(Penjelasan)
Di ruang tunggu rumah sakit
“Hari
ini aku benar benar senang, Ram. Karena
akhirnya kamu bisa datang berkunjung.” Ujar
Mbak Risma.
Rama
hanya tertunduk menahan kesedihan saat itu, ia tampak
tak begitu memperdulikan kata kata mbak Risma yang mengajaknya bicara.
“Kami
semua menyangka kamu sudah gugur dalam pertempuran di Aceh. Bahkan
keluargamu sendiri pun tak mengetahui kabarmu sama sekali”
Rama
masih terdiam.
“Makanya
Mbak benar benar senang ketika melihatmu di televisi kemarin. Mbak
benar benar bahagia melihatmu masih hidup, mbak rasa
Bunga pun akan berperasaan demikian.” Sambung
mbak Risma.
Rama
hanya bisa menundukkan kepalanya, air mata
mengalir pelan membasahi kedua pipinya.
“La..lalu..kenapa
Bunga bisa seperti itu mbak?? Apa yang
terjadi dengannya??” Parau suara Rama karena menahan kesedihan yang kini
melanda di hatinya.
Sebulan yang lalu...
Sudah
seminggu semenjak hilangnya Rama dan 4 orang teman teman kesatuannya. Walau
menemukan kenyataan pahit meninggalnya 2 orang anggota kesatuannya tapi Pak
Ahmad selaku Komandan tak henti hentinya berdoa memohon keselamatan buat
mereka.
Awalnya
berita tentang hilangnya para prajurit begitu ditutup tutupi, itu
merupakan perintah dari atasan yang tak ingin dunia luar mengetahuinya terlebih
dahulu. Menurut atasan agar mereka lebih mudah bergerak
dalam melakukan pencarian. Tapi ditutup
tutupi sekuat apapun akhirnya berita itu bocor juga ke telinga wartawan. Mereka
pun segera meminta konfirmasi dari Pak Ahmad,sebagai Komandan kesatuan.
“Kronologi
kejadiannya sendiri bagaimana Pak??” tanya
salah seorang wartawan.
“Jadi
saat itu, 7 orang anggota kami sedang
berpatroli menyisiri bagian selatan hutan. Sepertinya
di bagian tertentu pada wilayah itu anggota kami telah diserang oleh sekelompok
anggota separatis.” Jawab
Pak Ahmad.
“Apa
benar Pak bahwa ada anggota bapak yang meninggal??” tanya salah
seorang wartawan lagi.
Pak
Ahmad kemudian menghela nafas panjang.
“Heeehh...iya, itu
benar. Ada 2 orang anggota kami yang meninggal akibat
pertempuran itu.” Jawab
Pak Ahmad singkat.
“Jadi
bagaimana Pak nasib dari anggota yang lain??” Sambung wartawan
yang lain.
“Entahlah..saat
ini kami sedang melakukan pencarian intensif untuk menemukan mereka. Yang
jelas saat ini saya berharap doa dari kawan kawan wartawan dan seluruh bangsa
agar mereka selalu diberikan keselamatan.” Jawab
Pak Ahmad lagi.
“Maaf
Pak, apa anggota keluarga para prajurit yang hilang
sudah mengetahuinya??”
“Untuk
keluarga kami sudah beritahukan tentang keadaan anggota keluarga mereka yang
menghilang.”
“Boleh
kami tahu siapa saja anggota yang menghilang??” Tanya salah
seorang wartawan lagi. Pak Ahmad
lalu memanggil salah seorang anak buahnya dan menyuruhnya untuk mengambil
sesuatu di ruangannya.
Prajurit
itu kembali dengan membawa beberapa lembar kertas. Rupanya
itu adalah data data para prajurit yang menghilang.
“1
Sersan mayor dan 4 orang Kopral. Masing
masing mereka bernama Sersan Mayor Agus, Kopral
Arif, Kopral Hanif, Kopral
Gilang dan Kopral Rama.”
Ujar
Pak Ahmad seraya menunjukkan foto dan data diri dari para prajurit yang
menghilang.
Sementara itu jauh di Kota Malang
Sorenya
ketika berita wawancara Pak Ahmad disiarkan ada seorang wanita yang tak sengaja
melihat berita di televisi tentang para prajurit yang menghilang. Ia
memperhatikan dengan seksama tiap kata dari wawancara itu. Wajahnya
begitu tegang ketika melihatnya.
Ia
lalu melafadzkan doa, seakan
melampirkan doa harapan untuk seseorang. Ketika
berita tentang siapa saja korban yang hilang diberitahukan, ia
hanya bisa menangis.
“Ramaaa...Ram..aa.” Teriaknya dalam hati, ia
hanya bisa menangis.
Air
mata mengalir deras membanjiri kedua pipi manisnya. Hatinya
begitu terpukul mendengar berita itu.
Wanita
itu adalah Bunga, ia begitu
bersedih melihat berita yang sedang dilihatnya. Saat itu
Putri, teman satu kontrakan yang juga menonton berita
itu bersama Bunga berusaha menenangkan. Tapi Bunga
tak kunjung berhenti menangis. Air matanya
terus mengalir membayangkan apa yang sedang dialami oleh kekasihnya.
Malam
itu Bunga pun tak bisa tertidur karena memikirkannya. Ia
terus memikirkan nasib kekasihnya, Rama.
Bunga pun
akhirnya beranjak dari tempat tidurnya dan memutuskan untuk pergi ke luar.
Kemana??
Entahlah, yang
jelas Bunga beranjak pergi keluar untuk mengurangi kegundahan di hatinya.
Rama
Apa yang terjadi denganmu disana
Risau hatiku memikirkan adamu
Entahlah Rama
Aku tak bisa menjelaskan perasaan ini
Sesak begitu mendera dalam nafasku
Perih begitu menganga di jantungku
Melihat adamu yang perlahan memudar
Perlahan menghilang
Jauh dari angan
Rama..Rama..
Apa kau dengar suaraku
Aku merindukan sosokmu
Kekasihku
Rama.Rama..
Hatiku berdegup kencang kala melihat berita itu
Tangisku tak bisa berhenti Rama
Kalut melanda batinku
Takut mendera liang pikirku
Memikirkankan keadaan dirimu
Terdiam
Bunga dalam lamunannya tentang kekasihnya Rama, sampai ia
tak sadar berada di tengah jalan dan ada sebuah mobil yang melaju kencang ke
arahnya.
“Kkiiiiittttttttttt................Bruuakkkkkkkkkkkk.................”
Begitu
kencang mobil itu menabrak sehingga tubuh Bunga dibuat terpelanting olehnya. Bunga
pun tergeletak tak sadarkan diri.
(Janji Bunga)
“Begitulah
Ram ceritanya.” Ujar
mbak Risma mengakhiri ceritanya.
Rama
terdiam, ia hanya bisa menangis mendengar cerita itu. Tangisnya
semakin dalam memikirkan beban yang waktu itu ditanggung kekasihnya. Di
tengah pembicaraan mereka, ada salah
seorang suster yang menghampiri mereka.
“Maaf
bu Risma, tapi dokter ingin berbicara dengan
ibu di ruangannya.” Ujar
suster itu.
“Baik
terima kasih, nanti saya segera kesana secepatnya
sus.” Jawab Mbak
Risma.
“Ya sudah
Ram, Mbak tinggal dulu yah. Mbak
harap kamu sering sering berkunjung kesini. Bunga pasti
senang karena kehadiranmu.”
Mbak
Risma pun segera berlalu dari hadapan Rama, ia segera
menuju ke ruangan dokter.
Tangis
Rama begitu dalam, air mata
mengalir deras dari kedua matanya. Perih
hatinya memikirkan sakit yang kini sedang dialami kekasihnya.
Rama
akhirnya mengerti jawaban dari mimpi Pak Ahmad dan suara yang waktu itu datang
menguatkannya.
Seperti
janjinya selama ini.
Sementara di ruang dokter
“Maafkan
saya Bu Risma, tapi
kemungkinan Bunga untuk selamat semakin menurun. Entah
kenapa belakangan kondisinya semakin memburuk.”
Ujar dokter itu singkat.
“Maafkan
saya, Bu Risma, tapi kami pasti akan terus memberikan yang
terbaik untuk kesembuhan adik Ibu. Saya mohon
saat ini kuatkanlah hati ibu dan berdoalah terus untuk kesembuhannya.” sambung
sang dokter lagi.
Risma
yang mendengar kata kata dari sang dokter hanya bisa tertunduk dan menangis. Ia
benar benar tak kuat menafsirkan tiap kata itu.
Di ruang ICU
Rama
kembali masuk ke ruang tempat Bunga dirawat, lama ia
terdiam melihat tubuh kekasihnya yang begitu lemah terbaring disana.
Bunyi
nafas Bunga begitu terdengar melewati selang pernafasan yang disambung lewat
tenggorokannya.
Bunga..
Kini akhirnya kumengerti
Mengerti jawaban dari segalanya
Aku tahu
Kala itu kau datang membantuku
Aku kini mengerti
Kala itu kau datang menguatkanku
Aku kini pahami
Kala itu kau datang menjagaku
Kau datang sebagai Malaikatku
Tapi Bunga
Aku akan membencimu
Sangat membencimu
Jikalau kau pergi meninggalkanku
Meninggalkan semua janji yang selalu terpatri
Dalam hati
Aku akan membencimu
Sangat membencimu
Apabila kau pergi menjauh dari duniaku
Meninggalkan semua cinta yang kau beri
Dalam diri
Rama
pun segera beranjak pergi dari ruangan itu.
“Mengertilah
Bunga,kalau kau memang seorang malaikat yang waktu itu datang menjagaku. Buatlah
keajaiban sekali lagi. Kuatkanlah
Bunga. Aku berjanji padamu Bunga, kini akulah
yang akan menjadi malaikatmu. Akulah yang
akan menarikmu keluar dari penderitaan ini”
Ujar Rama dalam hatinya seraya pergi dari rumah sakit.
Rama
mulai memantapkan hatinya sendiri, semua ia
lakukan untuk menguatkan kekasihnya yang sangat dicintainya itu.
3 tahun kemudian..
“Uuu...uhhhh...”
Suara seorang wanita di ruang rehabilitasi. Saat itu ia
masuk ruang rehab untuk memulihkan kondisi dari kaki dan tangannya yang
dinyatakan lumpuh.
Dalam
keadaan terduduk di kursi rodanya wanita itu tengah berusaha menggerakkan jari
jemarinya dan memindahkan sebuah bola kecil dari sebuah lubang ke lubang
lainnya.
“Ayo
semangat, kamu pasti bisa melakukannya.” Ujar
seorang suster yang selalu setia berada disampingnya. Suster
itu tak kenal lelah memotivasi dirinya.
Wanita
itu ternyata Bunga, sudah lebih
dari 2 tahun yang lalu ia sembuh. Kini ia
masuk ruang rehabilitasi untuk memulihkan fungsi organ tangan dan kakinya yang
masih lumpuh.
“Hei...bagaimana
keadaanmu??”
Tanya
salah seorang pria begitu memasuki ruangan.Pria itu ternyata Rama, kekasihnya.
3
tahun yang lalu, Rama
meminta kepada kesatuannya untuk dipindah tugaskan ke Malang. Rama
beralasan untuk memulihkan kondisi psikologisnya. Hanya kepada
Pak Ahmad ia bercerita alasan yang sebenarnya.
“Saya
pergi untuk menepati janji saya kepadanya,
Pak” Ujar Rama
kepada Pak Ahmad.
Saat
itu Pak Ahmad juga sudah diceritakan oleh Rama tentang kecelakaan yang terjadi
dan tentang Bunga yang saat itu hadir dan datang menguatkannya kala ia ditawan.
“Jagalah
dia Ram, bapak harap ia bisa pulih secepatnya.” Ujar pak Ahmad. Senyum
kecil menyembul keluar dibalik sisi kumis tebalnya.
Setelah
dikabulkan, ia pun pindah tugas ke Malang. Disana
ia bisa lebih leluasa menjaga Bunga. Setiap hari
ia datang untuk menjenguknya.Bahkan ketika libur tugas, ia
bisa seharian berada disana untuk menemani Bunga.
5
bulan berlalu, Bunga pun tersadar dari komanya. Tak
ada yang percaya akan kesembuhan Bunga, bahkan
dokter yang selama ini merawatnya pun menganggap itu sebagai sebuah keajaiban.
Kini
setelah 3 tahun, Bunga
berjuang untuk sebuah keajaiban agar fungsi tangan dan kakinya bisa digunakan
lagi.
Bunga
tersenyum melihat kedatangan Rama.
“Nah
Bunga, kamu harus terus berusaha keras untuk sembuh
buat Rama yang selalu datang menjengukmu tiap hari.” Bisik
sang suster kepada Bunga.
“Baik.” Jawab Bunga seraya mengepalkan tangannya.
“Nah
sekarang tunjukkan hasil latihanmu selama ini kepadanya.” Ujar
sang suster lagi. Bunga hanya
menganggukkan kepalanya.
“Rama..kamu
berdiri disana ya.” Ujar
Bunga kepada Rama. Rama hanya
tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
Bunga
menarik nafas panjang, berusaha
membulatkan tekad untuk sesuatu yang akan dilakukannya.
Bunga
kemudian berusaha bangun dari kursi rodanya, ia benar
benar berusaha keras untuk berdiri dari kursi rodanya. Sang
suster terus setia membantu memegang kursi roda juga meneriakkan kata semangat
untuk Bunga.
“Urrgggghhhhh...”
Sedikit
demi sedikit Bunga bisa terbangun dari kursi rodanya, perlahan ia bisa berdiri
sendiri dengan kakinya.
Rama
terperangah melihatnya, ia benar
benar tak menyangka dengan apa yang sedang dilihatnya.
Bunga
lalu mencoba melangkah.
Begitu
berat langkah yang coba diambilnya, tapi Bunga
terus berusaha. Dan pada
akhirnya usahanya mulai menunjukkan hasil.
Langkah
pertama..
Langkah
kedua..
Langkah
ketiga..
Langkah
keempat..
Baru
pada langkah kelima akhirnya ia terhenti.
Langkah
itu terhenti tepat di hadapan Rama.
Senyum
menyembul keluar dari wajahnya diikuti sebuah lelehan air mata. Air
mata itu kemudian diseka oleh Bunga. Kehangatan
itu??Rama benar benar ingat kehangatan itu. Itu benar
benar sama persis dengan apa yang dirasakannya ketika ia ditawan. Ia
kemudian memandang wajah bunga dalam dalam.
Bunga
kemudian tersenyum.
Sebuah
pelukan pun mengakhiri hari itu.
Janji Bunga - ending
Janji Bunga - ending
Kramat Jati 19 Oktober 2011
CrunchBreak : Fiuhhh..selesai juga,eh tapi emang udah selesai dari kemarin seh. Hanya saja memang saya sendiri yang sengaja tak menyelesaikannya secara langsung, ga ada tujuan apa apa. Hanya saya mendapat protes dari beberapa pembaca tulisan saya yang menilai bahwa 'Terkadang' Postingan saya terlalu panjang sehingga membuat sebagian dari mereka capek membacanya..hehehe
maaf yah ^_^
Dan saya juga ingin meminta maaf karena untuk bulan November ini saya agak jarang Posting karena memang sedang disibukkan membantu Dumbledore dan Harry Potter.
Siapa mereka???
ahh..kalo yang udah baca kenapa eh kenapa pasti tau.
Yuph mereka adalah biang kerok dari sebuah event yang bernama World Delta Summit. Sebuah Konferensi Tingkat Tinggi untuk membahas masalah masalah di sekitar aliran Delta.
Yah untuk lebih jelasnya nanti akan saya ceritakan di "Me and World Delta Summit".
Untuk minggu ini,saya mau beristirahat terlebih dahulu.Merebahkan penat sejenak yang mendekap di kepala saya.
Minggu besok Insya Allah,semua akan kembali seperti semula..hehehe
Thanks Cruncher untuk segala supportnya selama ini :)
0 komentar:
Posting Komentar