.

Rabu, 17 Juni 2015

Puisi Untuk Juni



Waktu pernah mempertemukanku denganmu, Juni. Pernah menaruh kita dalam detak yang sama. Sesekali aku melihatnya kembali dan aku sadari betapa menyenangkannya masa-masa itu. Dahulu, semua berjalan begitu saja. Tidak ada pernyataan tertulis ataupun lisan, hanya yang terpancar dari mata saja yang menjadi jawaban.
Pernah kita berbagi cerita tentang awan, sesekali lautan, dan mengagumi biru yang melingkupinya. Bertukar cerita tentang hari, saling menguatkan hati. Perasaan ini begitu hangat, kuat dan menenangkan. Aku yang egois dan selalu berlari, tidak memperdulikan sekitarku. Berhenti pada satu titik. Aku melihat dirimu di ujung jalan sana. Cahayamu menentramkan, menyejukkan jiwaku. Perasaan kosong pun terisi dengan warna yang berbeda. Kehidupan terasa lebih berarti. Segala tanya seolah menguap dengan kehadiranmu.

-
Dokumentasi Pribadi



Aku rasa sulit menemukan kata yang tepat untuk menggambarkanmu. Kamu adalah keindahan, kecantikan, kamu adalah ketidaksempurnaan yang melengkapkanku. Kamu menguatkan adaku, menemaniku saat terjaga, menghidupkan banyak mimpiku.
Belaimu hangat, aku selalu mengingat saat kau tidur di pangkuanku dan memintaku mengecup keningmu lalu membacakan puisi, untukmu.
Juni, apa kamu masih mengingatku. Aku tengah memikirkanmu kini. Terakhir kita bertemu, di lepas pantai Jakarta, kau mengabarkan aku tentang pernikahanmu. Meski terkejut akan keputusanmu, aku tetap menguatkan hati, melanjutkan langkahku.
Juni, kau memintaku menemanimu, melewati hari-harimu, sebelum engkau pergi ke kampung halamanmu dan memulai kehidupan baru.

Stasiun itu menjadi saksi perpisahan kita. Genggammu erat, seolah tak rela melepaskanku. Tangismu terisak, menahan sesak dalam dada. Aku mendekapmu erat, menghapus tangismu, “kuatkan hatimu, kuatkanlah.” Aku belai rambutmu pelan, kukecup keningmu perlahan. Aku melepasmu dengan keikhlasan.
Lambaian tanganmu, akan selalu kuingat. Karena itulah terakhir kali aku bisa menatapmu, Juni.

Juni, aku hanya mencoba mengenangmu. Mengingat cerita yang telah kita upayakan.
Tidak, aku tidak akan memintamu kembali. Kenangan tentangmu hanya sejenak hadir, esok pasti sudah akan berlalu, pergi.
Aku telah melepaskanmu, Juni, dengan segala kerelaanku.

Kramat Jati, 15 Juni 2015

0 komentar:

Posting Komentar