Avatar, Hutan dan Keterasingan
Anehnya ketika berada
di kerindangan pohon yang ada di Baluran, aku malah teringat dengan karakter
dari Jake Sully, pemeran dari tokoh film Avatar. Bukan avatar yang berkepala
plontos dan “ketika negara api menyerang..,” tapi avatar yang bertubuh biru.
Pernah kalian menonton
film itu? jika pernah, dapatkah kalian membayangkan jika dunia itu, hewan dan
lingkungan itu dapat kita temui dalam kenyataan. Mungkin akan banyak hal
menyenangkan, tapi sekali lagi sayangnya hal itu hanyalah sebatas khayalan.
Namun jika kalian
telisik, sebenarnya ada pesan yang ingin disampaikan oleh film tersebut. Jika
kalian cermati, manusia dalam film ini seolah diberi peran sebagai karakter yang
bernama pasukan “jarhead,” pemeran antagonis dalam film Avatar.
Realitanya, pada jaman sekarang
ini, manusia pada umumnya lebih dipertontonkan pada kecanggihan tekhnologi dan
senjata. Semakin canggih alat tempurnya, semakin kuat pasukannya, maka akan semakin
penting kedudukan negaranya.
Kedamaian hanyalah kata
usang dan bagiku sendiri sulit untuk ditemukan. “There is no peace in human
existence.” Yuph, i’m really sure about that. Naluri dasar manusia adalah
perang. Dan mungkin itulah, alasan terbesar kenapa sekarang ini manusia lebih
cepat memusnahkan hutan. Meskipun banyak yang (mengatakan) peduli, namun pada
kenyataannya apa saya, anda atau kalian sudah mengenal hutan dengan baik?
manusia sekarang ini lebih dikenalkan pada pertikaian-pertikaian, kebodohan dan
kerakusan. Itu semua dapat terlihat di televisi kan.
Sebenarnya, jawaban telah
ada dan dijelaskan dalam film Avatar. Karena seberapapun kita menyayangi hutan.
Tapi tanpa mengenalnya. SULIT. Di jaman yang begitu terbuka dan lebih
mengajarkan pada kekerasan, kebutuhan jasmani dan kebodohan.
Dan kita sendiri hanya
mengenal hutan lewat sebuah layar, buku dan tanpa interaksi. Yah tak heran
deforestasi hutan Indonesia termasuk yang terburuk, tak heran orang utan malah
menjadi hewan asing di tanahnya sendiri.
Kini hutan seakan
menjadi keterasingan tersendiri dalam kehidupan manusia. Seperti terasing dari
negeri sendiri, dari hutan kita, karena memang tidak pernah saling mengenal dengan
baik. Hubungan manusia dengan hutan hanyalah sebuah hubungan masa lalu, SEJARAH
saja. Tak heran jika terjadi kasus suku pedalaman yang kelaparan.
Jiwa-jiwa manusia
tumbuh tandus. Kering welas asih. Sikap tidak peduli tumbuh subur. Kita lebih didekatkan
kepada hutan hanya lewat tayangan televisi, seolah jarak menjadi dekat
karenanya. Hanya seolah-olah baik, nyatanya ?Sulit untuk mengatakan
siapa yang membela panji kebenaran di negara ini. Lembaga swadaya masyarakat dan
organisasi masyarakat pun kini malah tumbuh menjadi lahan kepentingan pribadi.
Sekalipun stay on track, mereka akan segera berbenturan dengan banyak
kepentingan. Karena segala sesuatu di negara ini seolah tumbuh subur dengan
kuasa, kekuatan, jabatan, pengaruh. Muara dari semua itu adalah uang dan nafsu
yang membutakan. Tidak heran, tidak ada teman abadi dalam dunia politik. Itu
juga indikasi bahwa tidak ada keinginan untuk merubah wajah negeri ini.
Dengan jalan negara ini
sekarang. Aku percaya, kelak kitalah yang akan menghancurkan bumi, tempat
tinggal kita. Dan jika menemukan planet lain seperti dalam film Avatar. Aku
rasa, kita juga akan melakukan lagi kebodohan yang sama. Karena itu adalah
sifat dasar, yang masih sulit manusia
ubah.
#catatankaumurban oleh instagram @urban.hikers .
0 komentar:
Posting Komentar