.

Jumat, 08 Maret 2013

Jalan Seorang Penulis



Ada seorang guru yang pernah berujar kepada saya “Masa sekolah adalah masa yang terindah.Nikmatin aja setiap moment yang tengah dilalui.Karena sesudah masa ini,dimasa depan nanti kamu akan menemui dunia yang kejam dan liar.Sebuah dunia penuh tanya yang terkadang membuat kita hanya bisa bersedih dan terdiam dibuatnya”Jujur saja,saat pertama kali guru saya berkata seperti itu. Saya hanya bisa mengernyitkan dahi dan bingung dengan apa yang beliau maksud.

Yah itu dulu,sekitar 7 tahun yang lalu saat saya masih berseragam SMA (Sekolah Menengah Atas). Kini seiring dengan perjalanan waktu dan tingkat kedewasaan yang mengiringinya. Saya jadi sedikit memahami kata kata tersebut.
Well satu hal yang patut dicatat dari pesan tersebut adalah bahwa kita harus mengalaminya terlebih dahulu.
Dan selama 7 tahun tersebut,yah bisa dibilang saya telah mengalami beragam macam hal. Mulai kuliah di dua kampus dan jurusan yang berbeda hingga mengalami beragam pekerjaan.
Ada suka dan duka yang dialami.
Kerjaan yang ga manusiawi,bayaran yang cuma bisa membuat makan hati hingga kuliah yang sempat terputus ditengah jalan.
Heeehhhhhhhhhhhh ! ! ! ! ! ! !
Yah baik dan buruknya. Jadikan sebuah pengalaman aja. Lagipula jika bukan karena pengalaman pengalaman tersebut,saya tak akan pernah mengerti dengan apa yang pernah guru saya katakan bukan.


Atap Tujuan dan Tembok Harapan

Pada suatu malam,saya benar benar kesulitan untuk tertidur.
Dan pada saat saya sedang merenungi banyak hal. Saya lalu seakan teringat pada sesuatu.
Atap pada kamar saya pernah mengalami kebocoran saat hujan. Satu hal yang tidak mengenakkan jika memikirkannya kembali. Namun bagi saya kebocoran itu seperti mengajarkan saya akan sesuatu.
Well bekas aliran air pada atap yang bocor jadi seperti membentuk sebuah pola. Ada bekas aliran yang terlihat besar dan ada yang terlihat sangat kecil.
Dan pada malam itu saya seperti teringat akan sesuatu yang membuat saya hanya bisa tersenyum kecil. Akan sebuah tekad yang sempat saya sematkan pada atap kamar saya itu.
Jadi,dahulu atap tersebut saya namakan “atap tujuan”.
Yah terdengar aneh memang tapi itulah kebenarannya. Saya menamakannya demikian untuk menyematkan impian impian saya.
Well seperti yang saya jelaskan diatas,aliran tersebut membentuk yang besar dan kecil. Dan bisa dibilang saya mengandaikan hidup saya ke dalam aliran yang kecil.
Kenapa??
Saya lahir di keluarga sederhana,dimana bisa dibilang hanya ibu saya yang berjuang sangat keras untuk kehidupan saya. Terutama buat pendidikan saya.
Saya selalu teringat,dalam setiap jenjang sekolah saya harus menunggak bayaran berkali kali. Dan bagaimana saya harus menahan lapar hanya karena tidak mempunyai uang jajan.
Masa masa pahit namun mengajarkan saya banyak hal. Sedari kecil saya seakan diajarkan kebesaran hati. Menerima apapun jalan yang telah Tuhan berikan. Saat teman teman lain dengan mudahnya mendapatkan barang kesukaan mereka,saya hanya bisa tersenyum.
Iri memang namun saya bersyukur karenanya. Saya menjadi manusia yang lebih kuat karena hal hal seperti itu.
Yah bisa dibilang itulah salah satu hal yang menyebabkan saya menamakan atap kamar saya itu“atap tujuan”. Aliran kecil itu seakan pengandaian tentang kehidupan yang saya lalui. Saya seakan memahami dengan apa yang akan terjadi pada saya nanti. Lebih tepatnya seh apa yang akan terjadi setelah masa SMA.
Saya tahu bahwa untuk melanjutkan kuliah merupakan hal yang terbilang sulit. Sekalipun saya bisa mendapatkan beasiswa.
Gimana mau melanjutkan kuliah,makan sehari hari aja keluarga saya kadang kesulitan.
Namun itulah adilnya Tuhan.
Oleh Tuhan saya diberikan ibu dengan hati seorang malaikat. Beliaulah yang menghidupkan asa saya untuk sekolah terus. Yah walau dengan sebuah catatan seh,bahwa saya harus kuliah di tempat yang terjangkau oleh kondisi keuangan keluarga.
Dan karena kondisi itulah walaupun saat itu sudah hampir pasti diterima,saya dengan berat hati meniadakan keinginan saya untuk menimba ilmu di ITB (Institut Teknologi Bandung) mengambil jurusan pertambangan dan perminyakan.
Saya pun jadi mengambil rencana B. Yaitu kuliah mengambil Perhotelan dan Pelayaran di Wisakti.
Yah singkat cerita saya seakan tak bisa membohongi hati dan perasaan saya. Di pertengahan jalan,saya merasa ini bukan jalan hidup yang saya inginkan. Saya pun memutuskan berlari darinya.
Dan konyolnya,hidup justru membawa saya bekerja pada perusahaan swasta yang mengambil bidang perminyakan.
Hadehhhh ! ! ! !
Terhitung hampir selama 5 tahun saya bekerja disana. Selama masa itu ada masa rehat tertentu. Masa dimana perusahaan sempat terhenti karena perselisihan dengan rekan bisnis.
Dan dimasa rehat itulah saya memutuskan untuk kuliah lagi. Kuliah di tempat yang terjangkau dengan pendapatan saya. Yah pokoknya asal tidak menyusahkan orang tua saja.
Tujuan kuliah saya sekarang hanya satu. Mendapatkan selembar kertas.
Kertas yang mengatakan bahwa saya adalah seorang sarjana. Itu saja.
Kenapa??
Karena kita hidup didunia yang konyol. Dimana seorang yang bergelar akan lebih diakui ketimbang orang yang bekerja dengan giat. Orang bodoh tapi beruang akan lebih mudah mendapatkan pendidikan ketimbang yang layak ketimbang si miskin namun pintar dan kaya ilmu.
Itulah cerminan sempit Negara ini.

Lalu tentang “Tembok Harapan”. Ah itu hanya corat coretan saya saja pada tembok kamar. Isinya hanya berisi cita cita dan harapan saya di masa yang akan datang. Ada juga seh coretan galaunya hihihi!!
Ada satu coretan yang hanya bisa membuat saya merenung dibuatnya “Ingin menjadi orang yang berguna bagi orang orang tersayang. Memberangkatkan Ibu pergi haji dan Vika mengenal dunia”
Satu hal yang belum bisa saya lakukan hingga detik ini.
Hehhh !!!

Jalan Seorang Penulis

Saya tak tahu sejak kapan impian ini tumbuh. Saya memang senang membaca,mulai dari cerpen,novel,komik ataupun hanya sekedar berita kecil dalam koran. Namun menulis??saya tak tahu kapan waktu pastinya.

Tapi satu hal yang pasti. Saya semakin menggilai hobi saya ini. Tiada hari tanpa menulis,bahkan segala sesuatu hal didunia dapat menjadi sebuah tulisan.
Heeeehhh ! ! ! !
Entah sejak kapan hati saya seakan menambatkan dan membulatkan diri untuk menjadi seorang penulis.
Bisa dibilang menulis telah menjadi sebuah kesenangan tersendiri buat saya. Menjadi sebuah hobi yang tanpa saya sadar telah sangat saya cintai kini.
Teman tanpa suara,teman tanpa bentuk. Hanya iringan jemari yang setia menulis dalam merangkai sebuah kata.
Tapi entah mengapa itu seakan sudah cukup untuk mengkoneksikan hubungan yang terjadi.

Keinginan saya semakin kuat ketika bertemu dengan teman teman yang sangat mendukung mimpi saya ini. Baik itu teman dunia nyata ataupun teman lewat jejaring social seperti facebook dan twitter.
Banyak percakapan yang terjadi. Yah pada intinya seh semacam bentuk dukungan terhadap saya. Namun malah kali ini justru dari sayalah yang sepertinya masih berkeras hati tidak mau melanjutkan.
Saya masih meragu,belum berkeyakinan penuh. Hingga saya bertemu dengan seorang teman bernama Dian.
Dian adalah teman saya di dunia maya. Bermula dari pertemanan di Twitter hingga jadi teman ngeBlog. Saat ini doi tinggal bersama suaminya di daerah Salemba,Jakarta.
Well eniwei belakangan saya banyak ngobrol dengan doi. Mulai dari obrolan tentang menulis hingga yang ga jelas haha!!
Pada intinya adalah,karena ngobrol dengan doi,saya jadi sedikit mengerti apa yang kurang selama ini.
Saya hanya berpikir ditempat,tidak berani untuk melangkah lebih jauh. Dan satu hal yang ngebuat obrolan Dian lebih masuk dengan saya adalah karena dia berasal dari zodiac yang sama yaitu Sagitarius.
Yah soal ini seh sebenarnya saya juga masih percaya ga percaya,namun entah mengapa setelah ngobrol dengan Dian,saya malah seperti berasa ngobrol dengan diri saya sendiri.
Benar benar seperti ngobrol dengan cermin.
Dian mempunyai hobi yang tak berbeda jauh dengan saya yaitu membaca dan menulis. Dan salah satu impiannya adalah menerbitkan sebuah buku. Dan lucunya saat dia berkata bahwa Sagitarius pribadi yang penasaran,jika memang mengejar sesuatu ya akan terus dikejarnya.
Meski sesuatu yang dikejar tersebut,kadang membutuhkan waktu yang lama dan proses yang berbelit. Namun menurut Dian,sagitarius seakan ditakdirkan untuk itu.Yah itulah mungkin alasan kenapa hanya zodiak ini yang ditakdirkan membawa panah dalam bentuknya. Sekali menetapkan sebuah target,maka dia akan terus mengejarnya.

Jalan seorang penulis??
Ah entahlah,hanya Tuhan yang tahu akan jawabnya. Sekalipun ini tak berhasil dan menemui kegagalan,pikiran saya tidak akan lagi berteriak karena melarikan diri dari apa yang diinginkan hati dan jiwa saya.
Yah setidaknya ketika kegagalan itu datang,saya telah berusaha menggenggam mimpi dan melepaskan hasrat.
Yah buku tersebut hanyalah sebuah jawaban. Salah satu tahap pencarian.
Bukan segalanya memang,namun itu adalah satu langkah awal yang telah berani saya ambil. Berani mengatakan tidak terhadap kemunafikan,berani menghadapi caci maki.
Saya akan berusaha,hasil nomor dua. Sekalipun terlihat mustahil dan seperti angan yang terlalu membumbung. Setidaknya saat orang orang mempertanyakan semua itu,saya hanya akan berkata “Buku inilah jawabannya”.

Sebelumnya bagi yang sering ngikutin blog ini (pede banget dah ah punya pengikut),saya mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya. Saya bukan ingin berhenti menulis kok,hanya saja mungkin sampai akhir tahun ini ga akan terlalu banyak tulisan di blog seperti tahun kemarin. Bukan karena saya ga berhasrat lagi untuk menulis.
Saat ini pikiran saya benar benar meyakinkan saya untuk fokus pada salah satu tulisan. Saya ga tahu bagaimana akhirnya. Namun seperti yang sudah saya ucapkan diatas,setidaknya saya telah berusaha untuk itu.
Yah jika sebelumnya dalam sebulan bisa lebih dari 10 atau 20 karya tulis. Esok mungkin hanya sekitar 2 atau 3 dalam sebulan. Bahkan 1 tulisan bisa saja terjadi.

Ada sebuah pesan yang saya ketahui dari twitter baru baru ini,sebuah pesan dari seorang penulis bernama @endikkoeswoyo. Saat itu doi ditanyakan tentang PR dari seorang penulis “kuncinya fokus, biasakan fokus pada satu tujuan. Ikuti outline. Jangan lirak-lirik, ga akan kelar” lalu pesannya lagi “fokus ke satu ide, satu pacar itu lebih baik dari pada banyak pacar. Kelarin satu-satu, biar ga pusing”

Well pada minggu ini mungkin saya masih belum bisa memulainya,karena saya masih ingin menyelesaikan sebuah tulisan lagi yaitu “Untuk Indonesiaku (Dari Kami Untuk Negeri)”.
Sebuah tulisan yang saya dedikasikan kepada Pendaki/Pecinta Alam untuk Indonesia.
Saya ingin menggerakkan para pendaki untuk berbuat sesuatu bagi Negara ini. Sesuatu yang kecil namun akan selalu dikenang setiap orang.
Apa itu??
Yah sabar aja yah,nanti juga tahu hihihi
                                                                                                           


Baiklah. Mulai minggu depan,saya akan mulai fokus terhadap satu tulisan.Setidaknya saya ingin itu menjadi lembaran lembaran yang dapat direalisasikan menjadi sebuah buku.
I dont know how it will be.But there will be no change without an action.
Bahkan para jagoan pun telah mendukung langkah yang saya tempuh,yah seperti gambar dibawah ini :P
Oke masbrow :D
Dan buat teman teman blog,doakan saya agar dapat menyelesaikan apa yang saya impikan. Yah sesuatu yang selalu kita impikan bersama,sesuatu yang membuat kita mencintai dunia menulis.
Bismillah..Semoga dilancarkan segala sesuatunya (kaya ijin mau merid aja lo Ndar haha)

Ganbatte Awal ^_^

Kramat Jati 7 Maret 2013

0 komentar:

Posting Komentar