.

Selasa, 05 April 2016

Tujuan

Tak banyak langkah yang sudah aku lakukan. Perubahan yang aku harapkan, masih merupakan wacana dan belum menemui kata kepastian.
Kadang, aku merasa lelah menyikapi semua problema yang ada. Untuk apa dan kepada siapa selalu menjadi pertanyaan yang berulang di kepala.
Cinta yang aku dambakan dan mendambakan untuk kuperjuangkan, perlahan menghilang. Banyak yang menemukan jalan lain, meski kebanyakan menyerah atas sikap yang aku tunjukkan.

Kepalaku terasa berat belakangan ini. Sesuatu yang bisa aku lakukan hanyalah memejamkan mata dan memasrahkan semuanya. Meski saat terbangun, aku kembali merasakan hal yang sama.

Tidak tahu dan entah bagaimana, aku berharap kelak bisa menceritakan sesuatu yang lebih baik kepada kalian. Karena saat ini, langkahku tengah kehilangan tujuan.


Kampung Gedong, 05 April 2016

Sabtu, 20 Februari 2016

Avatar, Hutan dan Keterasingan



Anehnya ketika berada di kerindangan pohon yang ada di Baluran, aku malah teringat dengan karakter dari Jake Sully, pemeran dari tokoh film Avatar. Bukan avatar yang berkepala plontos dan “ketika negara api menyerang..,” tapi avatar yang bertubuh biru. 
Pernah kalian menonton film itu? jika pernah, dapatkah kalian membayangkan jika dunia itu, hewan dan lingkungan itu dapat kita temui dalam kenyataan. Mungkin akan banyak hal menyenangkan, tapi sekali lagi sayangnya hal  itu hanyalah sebatas khayalan.  
Namun jika kalian telisik, sebenarnya ada pesan yang ingin disampaikan oleh film tersebut. Jika kalian cermati, manusia dalam film ini seolah diberi peran sebagai karakter yang bernama pasukan “jarhead,” pemeran antagonis dalam film Avatar. 

Jumat, 22 Januari 2016

Korban Meninggal Dalam Berkegiatan di Alam Bebas 3 Tahun Terakhir (2013-2016)

Terhitung sejak Januari 2013 sampai dengan Januari 2016, 59 orang telah menjadi korban hilang dan meninggal dunia saat melakukan aktivitas di alam terbuka. Faktor yang menyebabkan beraneka ragam, antara lain  : cuaca ekstrim, hyporthemia, kehabisan logistik, penyakit bawaan, tersesat dalam waktu yang lama, tersambar petir, terjebak kebakaran hutan, efek selfie berlebihan dan menghirup gas beracun.
59 korban hilang dan meninggal merupakan peringatan serius bagi penggiat pendakian di Indonesia. Hanya dalam jangka waktu hampir 3 tahun saja, jumlah kematian dalam berkegiatan di alam bebas semakin meningkat.



Sesuai hitungan pada gambar, terhitung 19,667 orang meninggal per tahunnya. Lalu 1,64 orang meninggal setiap bulannya dan ada 0,054 orang yang mati setiap harinya. Jadi dalam setiap hari, ada satu bagian tubuh, dari seorang petualang yang mati.
Ini peringatan serius dalam dunia kegiatan alam bebas di tanah air. Dibalik perkembangannya yang pesat, semakin dicintai banyak orang namun hobi ini juga rentan terjadinya korban jiwa. Beberapa kejadian juga terjadi akibat melanggar aturan pendakian yang berlaku .
Berikut adalah daftar ke 59 korban jiwa dalam berkegiatan di alam bebas di Indonesia :

Minggu, 10 Januari 2016

GPS for Android

Reportase ‪#‎mountpedia‬ (mountain ensiklopedia) oleh instagram @gezt_rock tentang GPS for Android :



Ada yang pernah nyasar?? foto ini hasil screenshot saat kami ber-3 turun dan nyasar di gunung sumbing via sipetung,, posisi kami yang bertanda segitiga merah, ya cuman beda punggungan sih tapi terpisah jurang yang dalam, sempat membuat kami frustasi karena saat itu malam hari dan badan sudah capek pastinya, juga jarang sekali pendaki yang lewat jalur ini apalagi saat itu bukan hari libur, kebetulan saat kami naik tidak ada pendaki lain yang lewat jalur ini.
Tapi beruntung kami selalu memakai gps sehingga tahu posisi kami saat itu dalam map (tapi kebiasaan saya kalau turun gak pernah saya aktifkan gpsnya, untuk menghemat batery) dan untuk pertimbangan langkah selanjutnya, dan kami pun tetap melanjutkan turun dengan panduan gps sambil mencari tembusan ke jalur yang benar, akhirnya jam 1 malam kami sampai di basecamp.

Sabtu, 09 Januari 2016

Rumah Botol Gunung Lawu

Doc by @xspheriksx

Bagi yg pernah ke #Lawu via Cemoro Kandang, mungkin gak asing sama bangunan ini. Letaknya di sebelah barat Hargo Dalem.
Rumah ini terbuat dari botol2 bekas/sampah pendaki. Pada bagian dalamnya dindingnya dilapisi bekas kaleng sarden yg diratakan, sehingga membuat hangat. Meskipun terlihat kecil, di dalamnya ternyata cukup luas. Ada tungku perapian, tempat menyimpan kayu, penampungan air, tempat mandi dan bunker.
Bagian atasnya yg seperti tower itu bukanlah senjata pemusnah massal, tapi itu patah karena terkena badai.
Tidak semua boleh menginap disini, hanya kerabat dekat dan untuk kegiatan operasi SAR atau pengamanan gunung Lawu.
Mas Bowo, sang kreator rumah botol mulai mengumpulkan botol2 bekas mulai tahun 2000 dan mendirikan bangunan tersebut yg hingga kini ia anggap belum selesai.

B : Sebenernya aku dulu itu stress, karena gak ada kegiatan ya bikin begini.
J : Lha terus sekarang?
B : Yoo, masih stress.
J : Hahaha, aaoouu.

Beliau memang gila gunung, karena kalo udah naik gunung sampe berhari-hari, bahkan pernah sampai 40 hari nyari tanaman untuk jamu di gunung.
Bahkan anaknya yg baru 5 bulan pun diajak naik ke Lawu, tentunya dgn aklimatisasi terlebih dahulu.
Banyak banget pengalamannya naik gunung. Pernah suatu ketika menggegerkan penghuni Lawu. Ketika itu dia membawa bangkai rusa ke atap rumah botol, dan malamnya langsung didatangi harimau dan mengacak-ngacak bangunan di Hargo Dalem.
Keesokan harinya, Mbok Yem marah2 karena ulahnya itu, soalnya pas mau keluar malah ketemu harimau. Untung, harimaunya gak doyan Simbah-simbah :p

In Frame : Mas Bowo "The Creator" dari rumah botol.
Reportase #mountpedia oleh instagram @xspheriksx