.

Sabtu, 09 Juni 2012

Nikmat itu Kecil


Jumat lalu, saya kebetulan beribadah sholat Jumat di Masjid Fatahilah. Sebuah masjid yang terletak tak jauh dari tempat tinggal saya. Karena bagian dalam masjid sudah penuh,mau tak mau saya pun menggelar sajadah di bagian luar masjid.
Karena saya duduk lebih rendah dari bagian dalam masjid,maka jika saya melihat kedepan saya bisa melihat dengan jelas orang orang yang berada di depan saya.
Saat pandangan saya lurus kedepan, ada satu kejadian dimana seorang gadis kecil berdiri dari duduknya. Gadis kecil itu mungkin baru berumur 4-5 tahun,berkulit putih,tubuh yang agak gemuk dan potongan rambut menyerupai tokoh kartun Dora.
Tiba tiba saja saya melihat gadis kecil itu kehilangan keseimbangan dan terjatuh tak jauh dari tempatnya berdiri. Ia kemudian dibantu untuk bangun oleh seorang pria yang sepertinya merupakan ayahnya.

Orang orang yang berada disamping mereka hanya tersenyum. Salah satu bapak yang berada didekat mereka lalu mengelus kepala sang gadis.
Gadis itu kemudian duduk dengan tenang lagi disamping ayahnya. Tak lama khotib pun mengakhiri khotbahnya dan memulai sholat jumat.
Segera setelah sholat selesai khotib pun segera melafadzkan doa doa. Perhatian saya kembali teralih kepada gadis kecil itu ketika ia berlari lari tak jauh dari ayahnya. Semua orang yang berada didekatnya selalu memperhatikan gerak geriknya seakan mereka semua adalah ayah dari sang gadis kecil.
Langkahnya kembali mendekat dengan ayahnya.
Gadis kecil itu berdiri di depan ayahnya dan pandangan gadis kecil itu melihat ke arah tempat saya duduk.
Dan saya pun segera menyadari sesuatu.
Gadis kecil itu ternyata tak bisa melihat.
Awalnya saya merasa ragu tapi ketika saya mencoba memperhatikan lagi dengan seksama ternyata penglihatan saya tak salah.
Keseluruhan warna matanya putih. Pandangan matanya benar benar hanya menyiratkan kekosongan.
Dalam kekurangannya ia kemudian meraba dan berusaha mencari letak ayahnya. Senyum kemudian terbuncah keluar manakala ia berhasil menemukan apa yang dicarinya. Dengan segera sang gadis kecil pun memeluk ayahnya.
Melihat hal itu saya sempat terdiam sesaat.
Hati saya benar benar terenyuh ketika melihatnya. Saya kemudian menunduk lalu memejamkan mata saya dan berkata dalam hati “Terima Kasih ya Allah atas nikmat hidup ini”

Nikmat itu Kecil

Entah kenapa saat itu juga saya segera bersyukur saat melihatnya. Bersyukur bahwa saya masih diberikan indera yang lengkap oleh Tuhan.
Gadis kecil itu seakan mengingatkan saya untuk mensyukuri nikmat yang diberikan oleh Tuhan. Sekecil apapun itu
Mensyukuri nikmatnya walau nikmat itu datang sekecil butiran pasir. Terasa di tangan tetapi mudah lepas dari genggaman.
Pict From Here

Well terkadang saya masih suka mengeluh dengan kehidupan yang saya jalani. Dunia terasa begitu abu abu didepan sana.
Saya lalu terbayang bagaimana jika saya menjadi gadis kecil tersebut. Dunia tak akan lagi terasa berwarna.
Hitam
Mungkin hanya itulah warna yang akan saya ketahui.
Mengenal seseorang entah itu teman,saudara bahkan orang tua sekalipun hanya lewat suara,lewat sebuah sentuhan dan meraba bentuk wajahnya.
Sekalipun mengenal tapi saya tak akan bisa menyapa atau mengetahui kehadiran mereka kecuali mereka mengeluarkan suara atau menyapa terlebih dahulu.
Tak akan mengetahui bahkan ketika salah satu kerabat mendapat musibah didepan mata.
Dunia yang dikenal pun hanya sebuah cerita. Dunia yang terbentuk dari sebuah kata bukan atas dasar nyata.
Bagaimana bentuk kupu kupu,seperti apa rupa pelangi atau sekedar mengenal rupa dari orang tua sendiri.
Angan
Dunia yang saya kenal hanya sekedar sebuah angan. Sekedar langkah tanpa sebuah makna.
Entah mimpi mimpi apa yang akan saya temui.
Saya benar benar tak bisa membayangkan bagaimana jika saya menjadi gadis kecil itu. Mungkin hanya keterpurukan yang akan selalu setia menemani.
Hitam tanpa pernah tahu warna pelangi.
Saat saya melihat sang gadis kecil ia sudah akan beranjak pergi. Ayahnya dengan penuh kasih sayang menggendong sang gadis kecil.
Ia lalu mencium pipi putrinya itu dengan penuh kasih sayang dan segera berlalu dari Masjid.
Dari kejauhan saya melihat sang gadis kecil tersenyum dalam pelukan ayahnya.
Terkadang kita lupa dengan apa yang paling dasar untuk kita syukuri. Yaitu kehadiran orang orang yang kita cintai.
Terutama orang tua kita.
Terkadang kita lupa bahwa dalam setiap nasehatnya tersimpan kasih sayang. Dalam setiap amarahnya tersimpan sebuah cinta.
Kasih sayang dan cinta yang bernama orang tua.
Kadang kita mengeluh karena hanya mendapat sedikit rezeki tapi pernahkah kita mensyukuri bahwa setidaknya ada yang tidak mendapat rezeki sama sekali.
Kita baru akan mensyukuri sehat manakala kita terserang sakit. Kita akan mengeluh betapa sulit dan penuh bebannya pekerjaan yang kita jalani sementara di luar sana masih ada jutaan pengangguran yang mencari pekerjaan.
Kita mengeluh hanya karena tugas yang diberikan guru terlampau banyak dan sulit,tapi pernahkah kita berpikir bahwa diluar sana ada jutaan orang yang bermimpi mendapatkan pendidikan.
Syukurilah adamu sebelum tiadamu
Dan terkadang kita masih lupa untuk mensyukuri apa yang paling ingin kita miliki di dunia ini. Yaitu kebebasan untuk bernafas dan hidup di dunia.
Nikmat itu benar benar kecil bukan ^_^

Kramat Jati 9 Juni 2012

2 komentar:

  1. sedih yaa... nikmat memang kecil, walaupun nikmat kecil tapi memang benar kalau amal itu harus lebih dari nikmat

    BalasHapus
  2. Tania : ^^
    Kunci dari semuanya adalah bersyukur!! menikmati hidup senikmat nikmatnya,mensyukuri rizki sesyukur syukurnya :)
    thx yah Nia sudah mampir dimari hehe

    BalasHapus