Kamis 3 November
2011
Hahh..malam
ini saya benar benar bersedih.
Sedih
kenapa dar??
Adakah
dari kalian menonton acara Metro Tv “Journalist on Duty” malam ini??
Kalau
iya,bagaimana perasaan kalian melihatnya??
Buat
yang tidak sempat melihat akan saya ceritakan sedikit tentang acara itu.
Malam
ini Journalist on Duty membahas masalah pendidikan di daerah Kupang NTT.
Perasaan
saya benar benar sedih melihatnya.
Betapa
timpangnya pendidikan di Negara kita sekarang.
Heemm..ngomong
ngomong saya jadi teringat dengan beberapa kalimat dari tulisan saya dulu yaitu
“Hutama, My Last Time”,disana saya
memang bercerita tentang masa masa terakhir ketika SMA dulu.
Tapi
di cerita itu saya juga sedikit bercerita dan menggambarkan keadaan real
pendidikan di Negara ini.Betapa timpangnya pendidikan antara kota besar dengan
kota kecil di Negara ini.
Mulai
dari Papua,Kalimantan hingga NTT.
Berikut
ini saya ambil beberapa kutipannya.
Come on,open
your eyes.Betapa timpangnya pendidikan di negara kita.
Antara kota
besar dengan daerah seperti terdapat jarak yang begitu besar.Di Papua ada
seorang anak yang harus berjalan 10-20 KM hanya untuk sampai kesekolahnya.Dia
harus menyeberangi sungai dan gunung hanya untuk sampai ke sekolahnya.
Gila...gw aja jalan dari sekolah ke pondok gede (+300 m) malesnya bukan main.
Belum lagi dengan daerah daerah perbatasan.
Gila...gw aja jalan dari sekolah ke pondok gede (+300 m) malesnya bukan main.
Belum lagi dengan daerah daerah perbatasan.
Di Daerah
Kupang,NTT adalah yang terparah.Eks pengungsi Timor Timor kebanyakan cuma
tinggal di bilik bilik kayu.
Jujur aja gw
sedih waktu melihat kehidupan mereka.
Mau makan aja
susah,beli bahan makanan aja harus nyebrang dulu ke negara tetangga (Timor
Leste).
Pendidikan??Bagi anak anak mereka itu seperti mencari air di padang pasir.
Perbatasan Kalimantan lebih parah lagi.Untuk menjadi manusia berpendidikan aja mereka harus belajar di negara tetangga,Malaysia.
Jarak??wah jangan ditanya deh jauhnya.Perlu tekad baja untuk menjadi manusia hebat di perbatasan kalimantan.
Yah itu cuma segelintir contoh,masih banyak kok daerah daerah yang pendidikannya masih tertinggal.Bahkan di kota besar itu sendiri.
Pendidikan??Bagi anak anak mereka itu seperti mencari air di padang pasir.
Perbatasan Kalimantan lebih parah lagi.Untuk menjadi manusia berpendidikan aja mereka harus belajar di negara tetangga,Malaysia.
Jarak??wah jangan ditanya deh jauhnya.Perlu tekad baja untuk menjadi manusia hebat di perbatasan kalimantan.
Yah itu cuma segelintir contoh,masih banyak kok daerah daerah yang pendidikannya masih tertinggal.Bahkan di kota besar itu sendiri.
Itulah kata kata saya di cerita itu dimana inpirasinya datang setelah lulus SMA dulu (tahun 2006).
Saya
benar benar ga kebayang bahwa kenyataan itu masih saya temui 5 tahun
setelahnya.
Bersekolah
di daerah daerah memang masih merupakan sebuah perjuangan.
Dengan
keadaan sekolah yang beratapkan rotan,beralaskan tanah dan perlengkapan yang
seadanya.
Bahkan
ruangan para guru pun terbuat seperti kandang ayam.
Menjadi
guru disana pun benar benar harus mempunyai hati yang lapang.
Gimana
ngga,dengan gaji jauh di bawah standar dan status hanya sebagai honorer mereka
bertahan benar benar didasari atas dasar sebuah ketulusan.
Ketulusan
untuk memberi ilmu.
Siswanya
gimana dar??
Saya
benar benar terenyuh melihatnya.
Untuk
ke sekolahnya saja harus menempuh jarak yang jauh,belum lagi kebanyakan dari
mereka tidak memakai alas kaki.
Baju
lusuh dan perlengkapan sekolah seadanya.
Ketika
malam, kebanyakan siswa belajar hanya menggunakan lampu templok karena
kebanyakan kampung di NTT belum terjamah oleh listrik.
Saat
yang paling menyentuh adalah ketika mereka melakukan upacara bendera.
God.. can
you see the sincerity of their eyes.
Mata
mereka benar benar menyiratkan ketulusan kehidupan.Banyak mimpi mimpi yang
terpancar di mata itu.
Banyak
harapan yang terpendam di senyum itu.
-_-
Apa
seh masalahnya di sana??
Kata
anggota DPD seh karena dana BOS (bantuan operasional sekolah) yang terpangkas
habis karena korupsi.
Yah
itu seh saya juga tahu,bahkan mungkin hampir semua warga negara Indonesia.
Kebanyakan
kita tahu bahwa setiap bantuan operasional (apapun itu) dari pemerintah pasti
akan mengalami defisit setiap kali singgah di suatu departemen/lembaga/instansi
atau apapunlah itu namanya.
Ibaratnya
begini saya mengirim uang kepada si A lalu akan kena potongan olehnya.Si A lalu
mengirim lagi kepada si B dan akan dipotong lagi olehnya.lalu si B mengirim
lagi kepada si C dan akan mengalami pemotongan dan akan terus belanjut hingga
sampai kepada yang benar benar membutuhkan (si Z).
Puyeng
euy...
Intinya
seh begini si A mengirim uang awal mulanya sebesar Rp 2 Triliun,mungkin akan
sampai ke si Z Cuma Rp 2 Miliar.
Haha...benar
benar miris tapi itulah adanya.
Okelah
kayanya cukup deh ngeluh ngeluhnya.Lagian ga ada gunanya juga jika melakukannya
terus.
Percuma....
Para
pemimpin di Negara ini terlalu tebal kupingnya.
Mereka
sudah tak bisa lagi menerima untuk dikritik dan semakin buta akan kekuasaan.
Hemm..lalu
apa yang harus kita perbuat??
Bukankah jauh di hati kita semua ingin setidaknya membantu adik adik kita di Kupang sana??
Bukankah jauh di hati kita semua setidaknya ingin membantu orang orang yang tak bisa berobat karena biaya??
Tapi kita semua seperti terbentur tembok tebal yang bernama "Kemana kemana kemana"..hahaha Ayu tingting mode.com
Yuph,kita selalu bertanya kemana kita tujukan uang sumbangan kita,lagipula apa itu cukup untuk membantu.
fiuhh..saya ada ide gila neh,
Well..sebenarnya ide gila ini terinspirasi ketika saya melihat mbak Prita Mulyasari
dan Bilqis.
Tau
doi berdua kan??
Prita
Mulyasari adalah seorang ibu rumah tangga yang mengalami masalah hukum karena
keluhannya terhadap pelayanan sebuah Rumah sakit.
Yang
saya ketahui seh,hingga kini masalah hukumnya masih digelar di pengadilan.
Entahlah..
Yang
jelas sesudahnya kita semua tahu bahwa ada sebuah gerakan yang bernama Koin Keadilan Prita Mulyasari.
Sedangkan
Bilqis adalah seorang bayi yang mengidap penyakit dimana saluran empedu
tidak terbentuk atau tidak berkembang secara normal (Atresia Bilier), saat itu
keadaannya sudah parah dan semakin memburuk karena tak mendapat perawatan.
Orang
tuanya bukan berasal dari kalangan yang berada.
Dan
kita semua tahu betapa “Murah Hatinya” Rumah sakit di Indonesia.
Untungnya
Bilqis punya seorang ibu yang hebat.
Dia
mempunyai gagasan dan membuat apa yang kita ketahui dengan nama Koin Cinta Bilqis.
Walaupun
pada akhirnya kita semua mengetahui bahwa Bilqis menyerah dengan penyakitnya.
Heehhh....
Hemm..tapi
dibalik itu semua saya justru senang karena satu hal??
Saya
terharu, ternyata kebersamaan diantara orang Indonesia masih ada. Satu hal yang
pasti saya benar benar terkejut karena masih begitu banyak orang yang peduli
terhadap sesamanya.
Terutama
di Negara kita ini.
Dimana
ajaran Pancasila tanpa disadari perlahan mulai kita tinggalkan.Dimana batas
toleransi mulai memudar dengan sekat sekat yang disebut kepercayaan.
Dimana
kepedulian hanya dianggap sebagai sarana untuk mengambil keuntungan.
Haahhh...sedih
rasanya melihat setiap kali melihat berita dimana hanya kisah memilukan yang
ada didalamnya.
Kisah
tentang pendidikan yang tak berjalan baik di daerah,kisah tentang orang miskin
yang dilarang sakit (karena ongkos berobat mahal),kisah tentang tenaga kerja
yang tak dihargai keberadaannya,kisah tentang kemiskinan di daerah daerah,kisah
tentang pembabatan hutan dan pembabatan habitat asli orang hutan,kisah tentang
terlantarnya orang orang di daerah perbatasan,kisah tentang hukum yang tak lagi
menghukum,kisah tentang wakil rakyat yang tak lagi mewakili rakyat,kisah
tentang kecelakaan kendaraan yang tak kunjung habis,kisah tentang HAM yang tak
lagi mendapat tempat di Negara ini,kisah tentang pelanggaran asusila yang kian
marak di negara ini,kisah tentang Presiden yang hanya sibuk menjaga
citranya,kisah tentang konflik di daerah daerah, dan dan dan dan dan..........
Ahh
entahlah...
Entah
sampai kapan akan selalu ada kata “kisah tentang” di negara ini.
-__-
Hemm..sekarang
mari kita ngomongin inspirasi gila saya.
Apaan
tuh dar??
Well..ide
ini sebenarnya ga beda jauh sama mbak Prita dan Bilqis (dan memang terinspirasi
dari mereka),hanya saja ide ini lebih mencakup kepada satu Negara yaitu
Indonesia.
Saya
ingin membuat sebuah gerakan yang bernama “Koin
Cinta Indonesia”.
Sama
seperti halnya Koin Cinta Bilqis dan Koin Keadilan Prita ,kita hanya perlu
menyumbang “uang receh” yang kita miliki.
Harapan
saya seh semua warga Negara turut menyumbang.
Bukan
untuk sebuah keinginan agar banyak uang yang dihasilkan tapi lebih kepada kata
KEPEDULIAN.
Yuph..saya
hanya ingin melihat seberapa pedulinya kita terhadap bangsa sendiri.
Bohong
kalau anda bilang “saya sudah tak peduli” terhadap negara ini,walaupun ucapan
anda,perbuatan anda menyatakan kebencian dan kemuakan terhadap Negara kita tapi
saya yakin jauh di hati anda semua pasti masih ada kata peduli untuk negara
ini.
Walau
kebanyakan dari kita semua sudah seperti tak peduli lagi terhadap Negara
ini,walau kita semua seakan menyatakan “Ya sudahlah” terhadap Negara ini tapi
saya tahu, jauh di hati anda semua masih ada secercah harapan bahwa Negara ini
bisa berubah.
Lakukan bukan
untuk diri anda tetapi untuk anak cucu kita kelak.
Sudah
cukup rasanya kita semua melihat berita berita tentang derita si miskin yang
tak bisa berobat,sudah cukup rasanya kita melihat anak putus sekolah karena
ketiadaan biaya dan ketidakpedulian pemerintahnya,sudah cukup rasanya melihat
anak anak pintar Bangsa ini satu per satu menghilang dan memilih mengabdi untuk
Negara lain,sudah cukup rasanya melihat daerah perbatasan yang selalu terlupakan
dan bertahan dengan mengais sedikit nasionalisme yang mereka miliki,sudah cukup
rasanya melihat anak anak sekolah bertelanjang kaki,berpakaian seadanya dan
belajar hanya beratapkan langit juga beralaskan tanah,sudah cukup rasanya
melihat harapan kosong di mata setiap anak yang tumbuh di negara ini.
Saya
ingin membuat perubahan karena saya selalu meyakini bahwa bangsa ini akan
berubah.
Berubah
menjadi lebih baik untuk generasi kita kelak.
Tapi
gerakan gila ini bukanlah apa apa jika tanpa dukungan orang orang gila lain
yang membaca tulisan ini.
Gila??
Yah..karena
ini tak mungkin terjadi tanpa dukungan setiap warga Negara Indonesia.
Sesuatu
yang mustahil tapi bukan berarti tak mungkin dilakukan.
Lakukan untuk
Indonesia.
Jakarta 6
November 2011
miris sekali keadaan negara kita tercinta ini, banyak kesenjangan yg kita temui di mana...? katanya nengeri kita ini KAYA, kapan ya semua bisa menikmati KEKAYAAN itu ..??
BalasHapusSukma : entahlah..tp saya slalu brharap ,semoga saja anak cucu kita msh bs merasakan kekayaan negara ini kelak :)
BalasHapus