.

Jumat, 16 Desember 2011

Republik Sulap


Chapter I

Alkisah hiduplah seorang Raja dengan Putranya.Mereka hidup di sebuah kerajaan yang ningrat (bagi pemimpinnya saja).
Walaupun berbentuk kerajaan  tapi sistem yang dianut adalah Republik.
Sehingga tak heran meskipun seorang Raja,tapi dia harus dipilih sendiri oleh rakyatnya.
Yuph..sebuah pemilihan Raja secara langsung.
Dalam kerajaan itu mereka juga mempunyai Dewan Senat.Mereka adalah Dewan yang membuat undang undang dan batasan atau ketentuan untuk sang Raja.
Raja juga mempunyai banyak pembantu.
Para pembantu Raja ini biasa disebut dengan para ajudan.
Para ajudan yang sekarang  menjabat dipilih bukan berdasarkan kemampuan,ilmu atau keahlian mereka.
Mereka semua dipilih lebih karena faktor kedekatan dengan sang Raja.
Nepotisme??

Kalau pertanyaan ini diajukan kepada sang Raja,mungkin ia akan selalu menyangkalnya.
Walau pada kenyataannya semua rakyatnya tahu bahwa itu untuk melindungi kepentingan sang Raja.
Jadi amatlah wajar walaupun Kerajaan mereka kaya dengan hasil alam,tapi semuanya terasa sia sia karena tak ada kemampuan untuk mengelolanya.
Terasa sangat hambar walaupun Kerajaan itu penuh dengan hasil bumi tapi semua terasa sia sia karena Kerajaan itu selalu berhutang.
Berhutang kepada Kerajaan lain dan mengaku “untuk kepentingan rakyat”.
Hutang yang menyenangkan kaum Ningrat tapi kian menjerat kehidupan rakyat.

Chapter II

Suatu hari sang Raja sedang berjalan jalan dengan putra keduanya.Mereka sedang berbicara seputar kerajaan mereka.
“Ayah..bolehkah aku bertanya??”pinta sang anak memulai pembicaraan
“Tentu saja boleh”jawab Ayahnya
“Apa benar Ayah akan menyetujui untuk menaikkan gaji ajudan dan Dewan Senat??Lalu Ayah juga akan menyetujui untuk memberikan kendaraan yang mewah buat mereka??Sementara Ayah sendiri tahu bahwa kerajaan kita sedang dilanda krisis”Tanya sang anak dengan lugas.
Senyum menyembul keluar dari sela sela mulut sang Raja sewaktu mendengar pertanyaan dari mulut anaknya itu.
“Mudah saja”jawab sang Raja
“Mudah kenapa??”Alis sang anak mengernyit bingung.
Sang Raja kemudian menatap sang anak lalu berkata
“Agar mereka mudah diatur dan mudah untuk diajak bekerjasama”
“Maksud ayah??”
“Nak,dalam menjalankan kekuasaan di Kerajaan ini. Kita tidak perlu mendengarkan keluh kesah rakyat, kita hanya perlu mendengarkan apa kata para ajudan dan dewan senat.
Kita hanya perlu menyenangkan dan meluruskan semua keinginan mereka.Agar kelak ketika kita mempunyai suatu keinginan akan dipermudah kembali oleh mereka”
“Ohhh…Begituuu”sang anak membulatkan mulutnya tanda mengerti
“Tapi ayah,apa ayah tak tega pada keadaan Rakyat kita yang kian hari kian hidup dalam ketidakpastian??Untuk mencari kerja aja susah,sekalipun bekerja pasti akan selalu dijajah ketidakpastian.Bahkan untuk hidup sehari hari saja mereka selalu kesulitan
“Anakku..tak perlu mengkhawatirkan tentang hal itu. Toh kita sudah melakukan sebisa kita,lagipula itu kan salah mereka sendiri yang tak mau terlalu berusaha dalam hidupnya”
“Tapi Ayah,bukankah sudah menjadi kewajiban dari Kerajaan kita untuk melindungi dan menjaga hak hak kehidupan mereka??Bukankah hal itu sendiri sudah diatur dalam undang undang kerajaan kita??”
“Iya,Ayah mengerti akan hal itu. Tapi segala hal yang terjadi di Negara ini Jangan selalu dibawa beban tersendiri oleh kita anakku. Nikmatilah saja tiap detik kekuasaannya. Kita diajarkan memimpin bukan hanya untuk mensejahterakan rakyat,tapi kita juga diajarkan untuk menikmati kekuasaannya. Itu sudah diwariskan jauh sebelum jaman kita sekarang.Warisan moral yang telah ada dari leluhur kita dulu”
Sang anak hanya terdiam,ia merenungi setiap kata kata dari ayahnya. Kerajaannya kini memang sedang dilanda ketidakstabilan,tapi yang selalu ia herankan adalah kenapa kehidupan para ajudan dan dewan senat begitu bergelimang dalam kemewahan.
Ketika rakyat sibuk mencari rezeki demi sesuap nasi,maka berbeda halnya dengan para pemimpin di kerajaannya.
Mereka dengan mudahnya mengajukan anggaran yang berkedok kepentingan orang banyak.Tak terhitung berapa banyak kekayaan kerajaan yang dengan mudahnya mereka rampok.
Sang anak mengetahui akan hal ini.
Karena dalam kesehariannya ia hampir selalu mendampingi ayahnya. Sang ayah sendiri memang seperti menyiapkan dirinya untuk menjadi penerus di kerajaannya kelak.
Sang anak sendiri tak sungkan untuk selalu bertanya,ia juga mempunyai sifat ingin tahu yang lebih terhadap apa yang dilakukan Ayahnya.
Meski itu bukanlah hal yang baik.


Chapter III

Dahulu,sang raja hanyalah seorang prajurit biasa di kerajaan itu.
Tugasnya hanyalah melindungi Rajanya yang terdahulu. Derajatnya mulai bertambah ketika dia diangkat menjadi salah seorang penasehat oleh Raja terdahulu.
Dan secara bertahap (dan melalui sedikit permainan) akhirnya ia bisa mencapai kedudukannya yang sekarang.
Raja begitu santai dalam mengurusi rakyatnya, hal ini bisa terlihat dalam keseharian menjalankan tugasnya.
Dalam seminggu, ketimbang mengurusi rakyatnya sang Raja malah asik bermain kuda dengan para ajudannya.
Raja juga lebih senang bermain musik ketimbang melihat apa yang sedang dialami rakyatnya.
Satu hari kerajaan itu diguncang isu korupsi.
Kerajaan dituduh menyelewengkan dana dana yang seharusnya diberikan untuk memakmurkan rakyat.
Suatu malam putranya terbangun ketika ia mendengar kericuhan di kediamannya. Ia terkejut begitu melihat banyak orang yang datang.
Rupanya itu para ajudan dan sebagian dari dewan senat yang datang. Sepertinya mereka memang diundang oleh sang Raja untuk membicarakan sesuatu.
Karena sudah terlanjur lelah,putranya pun lebih memilih untuk tertidur.
Keesokan harinya kerajaan itu dikejutkan oleh berita kejahatan.
Mereka dikejutkan oleh kehadiran perompak yang menyebarkan teror melalui bom.

To be continoued

Thanks buat Tony Q Rastafara buat segala inpirasinya :)
yomannn.............

0 komentar:

Posting Komentar