Tahun kebesaran Rasta Pala
Tahun
2009 adalah tahun Kebesaran buat Rasta Pala.
Kenapa??
Karena
pada tahun itu Rasta Pala banyak melakukan petualangan seru dan menyenangkan.
Mulai
dari Anyer,Puncak hingga Lawu.
Mungkin
bisa dibilang itu adalah tahun yang sulit kami ulangi lagi.
Loh
mang kenapa Dar??
Yah
entahlah,mungkin karena kini kami semua sedang sibuk dengan urusan dan
pekerjaannya masing masing. Mungkin karena hal itulah gue sangat pesimis bisa
mengulangi tahun tahun itu bersama mereka.
Fiuhhh......
Loh
kok jadi curcol gini ya..hahaha
Yowes,sekarang
gue akan menceritakan perjalanan gue bersama mereka ketika nanjak Gunung Lawu.
Perjalanan
suka duka melewati aral yang melintang ß
Lebay
Perjalanan
penuh cobaan dan godaan ß Boong banget
Yah
tapi seperti yang selalu gue ceritakan di cerita cerita sebelumnya tentang
mereka. Sejauh,sesusah,sesulit apapun itu tapi kalo sudah melakukannya bareng
mereka.
Percayalah..semua
beban itu akan menjadi sebuah canda, rintangan itu akan menjadi sebuah suka,
dan keluh itu akan menjadi sebuah syukur.
Karena
bersama mereka,sebuah perjalanan akan selalu terasa menyenangkan :-)
*
Biang Kerok
Selepas
kepergian dari Anyer pada awal tahun 2009 (tepatnya 31 Jan s.d 01 Februari) ,
beberapa dari kami mempunyai ide untuk menanjak gunung.
Saat
itu harinya sudah ditetapkan yaitu pada saat hari kemerdekaan Republik
Indonesia, tanggal 17 Agustus.
Yuph..kami
semua ingin merayakan upacara kemerdekaan Republik ini bersama kawan kawan
penanjak gunung yang lain.
Namun
Bhagol (yang merupakan biang kerok dalam perjalanan ini) juga
mengingatkan,bahwa ini semua masih belum pasti, masih 50-50 katanya.
Kenapa??
Doi
seh Cuma ngomong liat sikon ke depan aja, kalo memungkinkan pasti berangkat.
Nah
untuk masalah tempatnya inilah yang masih kami bingungkan. Bhagol dan Papay
saat itu Cuma ngomong pilihan realistisnya ada 2, yaitu antara Gunung Semeru
atau Gunung Lawu.
Jujur
aja saat itu pikiran kami semua menuju ke Semeru.
Tapi
berhubung pada akhirnya kami harus mengalah (lagi) sama keadaan,akhirnya kami
semua memilih Lawu.
Selain
karena keadaan (budjet pas-pasan..haha) kami semua juga berpikiran untuk mampir
ke Jogja dulu selepas dari Lawu.
Yoi..Jogja
geto loh !!
Nah
ketika memasuki pertengahan Maret,Bhagol akhirnya memberikan kepastian bahwa
dia suka sama gue (Loh)..hahaha
Bukan
bukan, Bhagol memberikan kepastian tentang keberangkatan kami ke Lawu.
Ada
3 amanat dari doi saat itu
1.
Keberangkatan
pada tanggal 14 Agustus (berkumpul di basecamp 1/Gerbong 9) dan berakhir pada
tanggal 17 Agustus (untuk Lawu, untuk Jogja belum kami ketahui). Perjalanan
kembali sebelum tanggal 21 Agustus (karena pada saat itu sudah memasuki bulan
puasa,jadi kami khawatir suasana perjalanan pulang pada tanggal itu akan ramai)
2.
Melatih
Fisik (biar ga loyo saat nanjak gunung)
3.
Persiapkan
Uang sekitar 300 ribu (untuk komsumsi,transport dan segala tetek bengeknya)
1..2..3..Sayang semuanya (loh)
Dan
dimulailah segala perjuangan anak anak dalam mengumpulkan duit, segala cara
mereka gunakan baik itu menggunakan cara halal atau cara cara ilegal..hahaha
Alhamdulillah
saat itu gue masih bekerja di PT Selaras, jadi ga pernah ada kekhawatiran
masalah dana ^^.
Untuk
masalah perizinan, gue udah minta izin sama Pak bos dari bulan April.
So
i’m not worried about my Job.
Lagipula
ketika gue ceritain sama Pak bos dan rekan rekan kerja gue,mereka malah
ngedukung habis banget perjalanan gue ini..cekcekcek (mungkin mereka merasa
tentram kali ya ga ada gue di kantor..haha)
Untuk
perjalanan kali ini Andi,Toni dan Qodim ga bisa ikut.
Andi
dan Toni lebih kepada faktor kerjaan (kantornya kaku banget) sedangkan Qodim
alasannya seh karena ada urusan keluarga di Purwakarta (spik banget..hahaha)
Yah
buat yang udah baca Rasta Pala Itu... pasti
taulah alasannya.
Jadi
yang ikut dalam perjalanan ke Lawu kali ini adalah
Papay,Bhagol,Kiwil,Iduy,Abadi dan gue sendiri.
Tanpa
terasa bulan yang dinanti pun tiba, walau ada kekurangan pada beberapa orang
tapi dengan segera pula ditutupi oleh yang lain.
Itulah
gunanya teman bukan :-)
11 Agustus 2009
Malam
itu gue dan beberapa kawan datang ke Gerbong 9, tujuannya jelas bukan untuk
silahturahmi melainkan untuk prepare keberangkatan.
Sebelumnya
ketika siang harinya,Bhagol ditemani beberapa anak buahnya (kalo ga salah Papay
dan Kiwil) berangkat untuk mendonorkan
uang kami ke Naga swalayan (supermarket di pondok gede). Tujuannya untuk
membeli komsumsi selama perjalanan kami.
Oh
iya sebelumnya kami disuruh patungan masing masing Rp 150 ribu buat Komsumsi
dan Tiket keberangkatan.
Hem...semua
sudah dipersiapkan,bahkan untuk tiket keberangkatan pun sudah pasti dipegang.
Keretanya??
Biasalah
kereta langganan kami, kereta Matarmaja..haha
Malam
itu Andi,Qodim dan Toni juga dateng mengikuti rapat.
3 orang yang ga ikut tetep aja datang rapat..haha |
Andi
dan Toni memperlihatkan wajah seperti ga rela ditinggal, kekecewaan begitu
menusuk di pikiran mereka tiap kali anak anak membicarakan tentang perjalanan
nanti..hahay
Qodim??
Yah
doi mah nunggu ada angkot yang trayeknya sampai puncak gunung, mungkin doi baru
ikutan nanjak lagi.
13 Agustus 2009
Kami
kembali berkumpul pada malam itu, tujuannya untuk mempersiapkan segala
keperluan baik itu keperluan pribadi maupun keperluan bersama. Pokoknya pada
malam itu semua harus sudah siap dan masuk tas agar esok ga terlalu repot.
Malam
itu kami juga diberitahu Bhagol dan Papay bahwa keberangkatan esok adalah pukul
11.00 .
Walaupun
pada akhirnya semua tahu itu cuma kebohongan..hahaha
Keberangkatan
sebenarnya adalah sekitar pukul 13.00.
Yah
tapi maklumin ajalah mereka menyatakan seperti itu.
Kok
geto Dar??
Tau
sendirilah jam karet orang Indonesia,apalagi jam anak anak Rasta pala.
Bukan
terbuat dari karet lagi mungkin..haha
Untuk
perjalanan kali ini kami mempersiapkan 4 keril dan 1 depek.
3 keril dan 1 depek,1 keril ada sama papay |
Kenapa
5 tas bukannya yang ngikut 6 orang??
Hemmm..sebenarnya
lebih kepada strategi aja,ngakal ngakalin geto deh. Ibarat maen Bola yang perlu
cadangan,Nanjak pun juga sama.
Jadi
ketika ada yang cape, kami tak perlu lama lama menunda perjalanan karena sudah
ada yang siap menggantikan (walau kadang peran ini kurang berjalan karena
cadangannya keburu cape duluan..haha).
By
the way isi tasnya apaan aja Dar??
-
1
tas berisi tenda dan segala keperluannya
-
1
tas khusus untuk komsumsi,kompor,gas dan keperluan makan lainnya
-
2
tas lain berisi keperluan pribadi seperti baju,celana,celana dalam,beha (loh)
-
1
tas lain (depek) lebih kepada keperluan selama perjalanan macam cemilan,rokok,bekal
makan siang (gaya dikit..haha) dll.
Papay
dan Abadi juga membawa tas kecil, tujuannya
untuk menyimpan benda benda berharga macam emas,mutiara,dan berlian ßboong banget..haha
Cuma
untuk menyimpan benda benda macam handphone,charger dan dompet. Selain itu juga
untuk menyimpan uang receh yang kami persiapkan khusus untuk pengamen yang kemugkinan
akan kami temui selama di perjalanan nanti.
Malam
itu selain yang akan pergi, Qodim dan Andi juga datang. Toni malam itu ga bisa
hadir karena kecapean ngantor dan ingin istirahat lebih awal.
Walaupun
ga ikut nanjak tapi Qodim dengan baik hati bersedia mengantarkan keberangkatan
kami sampai ke stasiun.
Kata Qodim "biar disangka ngikut nanjak jg lay"..haha |
eh si Blacky juga ikut2an..cekcekcek |
Sedangkan
Andi??
Yah
dari matanya doi masih berharap ada keajaiban yang datang dan membatalkan
kepergian kami..haha
Doi
sebenarnya ingin banget ikut, maklumlah Andi takut rekornya terpecahkan oleh
Papay. Untuk anda semua ketahui, kadang anak anak Rasta Pala itu menganut
gengsi yang tinggi,tak terkecuali dalam hal nanjak gunung.
Saat
itu rekor terjauh nanjak gunung masih dipegang Andi,Bhagol,Kiwil,Abadi dan Toni
yang berhasil nanjak gunung Ciremai – Jawa barat.
Nah
hal inilah yang kadang menjadi kebanggaan dalam setiap obrolan kami, terutama
oleh Andi.
Andi
selalu bangga dan meledek Papay dengan kata kata pendek,singkat tapi nyakitin
“Tetep aja,udah sampai Ciremai coy..haha” Ujar
Andi dalam setiap ledekannya.
Nah
semua pasti terbayang kan gimana bangganya Papay jika sampai berhasil nanjak
Lawu yang notabennya lebih jauh dari Ciremai (Lawu terletak di perbatasan Jawa
tengah dan Jawa Timur) dan melewati rekor Andi.
Yang
jelas sikonnya akan berbalik 360% dalam setiap obrolan nanti.
Setelah
semua beres dan Papay pun udah latihan mendirikan tenda di rumahnya.
Kami
semua siap untuk keberangkatan esok.
**
Singkong oh singkong
14 Agustus 2009
Sekitar
jam 8 pagian gue udah sampai di tempat Bhagol.
Saat
itu guelah yang paling pertama sampai, kalo ga salah saat itu Bhagol lagi ga
ada di rumah. Doi seh udah ngomong dari semalam bahwa nanti pagi dia pergi dulu
nganter saudaranya.
Ga
lama doi dateng, bukannya disapa eh malah ngomong
“Yaelah
te, rajin amat lo dateng jam segini”
Kamprettt.....hahaha
Selagi
menunggu yang lain, gue disuguhin banyak sajen yaitu berupa cemilan,gorengan
dan teh hangat..hahay
Sekitar
jam 9an anak anak masih belum pada sampai.
Pas
gue dan Bhagol coba telepon dan sms jawabannya pun beragam. Kiwil baru aja
bangun tidur,nah si Papay lagi nungguin dijemput Kiwil dulu,Abadi lagi sibuk
Creambath (loh),sementara Iduy lagi sibuk meni pedi (hahaha..just kiding)
Intinya
seh karena emang semalam abis pada begadang (kami semua pulang dari tempat
bhagol sekitar jam 2 pagi) maka semua masih pada terlelap dalam tidurnya.
Berhubung
belum pada datang jadi gue dan Bhagol inisiatif keluarin barang barang dan
ngecek lagi.
Ngerinya
seh ada yang ketinggalan.
Bagian
dalam keril pun dilapisi sama kardus supaya barang barang di dalamnya ga gerak
kesana kemari.
Sekitar
jam 10an anak anak mulai pada berdatangan,mulai dari Kiwil,Abadi,Iduy,dan
Qodim.
Papay
seperti biasa,selalu jadi yang paling bontot kalo masalah kedatangan. Ternyata
doi datang bareng sama Toni,yang memang hari itu sedang libur kerja dan khusus
datang untuk melepas kepergian kami.
So
sweet yah..haha !!
Setelah
semua hal sudah dipastikan oke,kami pun segera berangkat.
Tapi
tak lupa sebelum perjalanan dimulai kami berdoa dulu dan narsis narsisan dulu
tentunya..haha
Kami
juga tak lupa pamit dan minta doa dari orang tua Bhagol agar selalu dilancarkan
perjalanan kami ini.
Tepat
sebelum jam 12 siang kami pun berangkat menuju stasiun Senen.
Sepanjang
perjalanan terdengar suara suara rintihan dalam mobil.
Loh
mang kenapa Dar??
Yah
bayangin aja,dengan mobil Daihatsu Taruna milik Om Bob yang kapasitasnya memang
ga terlalu banyak,mau ga mau kami berdesak desakan disana.
Dengan
8 orang+4keril+1depek bisa dibayangkan kan gimana sumpeknya.
Mirip
banget dengan ikan cue yang digempet dalam kardusnya..hahaha
Abadi
meringis ringis aja selama perjalanan,ternyata kakinya kejepit.
Gue,Kiwil,Bhagol,Papay,dan Iduy juga resah melulu sepanjang perjalanan..hahaha
Belum
lagi ditambah asap gerbong dari para perokok,mantep banget dah
suasananya.Apalagi ketika memasuki stasiun Senen,disana kami terjebak
kemacetan.
Padahal
pintu masuk Cuma berjarak 200 meter lagi tapi kami semua terjebak kemacetan
hampir selama setengah jam lebih.
Hadehhh
Jakarta -___-
Setelah
sampai di parkiran stasiun kami semua begitu lega. Episode ikan cue berakhir
sudah..haha
Qodim
yang ngelihat kondisi belakang mobilnya Cuma bisa geleng geleng.
Yah
bayangin aja,udah berantakan eh ada tapak kaki pula dimana mana (belakangan
Qodim bercerita,saat sampai rumah setelah mengantar kami,bokapnya “Om Bob”
bertanya tanya apa yang terjadi dengan mobilnya..haha)
Kami
pun segera bergegas menuju ke dalam stasiun untuk mencari kereta yang akan kami
naiki.
Nah
ada satu hal lagi neh yang perlu anda ketahui, anak anak Rasta Pala itu kalo di
stasiun ataupun tempat keramaian pasti rebutan tas yang paling gede.
Tujuannya
seh buat gaya gayaan doang..hahay
Coba
deh kalo udah di kaki gunung,dijamin langsung lemes sendiri dan memilih tas
terkecil.
Dan
kami pun masuk ke dalam stasiun. Ternyata kereta itu masih menunggu dengan
setia di jalurnya (yaiyalah kan belum waktunya berangkat)
Kami
pun segera mencari tempat kami dan menaruh barang barang disana.
Tempat
duduk kami terletak di gerbong 2 dengan 3 tempat duduk saling berhadap hadapan.
Karena
kereta masih belum berangkat,maka kami pun menghabiskan waktu untuk ngobrol
ngobrol dulu, sekalian foto foto juga seh buat ngeledekin Andi..haha
Qodim says : minimal gue udah ngikut ampe stasiun |
Dan
sekitar jam setengah dua,pengumuman keberangkatan sudah dikumandangkan. Yah
walau sebenarnya agak terlambat tapi kita taulah gimana sistem perkeretaapian
di Negara ini.
Dan
kereta pun perlahan pergi meninggalkan stasiun Senen dengan segala
kegaduhannya. Diiringi lambaian tangan dari Qodim dan Toni (persis banget di
film film India..wkwkwk) kami pun pergi
dengan semangat membara menuju petualangan baru.
Tak
lama kereta menjauh,Abadi keingetan sesuatu.
“Yaelah
rokok gue ketinggalan di mobil Qodim lagi”
Hal
itu seperti merambat ke anak anak yang lain,mengecek takut takut ada yang
ketinggalan. Tiba tiba Bhagol juga keingetan sesuatu.
“Astaga..Singkong
boleh nyabut kemaren lupa gue bawa” Ujarnya sembari tepok jidad.
Mendengar
hal itu anak anak tentu Cuma ketawa ketawa aja. Walaupun Cuma singkong tapi
panganan ini enak banget kalo dibawa buat nanjak.
Masaknya
juga ga ribet, buat aja api unggun terus lempar deh si singkong ke dalamnya.
Lumayan
kan buat cemilan..hehe
Tapi
beruntung perasaan kecewa karena singkong pun terhapus begitu Kiwil berujar
“Tenang
gol,gue ga lupa kok bawa ubinya” Ujar Kiwil dengan senyum khasnya.
“Yah
alamat kentut mulu dah dalam tenda” Ucap Papay yang tentu saja disambut tawa
oleh kami semua.
Kereta
pun melaju perlahan,mengantarkan kami menuju ke sebuah petualangan baru yang
belum pernah kami jelajahi.
***
Kebersamaan dalam Nasi Liwet
Ketika
kereta baru melewati stasiun Jatinegara,anak anak sudah mengeluh kelaparan.
Beruntung Bhagol membawa nasi Liwet yang memang sengaja dibuatkan oleh Bundanya
(caelah bunda).
Walau
Cuma sekedar nasi liwet dengan lauk orek tempe, tapi rasa kebersamaan benar
benar tumbuh dalam setiap rasanya. Suasana benar benar ceria sepanjang
perjalanan.
Nasi
itu pun segera diserbu oleh para pemangsa yang sudah kelaparan.
Ga
butuh waktu lama nasi itu pun sudah lenyap ke dalam jajahan cacing cacing di
perut kami.
Nasi
Liwet yang sengaja disiapkan sama Bhagol buat perjalanan langsung habis ga
bersisa.
Setelah
kenyang,kami pun menjadi bego (yah orang Indonesia..haha)
Sepanjang
perjalanan banyak hal ga jelas yang kami lakukan.
Mulai dari cerita cerita
tentang yang akan kami temui nanti,bercerita tentang masa SMA dulu,bahkan sampai maen
Gaple..haha
Uang
receh yang sengaja disiapkan buat pengamen malah habis buat beli kopi..haha
(yah gimana ga habis,tiap kali tukang kopi lewat diberhentiin mulu).
Asap
pun terus mengebul dari tempat duduk kami, bahkan mengalahkan asap dari
cerobong kereta api itu sendiri.
Hadehhhhhh
-____-
Maklumlah
untuk perjalanan kali ini sang asbak “Kiwil” ngikut.
Dan
untuk perjalanan ini ada sebuah strategi baru dari para perokok.
Jadi
untuk mengurangi anggaran,mereka lebih memilih Sampoerna Kretek ketimbang Dji
sam su.
Emang
susah deh kalo jadi perokok,buat ngerokok aja mikir dulu..hahay
Dan
gue Cuma bisa terima aja deh setiap asap dari mereka semua (gini neh ga enaknya
kalo jalan ga ada si Toni, kan jadi ga ada temennya gue :P)
Ketika
malam hari kereta bertambah ramai, bahkan sudah penuh sesak.
Maklumlah
namanya juga kereta ekonomi.
Di
perjalanan itu gue benar benar ga bisa tertidur, bukan Cuma gue aja seh tapi
juga yang lain. Perasaan penasaran akan apa yang terjadi besok begitu membuncah
di perasaan kami.
Satu
hal yang pasti, pada perjalanan itu mungkin adalah sejarah ngopi terbanyak buat
kami. Sampai sampai seorang Endang Sunarya aka Kiwil nyeletuk
“Ngopi
mulu coy”
Hahahahaha...asli,
baru kali itu gue denger kiwil ngomong kaya begitu.
Tapi
tetep aja seh sesudah ngomong begitu ,dia ikutan ngopi juga.
15 Agustus 2009
Sekitar
pukul 2.30 pagi kami pun sampai di tempat tujuan kami. Kami turun di stasiun
Solo Jebres.
Rasa
lelah segera menghinggapi kami,dan kami pun segera memutuskan untuk
beristirahat sebentar distasiun sembari menunggu pagi.
Cuma
Papay yang sibuk sendirian,doi sibuk mencari colokan listrik buat ngecharge
hapenya..haha
Karena
kami baru pertama kali di Solo,jadi kami semua masih buta dengan angkutan umum
disana. Saat itu Bhagol dan Papay segera bertanya sama petugas stasiun.
Ternyata
angkutan menuju ke arah Lawu baru ada sekitar pukul jam 6 pagi,tapi petugas
stasiun juga memberikan alternatif untuk naik angkutan pasar yang biasanya
menerima trayek penumpang menuju kaki bukit.
Bhagol
yang masih penasaran tetap mencari arah jalan yang dimaksud,setelah menemui
kenyataan bahwa jalanan masih sepi akhirnya doi memutuskan naik angkutan pasar.
Karena
masih terlalu pagi,kami pun memutuskan beristirahat sebentar di stasiun. Beristirahat seadanya di pelataran dalam stasiun.
Sekitar
jam 4 dengan ditemani Kiwil dan Papay,Bhagol berangkat menuju ke depan stasiun menuju
pasar pagi yang terletak tak jauh dari sana. Setelah negosiasi alot dan
mendebarkan akhirnya disepakati bahwa ongkos jalan per orangnya dikenakan Rp
15000.
Jadilah
kami naik truk yang rupanya seperti truk tentara itu. Nah yang tak kami duga
bahwa selain mengangkut kami Truk itu juga masih mengangkut semua properti
pasar.
Mulai
dari ikan,tahu,tempe,sayur,hingga pedagangnya sendiri.
Yah
ampun rupa rupa banget deh baunya.
Yang
paling parahnya seh episode ikan cue dalam kardus kembali terulang,benar benar
berhimpitan duduk disana.
Barang
barang yang dibawa banyak bener..ckckck
Yah
entah dari mana datangnya sifat iseng kami timbul,melihat ikan dan tahu begitu
menggoda untuk diambil. Beberapa dari kami pun tanpa dikomando mengambil
beberapa panganan itu.
Pikir
kami saat itu “mungkin enak kali yah bakar bakar ikan di Puncak gunung”.
Hadehh
-___-
Untuk yang lain
dan khususnya anak anak di bawah umur yang kebetulan membaca cerita ini,jangan
ditiru yah. Ini bukan perbuatan yang baik.
Lagipula
bisa dibilang aksi colongan ini sia sia sebab tahu dan ikannya sudah bau duluan
sebelum kami makan (Tuhan itu benar benar ada loh..^^)
Azabnya
pun menimpa kami yaitu seluruh tas kami pada bau ikan dan tahu..hahaha
Tapi
jujur aja seh walau agak lama sampainya karena diajak muter muter dulu sama
sang supir truk, gue merasa senang karena bisa melihat suasana pagi di kota
Solo.
Rame
banget euy!!
Dan
ketika perjalanan sudah menuju ke atas bukit, Bhagol pun mulai menunjukkan
gejala gejala yang biasa dialaminya kalo lagi naik kendaraan roda empat.
Mual
mual dan berujung muntah.
Selain
karena truk yang jalannya ngeden melulu setiap ketemu tanjakan, doi juga
berargumen karena bau amis yang menyelimuti truk (spik banget yah..:P)
Sekitar
jam setengah enam pagi kami pun sampai di kaki bukit.Kami diturunkan di pos
Cemoro Sewu.
Sesudah
mengucapkan terima kasih dan meminta maaf sama sang supir truk dan keneknya
kami pun segera turun.
Rasa
dingin langsung menyergap kami semua.
Selain
karena masih pagi,udara di sana juga boleh dibilang baru buat kami.
Gue
aja sampai sulit untuk berkata kata, gigi gue ga bisa berhenti gemetar,kuping
gue langsung berdengung dan terasa menusuk karena dingin,pantat gue pun rasanya
kaku banget (ini penting ga yah).
Pikiran
gue pun langsung tertuju kepada jaket yang ada di keril.
Tapi
sumpah buat ngeluarinnya butuh perjuangan karena melawan rasa dingin yang sudah
menjalar di seluruh tubuh.
Pikiran
gue saat itu Cuma satu “ini baru kakinya,gimana nanti di puncaknya yak”
Ga
kebayang deh sedingin apa.
By
the way gimana anak anak yang lain??
Yah
mereka mah sama aja,pada diem semua karena dingin. Saling mencari jaketnya
masing masing dan menyilangkan tangan di dadanya masing masing.
Bahkan
untuk beberapa saat kami tak begitu peduli sama keadaan barang kami.
Tapi
dingin itu seakan tak menggentarkan perasaan kami untuk segera menjejakkan kaki
kami disana.
Lucunya
ketika sedang menikmati dingin yang teramat sangat,ada beberapa orang
(sepertinya orang kantor) yang sedang liburan kesana. Mereka mah biasa biasa
aja menghadapi dinginnya (pakaiannya pun formal banget),bahkan sepertinya udah
terbiasa dengan cuacanya.
Beda
dengan kami yang setelan gunung tapi pada menggigil semua (payah dah ah anak
kota..hahay)
Yang
terparah dan sebenarnya paling lucu adalah ketika kami semua sedang kedinginan,
di seberang jalan ada seorang anak perempuan kecil yang baru selesai mandi dan
hanya mengenakan kancut berlari larian kesana kemari. Rupanya dia menunggu
ibunya yang masih berada di belakangnya.
Kontan
saja hal itu segera membuat kami saling berpandang pandangan.
“An**ng...ngeledekin
banget tuh bocah..hahahaha” Teriak Bhagol kepada yang lain.
Anak
anak Cuma bisa ketawa ketawa aja.
Papay
pun mencoba menyikapinya dengan diplomatis
“Yaelah,dia
mah udah terbiasa aja kali”
Kami
pun segera mengambil barang barang yang masih tergeletak di jalan dan beranjak
menuju warung terletak tak jauh dari sana.
Rasta Pala Punya
Cerita – Menjejak Lawu Bagian I selesai
Kramat Jati - 02
Desember 2011
0 komentar:
Posting Komentar