Sebuah limosine berhenti di pelataran
gedung mewah itu. Dari dalamnya keluar seorang pria muda dengan dandanan yang amat
perlente. Didampingi oleh 5 asistennya yang cantik yang selalu membuat wah
setiap mata yang melihatnya.
“Selamat Pagi Pak Toro” Sapa semua orang
begitu ia masuk ke dalam gedung itu. Semua orang begitu menghormatinya.
Ia diperlakukan laksana raja, segala inginnya harus
dituruti, segala kehendaknya harus dilaksanakan.
Toro segera menuju lift untuk menuju ke
ruang kantornya.
*
Lift itu berhenti di lantai 100,lantai
teratas di gedung itu. Ruangan di lantai itu begitu sepi karena memang diperuntukkan
hanya untuk Toro. Hanya asisten-asistennya yang diperbolehkan berada selantai
dengannya.
Ruangan itu begitu mewah,dengan lapisan emas
pada setiap dindingnya. Setiap mata yang pertama kali melihatnya mungkin hanya
bisa terperangah.
Di sudut ruangan terdapat kolam renang dan
tempat sauna, di luar ruangan terdapat taman, biasanya digunakan Toro untuk
bersantai.
Tak jauh dari taman terdapat sebuah landasan heli. Toro juga membuat
bar di dalam kantornya.
Yang jelas semua telah diatur sedemikian rupa agar Toro mengalami kemudahan dan kenyamanan dalam setiap pekerjaannya.
Kalaupun kurang merasa nyaman, masih ada ke
5 asistennya yang cantik yang selalu siap membantunya. Membantu dalam hal kantor
maupun non kantor. Memenuhi segala keinginan Toro agar selalu merasa terpuaskan.
**
Toro pulang kantor sekitar jam 4 sore. Kalau
tidak ke diskotek,Toro biasanya langsung pulang ke rumah.
Rumah toro begitu
luas,sekitar 100x lapangan bola. Bahkan untuk sekedar masuk, anda harus melewati
10 pagar keamanan.
Begitu banyak petugas keamanan yang berjaga pada setiap sisi
gedungnya, bahkan toro menaruh 4 orang sniper pada setiap penjuru mata angin.
Rumah toro bergaya old British,dengan hanya
2 lantai yang dimilikinya. Terlihat biasa memang tapi ketika masuk ke dalam
barulah terlihat perbedaannya.
Rumah itu begitu luas, bahkan untuk sekedar ke
ruang tamu anda harus berjalan sekitar 1 km. Rumah itu memiliki 1000 kamar
dengan emas begitu setia menempel pada setiap dindingnya, ditemani berbagai
lukisan terkenal dari seluruh penjuru dunia. Bahkan lampu rumahnya terbuat dari
Berlian.
Di ruang tamu terdapat foto
dirinya dengan orang orang terkenal, mulai dari Presiden,Raja,Artis ataupun orang
orang berpengaruh di dunia.
Aquariumnya pun begitu besar dengan Hiu,Pari,dan
ikan ikan yang tidak terbayangkan yang menghiasinya. Rumah itu memiliki 2 buah
kolam renang,indoor dan outdoor.
Di samping rumah terdapat garasi,yang didalamnya
terdapat berbagai kendaraan mewah milik Toro. Mulai dari Ferrari,Porche,Ducati
hingga BMW.
Toro senang mengoleksinya walau sebagian besar dari kendaraan itu
tidak terpakai. Toro tidak pernah takut semua yang dimilkinya rusak atau kotor
karena dia mempunyai ratusan orang pelayan yang selalu membantunya.
Di luar rumah terdapat hutan miliknya,Toro
biasa berburu disana.
Pada kanan halaman rumahnya terdapat sebuah lapangan
rumput yang luas,biasanya digunakan Toro untuk berkuda atau bermain Polo
bersama teman temannya. Di sana juga
terdapat lapangan tenis,basket,dan lapangan golf.
Di kiri halaman terdapat
sebuah landasan yang begitu luas,di sana terdapat helikopter dan jet pribadi
miliknya.
Di belakang rumah terdapat sebuah taman lengkap dengan sebuah danau di
dalamnya. Toro biasa memancing atau sekedar bersantai di sana.
Toro tidak mempunyai istri tetapi ada
sekitar ratusan wanita yang tinggal di rumahnya.
Mereka bisa disebut sebagai
selir selir Toro yang selalu memuaskan hasrat dunianya. Tak pernah ada
ikatan,mereka bisa datang dan pergi sesuka hati mereka.
Alasan begitu banyak
wanita yang mengelilingi Toro adalah karena Uang. Toro tak pernah perhitungan
terhadap mereka,segala keinginan mereka selalu dipenuhi oleh Toro.
Bagi mereka
Toro adalah orang yg baik,jadi tak pernah ada masalah walau harus diribuankan
sekalipun.
Berkat mereka Toro tak pernah merasa kesepian dalam hidupnya,karena
selalu ada yang menemani hari harinya bahkan dalam tidurnya.
***
Saat weekend Toro biasa pergi ke Bungalow miliknya.
Bungalow
itu terletak di pulau pribadi miliknya pemberian dari Presiden Republik
Sulap. Dia memliki banyak fasilitas mewah disana.
Mulai dari jetsky,selancar,hingga
kapal selam.
Siang itu Toro sedang bersantai di pinggir
pantai ketika Angel dan Viola (selirnya) mengajaknya bermain jetsky.
Dengan nakal
mereka segera menggoda Toro.
“Roooo…..ikut kami main jetsky yuk” ucap
angel seraya duduk di pangkuan toro
“males ah,aku capek” jawab Toro singkat
“ihhh…kamu mah tega ma angel,ayo dong Rooo…
sebentar aja” goda angel seraya menggeliat di tubuh toro.
Toro hanya terdiam
Viola pun segera membantu Angel,dengan
tenang ia segera membisikan sesuatu di kuping Toro. Entah apa yang dibisikan
Viola yang jelas Toro segera beranjak dari istirahatnya.
Ia segera mengejar
Angel dan Viola yang berlari menggunakan jetsky di depannya.
Dalam pelarian
mereka masih sempat melepas satu per satu pakaian yang menempel di kulitnya. Toro
segera mengejar dengan nafsu yang menggebu.
Langsung saja ia tarik gas jetskynya
untuk mengejar Angel dan Viola.
Di depan Toro,Angel dan Viola hanya tertawa
tanpa sehelai benang pun yang menutupi tubuhnya.
Ibarat sedang berburu, Toro
semakin kencang mengejar buruannya.
Begitu kencang hingga jetskynya lepas
kontrol dan menabrak karang.
Toro pun terpental ke atas udara.
“Aaaaahhhhhhhhhhhhh…………………………..” Teriak Toro
di atas udara,di bawahnya menunggu air laut yang bersiap untuk
menghantamnya.
Toro hanya bisa berdoa,kemudian memikirkan hal hal indah dalam
hidupnya.
Dan
“ByuuRrrrrrrrrRRrrrrr. . . . . . . . . . .
. . . . . . . ………….”
Toro segera terbangun,ia pun segera dibuat
bingung oleh keadaan sekitarnya. Betapa tidak,bukan sakit yang dirasakannya
melainkan rasa heran yang teramat sangat karena tiba tiba ia berada di 1
ruangan bukan di tempat terakhir yang dia ingat yaitu pantai.
Belum sempat ia
menelaah tiap kebingungan di kepalanya,seorang pria berkepala plontos telah
berdiri di hadapannya.
Di tangan pria itu terlihat sebuah ember.
Pria itu pun telah memasang
wajah garang,seakan siap untuk menerkam wajah Toro.
“Bangun kamu” ujar pria itu pelan tapi tiap urat
di tubuhnya seakan siap meluncur keluar dari jalurnya.
Toro pun hanya bisa mengikuti perintahnya.
“Kamu tahu ini sudah jam berapa???”lanjut
pria itu seraya menunjuk jam yg ada di ruangan itu.
Toro hanya bisa mengangguk.
“JADI KAMU PASTI TAHU KESALAHAN KAMU…….” Suara pria itu meninggi. Amarah
pria itu seperti ingin meletus,meledak memuntahkan segala lahar kemarahan yang
sempat ditahannya.
“Tahu pak..” ucap toro begitu pelan,suaranya
seakan tenggelam dalam ketakutan.
“BAGUS..JADI KAMU PASTI TAHU KALAU WAKTU
JAM KERJA ITU TIDAK BOLEH TERTIDUR”
“Tahu kok pak”suara Toro mulai bergetar,di
dalam ketakutannya ia mulai mengerti bahwa semua awal yg terjadi padanya
hanyalah sebuah mimpi.
Sebuah realitas pahit yang tak terwujud di dunia nyata.
****
“Fiuuhhhhhhhhhhh……….”Toro hanya menghela nafas,ia
beruntung karena Pak Andi hanya menghukum dengan cara memperpanjang jam
kerjanya.
Siang telah beranjak petang,Toro masih
belum bisa pulang karena hukuman yang diperolehnya.
Menyebalkan memang tapi apa
boleh buat daripada dipecat pikir Toro. Dari arah lift turunlah seorang pria, tak
jauh di belakangnya mengikuti ke 5 asistennya yang cantik.
“Selamat Sore Pak Rendra” ujar semua orang setengah tertunduk begitu pria itu melewatinya.
Mereka begitu hormat kepadanya,bagaimana
tidak??
Karena sang pria adalah Bos Besar di Perusahaan itu.
Pria itu segera masuk ke limosine diikuti
ke 5 asistennya.
Dalam kawalan ketat Petugas,Pria itu pun segera meninggalkan
kantor.
“DooooRRrrrrrrrRRrrrRr…….. . . ….” Suara
seseorang menyadarkan Toro dari lamunannya.
“Kampret lo id,ngagetin gw aja lo nyet” ujar
Toro kepada Wahid,teman sekantornya.
“Makanya lo tuh kalo kerja yang
bener,ngelamun mulu kerjaannya..hehe” Wahid membela diri sembari meledek
kawannya itu.
“Iye iye dah,by the way lo belom balik cuy??” Tanya
Toro sekaligus menghentikan sebentar pekerjaannya.
“Sebentar lagi juga balik neh,lo masih lama
ya”
“Iya neh,kena hukuman lagi gw dari Pak
Andi”jawab Toro
“Lo ketiduran lagi ya??”
“Hehehehe…tau aja lo”
“Siapa seh Ro di kantor ini yang ga tau
kebiasaan lo itu”
Toro hanya tersenyum akan pernyataan Wahid,dalam
hati ia hanya menertawakan dirinya sendiri.
Rupanya ia sudah sangat dikenal sebagai
tukang tidur di kantornya. Toro pun akhirnya mengobrol dengan Wahid sebentar,ia
pun sempat menceritakan mimpi yang baru saja dialaminya.
“Hahaha…Ro..Ro..mimpi lo aneh aneh aja,sedikit
pun ga mengenai realita yang ada”Wahid hanya tertawa mendengarkan mimpi dari
sahabatnya itu.
“Maksud lo id??bisa aja kan itu petunjuk bahwa suatu saat gw bisa
kaya pak Rendra” Toro masih percaya bahwa mimpi itu adalah petunjuk bagi
dirinya.
Wahid yang mendengar ucapan sahabatnya itu hanya bisa tersenyum.
“Ro..ro..bermimpi dan berkhayal itu mudah tapi
menghadapi kenyataannya memang terkadang sulit. Berkata itu memang hal yang simple tapi
melakukannya kadang merupakan hal yang berat”
Toro hanya terdiam mendengar kata-kata sahabatnya
itu,terdiam dan berpikir mendengarkan makna dari kata-kata Wahid.
Bersalahkah ia karena selama ini selalu hidup dalam angan-angan.
“Yaud Ro gw balik duluan ya,lanjutin aja
pekerjaan lo dulu ntar malah dihukum lagi ma Pak Andi”ujar Wahid seraya berlalu
meninggalkan sahabatnya itu.
Toro terdiam dan segera melanjutkan
pekerjaannya.
Ia pun menyalakan kembali Polisher machine yang sedari tadi telah
dipegangnya.
Ya,Toro memang hanya seorang Office Boy (OB) di kantor itu.
Itu pun
hanya dengan status sebagai pegawai Outsourcing.
Dalam pekerjaannya ia hanya
merenungi kembali kata-kata dari temannya,Wahid.
*****
Pada jam 8 malam,akhirnya Toro bisa
menyelesaikan pekerjaannya. Ia pun segera pulang ke rumahnya di kawasan
Kalibata.
Tak ada pagar atau penjaga di rumah itu,hanya tanah yang becek dan
sampah yang setia mengelilinginya.
Tak ada emas atau lukisan yang menempel pada
dinding-dinding rumahnya,hanya ada seng dan triplek yang dengan setia
melapisinya.
Tak ada ribuan kamar di rumah itu,hanya ada 1 kamar yang
sempit.
Toro tak mempunyai danau,hanya ada kali yang meresap dengan
rumahnya. Begitu musim hujan tiba,Toro hanya bisa mengungsi menjauh.
Untuk MCK
pun Toro begitu mengandalkan kali itu.
Tak ada kendaraan mewah,hanya sepeda
ontel tua reot yang dimilikinya.
Tak ada assisten atau selir-selir cantik,hanya ada seorang istri yang dengan setia mendampinginya selama 5 tahun
ini.
Seorang istri yang setiap tahun semakin gemuk,cerewet dan tak
pengertian.
Tak ada kemewahan,bahkan untuk sekedar makan tiap hari Toro sudah
mengalami kesulitan.
Toro kemudian masuk ke kamar,didapatinya
istrinya telah tertidur di atas tikar berselimutkan kain sarung, Toro kemudian
menuju meja makan yang sekaligus merupakan meja tamu itu.
Ia kemudian membuka
tudung saji dan mendapati tak ada makanan yang tersedia pada hari itu.
Toro hanya bisa menghela nafas.Toro pun
kemudian ikut berbaring di sebelah istrinya sembari menahan lapar yang terus
mengetuk perutnya.
Jakarta 24 November 2010 ditulis ulang 29 Desember 2011
0 komentar:
Posting Komentar