Chapter I
Alkisah hiduplah seorang Raja dengan
Putranya.Mereka hidup di sebuah kerajaan yang ningrat (bagi pemimpinnya saja).
Walaupun berbentuk kerajaan tapi sistem yang dianut adalah Republik.
Sehingga tak heran
meskipun seorang Raja,tapi dia harus dipilih sendiri oleh rakyatnya.
Yuph..sebuah pemilihan
Raja secara langsung.
Dalam kerajaan itu mereka juga mempunyai Dewan
Senat.Mereka adalah Dewan yang membuat undang undang dan batasan atau ketentuan untuk sang
Raja.
Raja juga mempunyai banyak pembantu.
Para pembantu Raja ini biasa disebut
dengan para ajudan.
Para ajudan yang
sekarang menjabat dipilih bukan
berdasarkan kemampuan,ilmu atau keahlian mereka.
Mereka semua dipilih lebih
karena faktor kedekatan dengan sang Raja.
Nepotisme??
Kalau pertanyaan ini diajukan kepada
sang Raja,mungkin ia akan selalu menyangkalnya.
Walau pada kenyataannya semua rakyatnya tahu bahwa itu untuk
melindungi kepentingan sang Raja.
Jadi amatlah wajar walaupun Kerajaan
mereka kaya dengan hasil alam,tapi semuanya terasa sia sia karena tak ada
kemampuan untuk mengelolanya.
Terasa sangat hambar walaupun Kerajaan
itu penuh dengan hasil bumi tapi semua terasa sia sia karena Kerajaan itu
selalu berhutang.
Berhutang kepada
Kerajaan lain dan mengaku “untuk kepentingan rakyat”.
Hutang yang menyenangkan kaum Ningrat tapi kian menjerat kehidupan rakyat.
Chapter II
Suatu hari sang Raja sedang berjalan
jalan dengan putra keduanya.Mereka sedang berbicara seputar kerajaan mereka.
“Ayah..bolehkah aku bertanya??”pinta
sang anak memulai pembicaraan
“Tentu saja boleh”jawab Ayahnya
“Apa benar Ayah akan menyetujui untuk
menaikkan gaji ajudan dan Dewan Senat??Lalu Ayah juga akan menyetujui untuk
memberikan kendaraan yang mewah buat mereka??Sementara Ayah sendiri tahu bahwa
kerajaan kita sedang dilanda krisis”Tanya sang anak dengan lugas.
Senyum menyembul keluar dari sela sela
mulut sang Raja sewaktu mendengar pertanyaan dari mulut anaknya itu.
“Mudah saja”jawab sang Raja
“Mudah kenapa??”Alis sang anak
mengernyit bingung.
Sang Raja kemudian menatap sang anak
lalu berkata
“Agar mereka mudah diatur dan mudah
untuk diajak bekerjasama”
“Maksud ayah??”
“Nak,dalam menjalankan
kekuasaan di Kerajaan ini. Kita tidak perlu mendengarkan keluh kesah rakyat,
kita hanya perlu mendengarkan apa kata para ajudan dan dewan senat.
Kita hanya perlu
menyenangkan dan meluruskan semua keinginan mereka.Agar kelak ketika kita
mempunyai suatu keinginan akan dipermudah kembali oleh mereka”
“Ohhh…Begituuu”sang anak membulatkan
mulutnya tanda mengerti
“Tapi ayah,apa ayah tak tega pada
keadaan Rakyat kita yang kian hari kian hidup dalam ketidakpastian??Untuk mencari kerja aja
susah,sekalipun bekerja pasti akan selalu dijajah
ketidakpastian.Bahkan untuk hidup sehari hari saja
mereka selalu kesulitan”
“Anakku..tak perlu
mengkhawatirkan tentang hal itu. Toh kita sudah melakukan sebisa kita,lagipula
itu kan salah mereka sendiri yang tak mau terlalu berusaha dalam hidupnya”
“Tapi Ayah,bukankah
sudah menjadi kewajiban dari Kerajaan kita untuk melindungi dan menjaga hak hak
kehidupan mereka??Bukankah hal itu sendiri sudah diatur dalam undang undang
kerajaan kita??”
“Iya,Ayah mengerti
akan hal itu. Tapi segala hal yang terjadi di Negara ini Jangan selalu dibawa
beban tersendiri oleh kita anakku. Nikmatilah saja tiap detik kekuasaannya.
Kita diajarkan memimpin bukan hanya untuk mensejahterakan rakyat,tapi kita juga
diajarkan untuk menikmati kekuasaannya. Itu sudah diwariskan jauh sebelum jaman
kita sekarang.Warisan moral yang telah ada dari leluhur kita dulu”
Sang anak hanya
terdiam,ia merenungi setiap kata kata dari ayahnya. Kerajaannya kini memang
sedang dilanda ketidakstabilan,tapi yang selalu ia herankan adalah kenapa
kehidupan para ajudan dan dewan senat begitu bergelimang dalam kemewahan.
Ketika rakyat sibuk
mencari rezeki demi sesuap nasi,maka berbeda halnya dengan para pemimpin di
kerajaannya.
Mereka dengan mudahnya
mengajukan anggaran yang berkedok kepentingan orang banyak.Tak terhitung berapa
banyak kekayaan kerajaan yang dengan mudahnya mereka rampok.
Sang anak mengetahui
akan hal ini.
Karena dalam
kesehariannya ia hampir selalu mendampingi ayahnya. Sang ayah sendiri memang
seperti menyiapkan dirinya untuk menjadi penerus di kerajaannya kelak.
Sang anak sendiri tak
sungkan untuk selalu bertanya,ia juga mempunyai sifat ingin tahu yang lebih
terhadap apa yang dilakukan Ayahnya.
Meski itu bukanlah hal
yang baik.
Chapter III
Dahulu,sang raja
hanyalah seorang prajurit biasa di kerajaan itu.
Tugasnya hanyalah
melindungi Rajanya yang terdahulu. Derajatnya mulai bertambah ketika dia
diangkat menjadi salah seorang penasehat oleh Raja terdahulu.
Dan secara bertahap
(dan melalui sedikit permainan) akhirnya ia bisa mencapai kedudukannya yang sekarang.
Raja begitu santai
dalam mengurusi rakyatnya, hal ini bisa terlihat dalam keseharian menjalankan
tugasnya.
Dalam seminggu,
ketimbang mengurusi rakyatnya sang Raja malah asik bermain kuda dengan para
ajudannya.
Raja juga lebih senang
bermain musik ketimbang melihat apa yang sedang dialami rakyatnya.
Satu hari kerajaan itu
diguncang isu korupsi.
Kerajaan dituduh
menyelewengkan dana dana yang seharusnya diberikan untuk memakmurkan rakyat.
Suatu malam putranya
terbangun ketika ia mendengar kericuhan di kediamannya. Ia terkejut begitu
melihat banyak orang yang datang.
Rupanya itu para
ajudan dan sebagian dari dewan senat yang datang. Sepertinya mereka memang
diundang oleh sang Raja untuk membicarakan sesuatu.
Karena sudah terlanjur
lelah,putranya pun lebih memilih untuk tertidur.
Keesokan harinya
kerajaan itu dikejutkan oleh berita kejahatan.
Mereka dikejutkan oleh
kehadiran perompak yang menyebarkan teror melalui bom.
To be continoued
Thanks buat Tony Q Rastafara buat segala inpirasinya :)
yomannn.............
0 komentar:
Posting Komentar