.

Rabu, 18 Juli 2012

Doa Untuk Seorang Bapak



Tahun 2007.
Siang itu saya sedang menunggu bus di halte Tosari untuk kembali pulang ke rumah yang terletak dibilangan Kramat Jati.

By the way saat itu saya masih menjalani masa training di Burgundy bar,Grand Hyatt Jakarta. Jam kerja saya biasanya dimulai dari jam 17.00 dan baru berakhir sekitar pukul 02.00.
Biasanya saya akan menunggu pagi terlebih dahulu baru memutuskan untuk beranjak pulang. Well tapi pada hari itu teman saya,Jimmy mengajak saya untuk menginap dikosannya yang terletak di daerah Tosari.
Dia bilang kesepian karena teman satu kosnya yaitu Agung sedang pulang ke kampungnya.
Penakut yah hihihi

Yah itulah mengapa pada siang hari itu saya bisa terdampar di halte Tosari. Pada hari itu saya sedang tidak mendapatkan shift jadi saya memutuskan untuk kembali ke rumah.
Saya dan Jimmy berpisah di Halte Tosari. Si Jimmy ngerengut aje karena pada hari itu dia tidak mendapatkan jatah berlibur.
Tapi yah itulah dia,terus berusaha membujuk saya untuk tetap masuk. Alasannya nanti buat temenin dia jalan jalan ke Plaza Indonesia. Dia menyuruh saya untuk menunggu dia di loker room karyawan sampai dia pulang kerja. Sebuah tawaran yang tentu saja saya tolak mentah mentah.
“Ntar gue kenalin sama Eka dah Ndar” bujuk dia sambil menyebut nama gebetan saya.
“Yee..kampret,udah pergi sono lo??” saya hanya tertawa saat mendengarnya.

Tapi Jimmy belum menyerah. Dia terus menerus membujuk dan meledek saya. Keributan itu pun  berakhir dengan pertumpahan darah.
Hahaha kidding
Saya dan Jimmy cuma bercanda kecil aja disana. Dari jambak jambakan hingga pukul pukulan :P
Yah yang jelas yang berada disekitar kami cuma bisa geleng geleng kepala aja.
Sampai pada akhirnya si Jimmy menyerah mengajak saya. Dia pun segera menuju ke jembatan penyeberangan.
Sesampainya di atas jembatan penyebrangan dia malah berteriak teriak.
“Mbak hati hati,sebelahnya itu copet mbak”
Kampret ! ! ! !
Mana keras banget suaranya.
Mbak mbak yang berada disebelah saya seh cuma senyam senyum aja. Si Jimmy yang melihat kemarahan di wajah saya malah ketawa ketawa aja.
Sesudah itu dia pun berlalu sambil mengacungkan jari tengahnya tinggi tinggi.
Orang gila,orang gila hahaha

Waktu pun berlalu.
Lumayan lama juga saya berdiri disana karena bus yang saya tunggu memang tergolong langka (Patas AC 70).
Lagi asik asiknya menunggu,ada seorang bapak yang bertanya kepada saya. Bapak itu datang dari arah bundaran HI (Hotel Indonesia)
“Mas,kalau ke Blok M arah mana??” Tanya dia begitu berada dekat saya. Saya pun segera menunjuk jalan ke arah menuju Blok M.
“Masih jauh ya mas??”Tanya bapak itu lagi.
Saya malah bingung menjawabnya soalnya ga pernah mengukurnya secara langsung #Gubrak. Tapi tanpa diukur pun,saya tahu bahwa jaraknya itu masih lumayan jauh dari tempat saya berdiri.
“Lumayanlah Pak” Jawab saya sekenanya sambil menggarukkan kepala.
Bapak itu hanya melenguhkan nafas panjang. Dari matanya jelas terlihat sebuah beban. Bapak itu malah terlihat seperti kebingungan,berat sekali untuk melangkah.
“Emang bapak mau kemana??” Tanya saya begitu melihat gerak tubuh bapak tersebut.
“Saya mau ke Blok M mas,ke tempat saudara saya” jawab bapak itu
“Kalau dari arah sini bapak naik M19 aja pak. Itu langsung ke arah Blok M” Ujar saya kepada bapak itu. Bapak itu hanya terdiam.
“Saya udah kehabisan ongkos mas”
Ya Allah,saya benar benar terkejut saat mendengarnya. Jadi inilah jawaban dari segala beban yang terlihat dimatanya.
“Mang asal bapak dari mana??”
Bapak itu pun menjawab ia berasal dari salah satu daerah di Jawa Timur (saya lupa tepatnya daerah apa). Bapak itu datang untuk menemui saudaranya yang beliau katakan tinggal di wilayah Blok M.
Saya sempat menawarkan handphone buat beliau agar bisa menelepon saudaranya. Tapi beliau bilang bahwa beliau tidak tahu nomornya. Jangankan telepon,ketika saya coba tanya dan konfirmasi lagi letak rumah saudaranya bapak itu juga malah bingung sendiri. Sepertinya ia benar benar tak tahu letak pastinya,soalnya setiap kali saya bertanya beliau selalu menjawab
Dekat sama Blok M”

Nah Loh ! ! ! ! !

“Saya jalan dari stasiun tanah abang dek” Terang bapak itu lagi.
Tanah Abang??
Ebujugdah (keluar kan betawinya) jauh amat.
Tapi memang saya sempat melihat bapak itu berjalan dari arah bundaran HI. Dan saya juga sempat melihat bapak itu bertanya kepada beberapa orang sebelum saya.
Yah maklumlah,gara gara nunggu Patas yang tak kunjung tiba saya jadi lebih perhatian dengan sekitar.
Entah karena refleks atau apa,saya pun segera memberhentikan M19 yang memang berada tak jauh dari tempat saya berdiri.
“Nah bapak naik kopaja ini aja neh” Ujar saya seraya melambaikan tangan untuk menyetop kopaja.
Bapak itu menurut saja saat saya tuntun untuk masuk ke dalam. Saya melihat beliau memilih duduk di bangku deretan belakang.
“Bang,turunin bapak ini di daerah blok M yah” Saya berujar kepada kenek kopaja itu seraya menyerahkan ongkos buat ke Blok M.
Bapak itu pun menoleh kearah saya dan melambaikan tangannya. Saya membalas lambaian tangan itu dengan sebuah senyum.
Dan kopaja itu pun segera melaju.
Meninggalkan sebuah cerita tentang seorang bapak yang tak saya ketahui namanya.

Pict From Here

Doa Untuk Seorang Bapak

Well entah mengapa saya menceritakannya.
Kejadian itu memang sudah berlangsung sangat lama,tetapi entah mengapa hingga detik ini saya terkadang masih memikirkannya.
Saya tak pernah tahu mengapa.
Saya bukannya ingin mengungkit sebuah kebaikan atas apa yang telah saya lakukan. Saya hanya kepikiran apa bapak itu baik baik saja saat ini.
Jujur,pada saat itu saya sempat menoleh dan ingin sekali mengejar kopaja tersebut. Bukan tanpa sebab,tapi pada saat itu juga batin saya seakan berteriak untuk menolong bapak itu lagi.
Saat itu hati saya menyuruh untuk memberi uang lebih.
Tapi yah itulah.
Saya meragu dan cuma bisa terdiam melihat kopaja itu pergi berlalu dari hadapan saya.
I hate myself for that-___-
Oh man gue bener bener kepikiran sama itu bapak.
Apa dia ketemu saudaranya??
Apa dia baik baik aja di Jakarta??
Apa dia masih …..???
Hadehh !! ! !  !
Entahlah.
Tapi satu hal yang ga berubah dari detik saya berpisah dengan bapak itu hingga detik ini. Selalu ada doa untuknya dalam setiap harapan yang saya tuturkan kepada Tuhan.
I hope you always be in good condition.

Kramat Jati 18 Juli 2012

0 komentar:

Posting Komentar