saya sangat bersyukur ayah saya menjadi Ketua RT.
Mang kenapa
Ndar??enak yah kalo buat KTP digratisin??
Bukan,bukan
itu juga (tapi iya seh sedikit :P).
Selain
karena mempunyai banyak teman dan dikenal luas di kelurahan kami, Saya juga
sangat bersyukur karena kegiatan ini ayah saya jadi mempunyai kegiatan yang
menyibukkan harinya.
Ayah
saya bisa dibilang sempat mengalami gangguan pada kejiwaannya. Bukan dalam
pengertian tidak waras tapi saat itu ayah saya lebih mudah sekali tersulut
emosinya.
Jika
sudah emosi, hal apapun akan dijadikan pembenaran olehnya. Karena itu tak
heran, dahulu keluarga kami sering mengalami pertengkaran.
Tahun
90an adalah masa masanya.
Dengan
ketiadaan pekerjaan ditambah kondisi keuangan pas-pasan, jadilah ayah saya
sebagai orang yang begitu mudah tersulut emosinya.
Di
keluarga, tak ada satu orang pun yang berani melawannya.
Ayah
saya sangat kurang berusaha dalam hidupnya, ia lebih senang mengalihkan dan
megarahkan kesalahannya kepada ibu.
Dibalik
segala sifat pemarahnya, saya tahu bahwa ayah saya adalah orang yang rapuh.
Jika
bukan karena kesabaran ibu, mungkin keluarga kami sudah akan berpisah.
Dulu,Saya
ingat ayah dengan mudahnya memukul dan menjewer kuping saya. Ayah saya juga
bukan contoh yang baik dalam kepribadian.
Selain
karena perokok berat, ayah saya sangat gemar bermain judi.
Untuk
kebiasaan yang satu ini bisa dibilang sudah turun menurun di keluarganya. Yang
paling saya benci adalah karena rumah kami sering digunakan sebagai tempat
perjudian itu.
Ibu
dan saya hanya bisa bersabar melihatnya.
Ayah
saya juga bukan contoh yang baik dalam hal beribadah, beliau juga bukan
merupakan contoh yang baik dalam mengarungi kehidupan.
Heeehhhhhhhh.................
Dulu
sewaktu kecil saya tidak menyukai ayah, saya sangat membencinya. Namun kini
setelah beranjak dewasa saya mengerti, bahwa setiap hal yang dilakukannya dulu
karena rasa sayangnya terhadap saya.
Memang
seperti itulah adanya beliau, tak menunjukkan kasih sayangnya lewat buaian
mesra atau sebuah pelukan.
Tapi
lewat sebuah kemarahan dalam artian sayang.
Saya
belajar banyak dari beliau.
Dalam
hidup saya belajar dan berjanji untuk tak menjadi perokok seperti beliau, saya
juga berjanji tak akan menjadi penjudi seperti beliau, saya juga berjanji tak
akan menjadi pecundang sepertinya.
Tapi
di balik segala hal itu, ayah saya juga orang yang sangat baik. Sebagai Ketua
RT beliau tanpa pamrih sering menolong warganya yang membutuhkan bantuan.
Bahkan
banyak warga dari RT lain yang sering meminta pertolongannya.
Bahkan
dari Bekasi,,Cibinong,Karawang,Bogor dan Tangerang.
Entahlah..
Memang
kalau berurusan dengan ayah saya tak terlalu ribet, tanpa lama-lama beliau akan
memaparkan apa-apa saja yang dibutuhkan,apa saja yang diperlukan dan apa saja
yang perlu dikeluarkan.
Dan
akan diurus secepatnya oleh beliau.
Mungkin
karena itu beliau selalu terpilih sebagai Ketua RT hingga kini.
Dalam
keluarga ayah juga orang yang baik,kalau ada rezeki beliau pasti akan
membaginya dengan Kakek atau Nenek.
Bahkan
keponakan keponakan yang tinggal di rumah Kakek lebih sering meminta uang
kepada ayah saya ketimbang ayahnya sendiri.
Ayah
saya juga orang yang mudah bergaul.
Teman
beliau mungkin lebih banyak dari teman teman saya.
Ayah
saya dikenal sebagai orang yang blak-blakan. Apa yang ga dia sukai atau tidak
setuju akan langsung dia katakan saat itu juga.
Itulah
ayah saya, saya selalu bersyukur diberikan ayah sepertinya. Memang banyak
kekurangannya, tapi itu selalu saya jadikan pelajaran agar tak menjadi
sepertinya.
Lagipula
ayah saya kini perlahan mulai membaik.
Ia
mulai belajar untuk berhenti merokok (walau sebenarnya beliau tak tahan karena
sering diomelin ibu..hihi). Yah kadang ada kalahnya seh dalam prosesnya, tapi
secara keseluruhan banyaklah perbaikannya.
Ayah
saya juga perlahan menjauhi perjudian. Rumah kami pun kini tambah lapang dalam
artian lebih banyak ruang untuk mengobrol.
Yuph..saya
bersyukur, di usia senjanya ayah saya sudah mau belajar berubah untuk dirinya
sendiri dan keluarganya.
I
Love U Full dah Beh ^^
My angel
Percaya
malaikat??
Malaikat
yang saya percaya bukan hanya yang berada di surga, tapi malaikat juga datang
dalam bentuk manusia.
Dalam
hal ini saya percaya malaikat datang dalam bentuk seorang Ibu.
Ibu
saya..
Hehhh...beliau
terlalu luar biasa untuk saya.
She
is a real Superhero on my life !!
Ibu
saya lahir di Jakarta pada 12 Juni 1966, beliau merupakan anak ketiga dari lima
bersaudara.
Ibu
saya bernama Sapturoh, beliau juga merupakan warga asli Jakarta tepatnya warga
asli daerah lubang buaya.
Sewaktu
kecil beliau merupakan anak yang tomboy dan cuek, karena itu ketika kecil
beliau selalu diomelin dan dipukul pantatnya oleh Alm Kakek (hihihi ^^).
Beliau
selalu bercerita tentang masa kecilnya, ketika sekolah dulu beliau bercerita
harus memakai plastik pada kakinya untuk melewati genangan lumpur di sawah.
Beliau
juga bercerita betapa susahnya untuk menonton televisi pada saat itu, untuk
menonton televisi saja beliau harus berjalan beberapa kilometer.
Dalam
keluarganya, ibu adalah orang yang tegas.
Kalau
memang ada yang salah beliau pasti menegurnya. Jangankan kakak dan adik
adiknya, Nenek pun pernah ditegurnya.
Beliau
merupakan lulusan sekolah keguruan (pada saat itu dikenal dengan SMK PGRI,
sekarang bangunannya sudah berubah jadi SMP 157).
Seperti
yang saya ceritakan di atas, pada awal pernikahannya beliau sering terlibat
cekcok dengan ayah.
Maklumlah
pasangan muda!!
Saat
kecil ibu sayalah yang selalu datang memanjakan saya, mengisi keterbatasan
dalam keseharian kehidupan kami dengan sebuah senyuman.
Pada
tahun 1994, ibu saya memutuskan untuk bekerja.
Saat
itu ia mendapatkan pekerjaan di TK ANNUR pondok gede. Pekerjaan disana ia
lakoni sampai saat ini.
Pada
tahun itu pula saya mulai memasuki sekolah dasar (SD).
Ibu
adalah cerminan pejuang dalam kehidupan saya. Saat ayah menyerah untuk
membiayai sekolah saya, ibu selalu datang menenangkan seakan berkata “tenang
saja wal, semua akan baik baik saja”.
Yuph..kalau
bukan karena beliau saya mungkin tak akan pernah mengenyam pendidikan hingga ke
perguruan tinggi.
Walau
kesusahan,ibu selalu berusaha menyediakan kebutuhan sekolah saya.
Ibu
adalah cerminan kata sabar dalam kehidupan saya, kalau bukan karena kesabaran
beliau keluarga kami mungkin akan sudah berpisah.
Seperti
yang saya katakan sebelumnya,pada tahun 90an ayah adalah orang yang mudah naik
darah.
Tahun
98, keluarga kami mengalami pertengkaran hebat.
Ayah
dan ibu bertengkar hebat karena pekerjaan ibu, sampai ada tindakan KDRT yang
dilakukan ayah. Saat itu seragam yang biasa ibu kenakan ketika mengajar dibakar
oleh ayah.
Ibu
saya Cuma bisa menangis.
Keesokan
paginya saya dan adik saya diajak pergi ke rumah nenek di lubang buaya. Saat
itu ibu merasa sudah jengah dan ingin memberi waktu kepada ayah saya untuk
berpikir.
Walau
pada saat itu masih anak anak tapi saya akan mendukung setiap keputusan ibu.
Untunglah
ayah segera mengerti dan meminta maaf.
Beliau
berbesar hati menjemput dan meminta maaf kepada ibu dan keluarganya.
Dan
ibu pun segera memaafkannya.
Jujur
aja, butuh hati yang luar biasa untuk mendampingi ayah. Dengan segala ego dan
sifat buruknya??
Hehh..saya
sendiri aja Cuma bisa menggelengkan kepala saya tapi ibu berbeda.
Walau
terkadang suka marah tapi ibu selalu memaafkannya.
Ibu..
Ibu
adalah orang pertama yang selalu mendukung langkah saya.
Ibu
adalah orang pertama yang selalu mendoakan saya.
Ibu
adalah orang pertama yang selalu ada di samping saya.
Ibu
adalah tempat saya berbagi cerita, tempat dimana saya merasa lepas untuk melepaskan
segala gundah saya.
Ibu
adalah tempat penguat jalan saya, tempat saya berbagi segala ketakutan yang
melanda.
Beliau
adalah pemberi sinar terang dalam kegelapan kehidupan.
Ibu
adalah guru dalam kehidupan yang saya jalani, memberi arah ketika saya salah
melangkah.
Tak
pernah lelah mengingatkan, tak pernah pamrih dalam memberi.
Saya
benar benar tak bisa lagi menceritakan tentang beliau.
Saya
sangat sangat dan sangat bersyukur memiliki ibu sepertinya.
Yang
jelas tujuan hidup saya di dunia ini adalah membahagiakannya, membalas
jasa-jasanya. Walau saya tahu semua tak akan sebanding dengan jasa jasa beliau
dalam kehidupan saya tapi setidaknya saya ingin selalu membuatnya tersenyum
dalam kehidupannya.
Ada
satu impiannya yang sangat ingin saya wujudkan, yaitu menunaikan rukun islam yang
ke 5 (naik Haji).
Saya
berharap bisa mewujudkannya, doakan saya kawan kawan semua..^^
I’m
Very very Love U, Mom.. ^^
Sekarang
saya akan menceritakan keluarga saya yang terakhir yaitu adik saya Vika Ayu
Lestari.
Di
rumah kami biasa memanggilnya dengan panggilan Ayu.
Vika
lahir pada 7 Maret 1990 di Jakarta, tepatnya di sebuah klinik di daerah lubang
buaya.
Adik
saya tak pernah mengenyam pendidikan.
Hal
ini bukan karena keluarga kami tak mau membiayainya, bukan juga karena hal hal
lainnya.
Singkat
kata adik saya memiliki kekurangan ketika lahir??
Adik
saya dilahirkan sebagai seorang tuna rungu, dalam pengertian ia dilahirkan
dengan kekurangan pada indera pendengarnya.
Heehhhhhhhh...............
Ibu
saya pernah bercerita,ketika bayi Vika pernah mengalami demam tinggi. Menurut
ibu seh karena hal itulah semuanya bermula.
Entahlah...
Yang
jelas kami sekeluarga sangat mencintai Vika.
Awalnya
memang sulit tapi kini kami sekeluarga sudah terbiasa dengan apa yang
dibicarakan dan akan dilakukannya.
Saya
pernah mencoba bertanya kepada Tuhan, kenapa Vika dilahirkan seperti itu. Sebagai
seorang kakak perasaan saya benar benar sakit ketika memandangnya.
Saya
benar benar bersedih.
Saya
pernah berujar kepada Tuhan untuk mengganti posisi Vika dengan saya.
Entah
berapa kali pada suatu malam tiba tiba saya menangis ketika memikirkan nasibnya.
Hati saya benar benar hancur.
Saya
benar benar ga kebayang menjadi ibu dan ayah saya.
Ayah
adalah orang yang emosinya terlihat dari luar, dalam pengertian apa yang ingin
diucapkan atau diperbuat akan dilakukannya saat itu juga.
Sedangkan
ibu saya berkebalikannya.
Pernah
di suatu waktu ayah marah kepada Vika, saat itu kemarahannya sudah melewati
batas dan menyinggung kekurangan Vika.
Tentu
saja saya dan Ibu marah kepada ayah.
Yang
jelas cekcok itu tak berkepanjangan, setelah suasana mereda saya dan ibu
mendekati ayah dan mencoba berbicara dengannya.
Saya
tahu beban yang ada di hatinya, pasti berat mengetahui kekurangan pada
putrinya. Belum lagi kenyataan bahwa ayah tak bisa melakukan apa apa
menghadapinya.
Karena
itu kami tak pernah melanjutkan permasalahan ini. Ibu selalu menasehati ayah
untuk menerima segala kekurangan Vika.
Ibu..
Walau
selalu tersenyum dan terlihat baik baik saja. Tapi saya selalu tahu bahwa dalam
hatinya ia bersedih, bersedih karena tak bisa berbuat apa apa terhadap Vika.
Tapi
itulah ibu saya, kenyataan sepahit apapun akan selalu dihadapinya dengan hati
yang lapang dan sebuah senyum.
Seperti
karang yang tak akan goyah walau dihajar ribuan gelombang.
Vika
adalah anak yang rajin, jasanya sungguh tak terhitung untuk keluarga ini. Vika adalah
pengganti peran ibu di rumah.
Ketika
saya dan ibu akan berangkat bekerja, Vikalah yang menyiapkan segala sesuatunya.
Itu semua dilakukannya dengan tanpa pamrih.
Vika
selalu terbangun sebelum subuh dan segera mengerjakan segala sesuatunya. Mulai
dari memasak air untuk mandi,membuatkan kopi atau sekedar membantu ibu saya berdandan.
Setiap
pagi saya selalu dibuat tertawa oleh tingkahnya dan ibu.
Semua
pekerjaan rumah bisa adik saya lakoni. Memasak,mencuci dan lain lain bisa ia
lakukan dengan mudah.
Vika
adalah anak yang pintar, dia cepat sekali untuk belajar.
Di
rumah, vika adalah anak yang sangat ingin tahu. Ketika keluarga saya memiliki
handphone, yang pertama kali bisa memainkan segala fitur didalamnya setelah
saya adalah Vika.
Ketika
ayah dan ibu saya butuh waktu lama untuk sekedar belajar sms saja, tapi Vika
dengan luar biasanya cepat mengerti dan mengirimkan sembarang pesan ke
handphone milik saya.
Pernah
di suatu waktu saya dan ibu pernah berandai andai, seandainya Vika dilahirkan
dalam keadaan normal mungkin ia saat ini sudah kuliah di keperawatan.
Sesudahnya
ibu selalu berpesan kepada saya, untuk selalu menjaga dan menyayangi Vika
seumur hidup saya.
Beliau
selalu berpesan jika saya menjadi orang yang berhasil kelak, jangan pernah
melupakan adik saya.
Tentu
saja janji itu akan selalu saya tanamkan dalam hati saya, karena buat saya Vika
sangat berharga dalam kehidupan ini.
Vika
merupakan salah satu alasan bagi saya untuk berhasil.
Berhasil
dalam kehidupan ini.
Well..untuk
pacar atau calon istri saya pun harus bisa menerima kehadirannya nanti.
Kalau
ngga??
Kreeekkkkkkkkk....get
out from my life!!
Anak
anak saya pun nantinya akan selalu saya ajarkan untuk menyayangi dan menjaganya.
Agar
ketika saya mati dan meninggalkan dunia ini lebih dulu dari adik saya, saya
akan selalu merasa tenang karena akan selalu ada cinta yang menjaganya.
Udah
ah..saya benar benar tak kuat lagi untuk bercerita.
Kakak sangat
sangat menyayangimu dik, kakak berjanji akan selalu menjaga Vika.
Bukan hanya
karena janji kepada Ibu tapi juga karena cinta kakak kepada Vika.
Jangan takut adikku
untuk menatap dunia, kakak akan selalu berada di sampingmu.
Tersenyumlah selalu
adikku Vika, karena kamu tahu senyummu sangat berarti buat kakak. Itulah arti
kekuatan kakak dalam menjalani kehidupan.
Maaf yah dik,
terkadang kakak suka kasar terhadapmu, kakak juga terkadang suka marah
kepadamu.
Maaf yah dik
kakak belum bisa membahagiakanmu, kakak belum bisa memenuhi segala impianmu.
Percayalah adikku
Vika.
Jika kelak kakak
berhasil, Vika tak akan pernah kakak lupakan.
Kakak akan selalu
menjagamu dik.
Jika kelak kakak
berhasil akan kakak bawa Vika mengenali dunia ini, akan kakak bawa Vika ke
tempat manapun yang Vika mau.
Kakak akan tunjukkan
seluruh isi dunia kepadamu dik.
Akan kakak
jadikan hadiah sebagai rasa terima kasih kakak kepadamu dik. Karena artimu jauh
lebih terang dari temaramnya bintang. Adamu lebih bersinar dari kilau mentari,
dan dirimu jauh lebih berarti dari sekedar kekayaan dunia.
I love u my
sister, Vika Ayu Lestari.
Heehh..andai
keadaan keluarga kami jauh lebih baik, saya pasti tak akan pernah berpikir
untuk segera bekerja dan hanya fokus untuk melanjutkan pendidikan.
Andai
keadaan keluarga kami jauh lebih baik, kami pasti bisa membiayai Vika untuk
sekolah di Sekolah Luar Biasa.
Tapi
itulah kehidupan.
Memang
akan selalu ada tanya yang menyertainya, tapi akan selalu ada hikmah juga
dibaliknya.
Terima
kasih Tuhan engkau telah melahirkanku di keluarga seperti ini. Aku tak lagi
menyebutnya sebagai kekurangan, aku tak lagi menyebutnya sebagai alasan
kelemahan.
Aku
kini tahu Tuhan, bahwa ini adalah kelebihan yang kau beri kepada keluargaku.
Aku
kini mengetahuinya Tuhan bahwa ini adalah kekuatan yang kau beri kepada
keluargaku.
Terima
kasih,saya sudah belajar banyak arti kehidupan dari keluarga ini.
Saya
selalu belajar dari segala kekurangan ayah saya, saya selalu belajar tentang kekuatan
ibu saya dan saya belajar menerima seperti adik saya.
Terima
kasih..
I’m
very love with my family ^^
Kramat Jati 22
desember 2011
0 komentar:
Posting Komentar