.

Sabtu, 10 Desember 2011

Untuk Indonesia


Kamis 3 November 2011
Hahh..malam ini saya benar benar bersedih.
Sedih kenapa dar??
Adakah dari kalian menonton acara Metro Tv “Journalist on Duty” malam ini??
Kalau iya,bagaimana perasaan kalian melihatnya??
Buat yang tidak sempat melihat akan saya ceritakan sedikit tentang acara itu.
Malam ini Journalist on Duty membahas masalah pendidikan di daerah Kupang NTT.
Perasaan saya benar benar sedih melihatnya.
Betapa timpangnya pendidikan di Negara kita sekarang.
Heemm..ngomong ngomong saya jadi teringat dengan beberapa kalimat dari tulisan saya dulu yaitu “Hutama, My Last Time”,disana saya memang bercerita tentang masa masa terakhir ketika SMA dulu.
Tapi di cerita itu saya juga sedikit bercerita dan menggambarkan keadaan real pendidikan di Negara ini.Betapa timpangnya pendidikan antara kota besar dengan kota kecil di Negara ini.
Mulai dari Papua,Kalimantan hingga NTT.
Berikut ini saya ambil beberapa kutipannya.


Come on,open your eyes.Betapa timpangnya pendidikan di negara kita.
Antara kota besar dengan daerah seperti terdapat jarak yang begitu besar.Di Papua ada seorang anak yang harus berjalan 10-20 KM hanya untuk sampai kesekolahnya.Dia harus menyeberangi sungai dan gunung hanya untuk sampai ke sekolahnya.
Gila...gw aja jalan dari sekolah ke pondok gede (+300 m) malesnya bukan main.
Belum lagi dengan daerah daerah perbatasan.
Di Daerah Kupang,NTT adalah yang terparah.Eks pengungsi Timor Timor kebanyakan cuma tinggal di bilik bilik kayu.
Jujur aja gw sedih waktu melihat kehidupan mereka.
Mau makan aja susah,beli bahan makanan aja harus nyebrang dulu ke negara tetangga (Timor Leste).
Pendidikan??Bagi anak anak mereka itu seperti mencari air di padang pasir.
Perbatasan Kalimantan lebih parah lagi.Untuk menjadi manusia berpendidikan aja mereka harus belajar di negara tetangga,Malaysia.
Jarak??wah jangan ditanya deh jauhnya.Perlu tekad baja untuk menjadi manusia hebat di perbatasan kalimantan.
Yah itu cuma segelintir contoh,masih banyak kok daerah daerah yang pendidikannya masih tertinggal.Bahkan di kota besar itu sendiri.

Itulah  kata kata saya di cerita itu dimana inpirasinya datang setelah lulus SMA dulu (tahun 2006).
Saya benar benar ga kebayang bahwa kenyataan itu masih saya temui 5 tahun setelahnya.
Bersekolah di daerah daerah memang masih merupakan sebuah perjuangan.
Dengan keadaan sekolah yang beratapkan rotan,beralaskan tanah dan perlengkapan yang seadanya.
Bahkan ruangan para guru pun terbuat seperti kandang ayam.
Menjadi guru disana pun benar benar harus mempunyai hati yang lapang.
Gimana ngga,dengan gaji jauh di bawah standar dan status hanya sebagai honorer mereka bertahan benar benar didasari atas dasar sebuah ketulusan.
Ketulusan untuk memberi ilmu.
Siswanya gimana dar??
Saya benar benar terenyuh melihatnya.
Untuk ke sekolahnya saja harus menempuh jarak yang jauh,belum lagi kebanyakan dari mereka tidak memakai alas kaki.
Baju lusuh dan perlengkapan sekolah seadanya.
Ketika malam, kebanyakan siswa belajar hanya menggunakan lampu templok karena kebanyakan kampung di NTT belum terjamah oleh listrik.
Saat yang paling menyentuh adalah ketika mereka melakukan upacara bendera.
God.. can you see the sincerity of their eyes.
Mata mereka benar benar menyiratkan ketulusan kehidupan.Banyak mimpi mimpi yang terpancar di mata itu.
Banyak harapan yang terpendam di senyum itu.
MSN Onion Icons

-_-

Apa seh masalahnya di sana??
Kata anggota DPD seh karena dana BOS (bantuan operasional sekolah) yang terpangkas habis karena korupsi.
Yah itu seh saya juga tahu,bahkan mungkin hampir semua warga negara Indonesia.
Kebanyakan kita tahu bahwa setiap bantuan operasional (apapun itu) dari pemerintah pasti akan mengalami defisit setiap kali singgah di suatu departemen/lembaga/instansi atau apapunlah itu namanya.
Ibaratnya begini saya mengirim uang kepada si A lalu akan kena potongan olehnya.Si A lalu mengirim lagi kepada si B dan akan dipotong lagi olehnya.lalu si B mengirim lagi kepada si C dan akan mengalami pemotongan dan akan terus belanjut hingga sampai kepada yang benar benar membutuhkan (si Z).
Puyeng euy... Onion Icon
Intinya seh begini si A mengirim uang awal mulanya sebesar Rp 2 Triliun,mungkin akan sampai ke si Z Cuma Rp 2 Miliar.
Haha...benar benar miris tapi itulah adanya.
Okelah kayanya cukup deh ngeluh ngeluhnya.Lagian ga ada gunanya juga jika melakukannya terus.
Percuma....
Para pemimpin di Negara ini terlalu tebal kupingnya.
Onion Emoticon
Mereka sudah tak bisa lagi menerima untuk dikritik dan semakin buta akan kekuasaan.
Hemm..lalu apa yang harus kita perbuat??

Bukankah jauh di hati kita semua ingin setidaknya membantu adik adik kita di Kupang sana??
Bukankah jauh di hati kita semua setidaknya ingin membantu orang orang yang tak bisa berobat karena biaya??
Tapi kita semua seperti terbentur tembok tebal yang bernama "Kemana kemana kemana"..hahaha Ayu tingting mode.com
Yuph,kita selalu bertanya kemana kita tujukan uang sumbangan kita,lagipula apa itu cukup untuk membantu.
fiuhh..saya ada ide gila neh,
Well..sebenarnya ide gila ini terinspirasi ketika saya melihat mbak Prita Mulyasari dan  Bilqis.
Tau doi berdua kan??
Prita Mulyasari adalah seorang ibu rumah tangga yang mengalami masalah hukum karena keluhannya terhadap pelayanan sebuah Rumah sakit.
Yang saya ketahui seh,hingga kini masalah hukumnya masih digelar di pengadilan.
Entahlah..
Yang jelas sesudahnya kita semua tahu bahwa ada sebuah gerakan yang bernama Koin Keadilan Prita Mulyasari.
Sedangkan Bilqis adalah seorang bayi yang  mengidap penyakit dimana saluran empedu tidak terbentuk atau tidak berkembang secara normal (Atresia Bilier), saat itu keadaannya sudah parah dan semakin memburuk karena tak mendapat perawatan.
Orang tuanya bukan berasal dari kalangan yang berada.
Dan kita semua tahu betapa “Murah Hatinya” Rumah sakit di Indonesia.
Untungnya Bilqis punya seorang ibu yang hebat.
Dia mempunyai gagasan dan membuat apa yang kita ketahui dengan nama Koin Cinta Bilqis.
Walaupun pada akhirnya kita semua mengetahui bahwa Bilqis menyerah dengan penyakitnya.
Heehhh....MSN Onion Emoticon

Hemm..tapi dibalik itu semua saya justru senang karena satu hal??
Saya terharu, ternyata kebersamaan diantara orang Indonesia masih ada. Satu hal yang pasti saya benar benar terkejut karena masih begitu banyak orang yang peduli terhadap sesamanya.
Terutama di Negara kita ini.
Dimana ajaran Pancasila tanpa disadari perlahan mulai kita tinggalkan.Dimana batas toleransi mulai memudar dengan sekat sekat yang disebut kepercayaan.
Dimana kepedulian hanya dianggap sebagai sarana untuk mengambil keuntungan.
Haahhh...sedih rasanya melihat setiap kali melihat berita dimana hanya kisah memilukan yang ada didalamnya.
Kisah tentang pendidikan yang tak berjalan baik di daerah,kisah tentang orang miskin yang dilarang sakit (karena ongkos berobat mahal),kisah tentang tenaga kerja yang tak dihargai keberadaannya,kisah tentang kemiskinan di daerah daerah,kisah tentang pembabatan hutan dan pembabatan habitat asli orang hutan,kisah tentang terlantarnya orang orang di daerah perbatasan,kisah tentang hukum yang tak lagi menghukum,kisah tentang wakil rakyat yang tak lagi mewakili rakyat,kisah tentang kecelakaan kendaraan yang tak kunjung habis,kisah tentang HAM yang tak lagi mendapat tempat di Negara ini,kisah tentang pelanggaran asusila yang kian marak di negara ini,kisah tentang Presiden yang hanya sibuk menjaga citranya,kisah tentang konflik di daerah daerah, dan dan dan dan dan..........
Ahh entahlah...
Entah sampai kapan akan selalu ada kata “kisah tentang” di negara ini.
Onion Icon

-__-

Hemm..sekarang mari kita ngomongin inspirasi gila saya.
Apaan tuh dar??
Well..ide ini sebenarnya ga beda jauh sama mbak Prita dan Bilqis (dan memang terinspirasi dari mereka),hanya saja ide ini lebih mencakup kepada satu Negara yaitu Indonesia.
Saya ingin membuat sebuah gerakan yang bernama “Koin Cinta Indonesia”.

Sama seperti halnya Koin Cinta Bilqis dan Koin Keadilan Prita ,kita hanya perlu menyumbang “uang receh” yang kita miliki.
Harapan saya seh semua warga Negara turut menyumbang.
Bukan untuk sebuah keinginan agar banyak uang yang dihasilkan tapi lebih kepada kata KEPEDULIAN.
Yuph..saya hanya ingin melihat seberapa pedulinya kita terhadap bangsa sendiri.
Bohong kalau anda bilang “saya sudah tak peduli” terhadap negara ini,walaupun ucapan anda,perbuatan anda menyatakan kebencian dan kemuakan terhadap Negara kita tapi saya yakin jauh di hati anda semua pasti masih ada kata peduli untuk negara ini.
Walau kebanyakan dari kita semua sudah seperti tak peduli lagi terhadap Negara ini,walau kita semua seakan menyatakan “Ya sudahlah” terhadap Negara ini tapi saya tahu, jauh di hati anda semua masih ada secercah harapan bahwa Negara ini bisa berubah.
Lakukan bukan untuk diri anda tetapi untuk anak cucu kita kelak.
Sudah cukup rasanya kita semua melihat berita berita tentang derita si miskin yang tak bisa berobat,sudah cukup rasanya kita melihat anak putus sekolah karena ketiadaan biaya dan ketidakpedulian pemerintahnya,sudah cukup rasanya melihat anak anak pintar Bangsa ini satu per satu menghilang dan memilih mengabdi untuk Negara lain,sudah cukup rasanya melihat daerah perbatasan yang selalu terlupakan dan bertahan dengan mengais sedikit nasionalisme yang mereka miliki,sudah cukup rasanya melihat anak anak sekolah bertelanjang kaki,berpakaian seadanya dan belajar hanya beratapkan langit juga beralaskan tanah,sudah cukup rasanya melihat harapan kosong di mata setiap anak yang tumbuh di negara ini.
Saya ingin membuat perubahan karena saya selalu meyakini bahwa bangsa ini akan berubah.
Berubah menjadi lebih baik untuk generasi kita kelak.
Tapi gerakan gila ini bukanlah apa apa jika tanpa dukungan orang orang gila lain yang membaca tulisan ini.
Gila??
Yah..karena ini tak mungkin terjadi tanpa dukungan setiap warga Negara Indonesia.
Sesuatu yang mustahil tapi bukan berarti tak mungkin dilakukan.
Lakukan untuk Indonesia.



Jakarta 6 November 2011

2 komentar:

  1. miris sekali keadaan negara kita tercinta ini, banyak kesenjangan yg kita temui di mana...? katanya nengeri kita ini KAYA, kapan ya semua bisa menikmati KEKAYAAN itu ..??

    BalasHapus
  2. Sukma : entahlah..tp saya slalu brharap ,semoga saja anak cucu kita msh bs merasakan kekayaan negara ini kelak :)

    BalasHapus